Mohon tunggu...
Helwiyah ewi
Helwiyah ewi Mohon Tunggu... Guru - Lakukan Yang terbaik

Blogger. ,writer, teacher

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketegaran Lola

9 Mei 2022   21:12 Diperbarui: 9 Mei 2022   21:13 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                    KETEGARAN LOLA

Hujan masih belum reda, suara gemericik air masih terdengar merdu meluncur dari sisi atap rumah. Basah dedaunan membuat mata

 menjadi cerah , ditambah lagi dengan  cemilan ringan dan secangkir kopi kekinian di tangan, membuat Lola betah berlama lama

 duduk di teras depan rumah.

" Lola...... sudah 2 jam kamu duduk disitu, apa yang kamu tunggu?", suara ibu mengagetkan Lola.

" Ah ibu, bikin kaget saja, Lola cuma sedang berfikir bu", jawabnya Lola serius.

" Memangnya selama ini kamu tidak berfikir?," tanya ibu sambil sedikit bercanda.

" Maksud Lola... berfikir sesuatu yang beda dari biasanya bu,"

" Waaah... apa itu?Ibu jadi kepo nih", goda ibunya yang terbiasa menghibur anaknya.

" Bu...usia Lola sekarang khan sudah 25 tahun,  Lola sudah bekerja, Apakah Lola sudah boleh menikah bu?", tanya Lola pada ibunya.

" Nak... kamu berhak bahagia, kamu berhak membangun rumah tangga seperti orang lain, tentu saja boleh dan ibu mendoakan semoga kamu mendapat suami yang baik", jawab ibu lembut , kali ini bernada serius sambil membelai rambut anak gadisnya.

" Bu...", panggilan Lola tercekat di tenggorokan, terasa tak sanggup melanjutkan kata katanya.

" Ya..... kenapa nak?".

"Mmmm.... apakah ibu mau tahu, bagaimana  perlakuan orang orang terhadap Lola selama ini?", tatap Lola pada ibunya dengan wajah sedih.

" Memangnya ada apa? Selama ini ibu merasa semua baik baik saja",

" Apakah ibu mau mendengar cerita  Lola? Tentang apa yang Lola alami ketika sedang di luar rumah, di sekolah, di kampus, di kantor, di angkutan umum, di jalan , di pasar, di jalan", Ujar Lola dengan  nada  sedikit emosi.

"Apa yang sebenarnya kamu alami Nak... tentu saja ibu ingin tahu", jawab ibu sambil  mendekat dan duduk di samping Lola.

 Di lingkungan rumahnya, Lola dikenal sebagai gadis yang berwajah buruk dan berpenyakit kusta. Penyakit itu diderita sejak usia SD hingga saat ini dia menginjak dewsa.  Lola jarang keluar rumah. Setelah pulang dari  sekolah, ia hanya melakukan aktifitas  keseharian di rumah dengan membantu orang tua  dan berkebun.

Sejak menderita penyakit kusta,  sekujur tubuh dan kulit Lola muncul bercak bercak merah. Hingga wajahnya ikut menebal  dan kasar.  Lola tidak mengerti , mengapa  dia menderita penyakit itu. Semua kegiatan sehari harinya sama dengan anak anak sebayanya, tak ada yang aneh. Namun dia merasa heran kenapa harus dia yang menderita penyakit itu. Segala upaya pengobatan telah dilakukan, namun belum menyembuhkan secara total. Bahkan banyak yang menduga itu adalah penyakit kutukan.

Masa masa di sekolah dasar  dilalui Lola dengan  selalu menahan rasa sedih dan jadi anak pendiam.  Dengan prestasi yang biasa biasa saja, akhirnya jenjang sekolah dasar pun berhasil dilalui.  Meningkat ke jenjang sekolah menengah pertama,  Lola harus beradaptasi kembali dengan lingkungan sekolah dan teman teman baru.

"Lola , kulit tangan dan  wajahmu kenapa? kok banyak bercak merahnya? , Tanya Bu Nita wali kelasnya  pada suatu hari.

" Anu bu.... saya menderita penyakit kusta bu, tapi sudah tidak menular kok bu, saya selalu berobat rutin,", Jawab Lola sambil tertunduk malu.

" Sejak kapan kamu berpenyakit kusta, Lola?:,

' Sejak kelas 4 SD bu, saya pun tidak mengerti kenapa saya kena penyakit ini".

" Apakah kamu  terganggu dengan penyakitmu ini?",  Tanya Bu Nita  mencoba ber empati.

" Sebenarnya terganggu bu, namun saya harus sekolah, saya harus punya masa depan, saya harus sabar menahan cemoohan orang bu", Jawab Lola bersemangat.

" Ya sudah, ibu harap kamu tetap semangat belajar  dan terus bersekolah, suatu saat penyakitmu pasti sembuh, asalkan  kamu rutin berobat".  Ujar Bu Nita dengan nada bijak.

Bukan perkara mudah bagi Lola menjalani masa masa SMP,  SMA dan bangku kuliah. Banyak cibiran, sindiran bahkan ucapan yang menyakitkan sering diterima. Walau tidak semua orang memperlakukan demikian , karena masih ada teman teman yang memahami tentang penyakit kusta dan memiliki rasa  empati padanya.

Bukan saja ketika berada di sekolah dan kampus, ketika berada diangkutan umum, di jalan, di pasar dan di jalan pun terkadang pandangan sinis orang orang tertuju padanya.  Tatapan Jijik dan aneh sudah menjadi hal yang biasa dialami.  Namun, semua itu sudah dianggap biasa bagi Lola. Karena dia merasa begitulan memang keadaannya.

Hingga puncaknya adalah ketika Lola mulai menyukai seorang pria . Hal yang lumrah jika seorang gadis menyukai lawan jenisnya.  Manusiawi dan hal yang normal terjadi.  Masa masa SMA , Lola menyukai sosok Dani, pemuda sederhana yang pintar dan kalem.  Sayangnya bukan hanya Lola yang menyukainya, banyak   teman teman wanita yang juga meng-idolakan Dani. Sehingga rasa cinta Lola terpendam dalam dalam, hingga lulus  SMA.

Tak disangka, ternyata Lola kembali bertemu Dani di kampus yang sama. Pada fakultas yang sama dan jurusan yang sama. Sesekali mereka bertemu muka dan tegur sapa, hingga jantung Lola berdegup kencang  bak gendang musik dangdut. Namun, lagi lagi Lola sadar diri, tak berani berbincang bincang, karena Dani selalu di kelilingi gadis gadis cantik.

" Hai... kita dari SMA yang sama  yha? Sepertinya saya sering melihat kamu ", tegur Dani suatu hari.

" Ii...iii..iiya..... benar kita dulu satu SMA tapi beda kelas, saya juga sering lihat kamu ", jawab Lola gugup.  Tak menyangka Dani mau menegurnya lebih dahulu.

" Ternyata kita dikampus dan kelas yang sama,  semoga kita bisa wisuda bareng juga yha?", ujar Dani memberi semangat pada Lola.

Lola tak menyangka , pemuda seperti Dani yang ganteng, pintar dan kalem mau menegurnya , tanpa memperdulikan kondisi fisik Lola yang jauh dari sempurna.

Bulan dan tahun berganti, namun bercak merah bekas penyakit kusta di sekujur tangan dan kaki Lola terus membekas tak bisa hilang. Bercak dan kulit kasar pada wajahnya sudah dapat dikurangi dengan perawatan wajah yang rutin dilakukan Lola. Ya..... Lola kini sudah dewasa, gelar sarjana sudah diraihnya. Lola pun sudah mendapatkan pekerjaan di tempat yang sesuai dengan kompetensinya dengan gaji yang lumayan untuk  pekerja pemula. Lola berupaya tegar menjalani hari harinya sejak sekolah dasar hingga meraih gelar saarjana dan dapat bekerja, Bersahabat dengan kusta , tak menghambat pendidikan dan kariernya.

Walau sebagai wanita normal , Lola kadang merasa minder saat secara tak langsung mendengar ucapan  gadis lain,

" iih.... mana ada yang mau menikah sama dia, khan kulitnya banyak belang bekas kusta",

Mak jleb rasanya...... tapi tak dianggap serius oleh Lola. 

Semenjak wisuda bareng Dani, 3 tahun lalu, Lola tidak perrnah bertemu dengannya.  Mereka sudah menjalani kehidupan masing masing. Walau terkadang Lola masih membayangkan dan memikirkan Dani, namun Lola mencoba untuk  terus menepis harapan terlalu jauh.  Seperti apa yang yang sedang di fikirkan Lola kala gerimis menitis manis di teras depan rumahnya.

Hingga kedatangan ibu membuyarkan lamunannya.

Senja di Bekasi, 07 Mei 2022

17.35

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun