garing ( kata ibu, itu namanya)  banyak pula yang berbuah, mulai dari masih berjantung hingga ada yang mulai menguning. KebonÂ
ibu ini luasnya hanya 400 meter , berada di tengah tengah pemukiman padat penduduk.   Ada banyak pohon  di kebon  itu, tanpa
 bangunan.  hanya ada 1 pohon buni yang besar dan bercabang banyak , sering berbuah tanpa mengenal musim. Pohon pisang pun
 ada 2 jenis yang terus bertunas bergantian.Â
" Tungguin di bawah, abang mau naik, ntar pungutin yang jatohan yeh," instruksi  abang padaku.Â
" Â oke, jatohinnye jangan jauh jauh,"
Mulai berjatuhan  buah buni yang tidak tertangkap tangan. Abang membawa karung , tali dan pisau ke atas. Menarik cabang buah
 yang jauh, mendekatkan dan memotong batangnya untk kemudian dimasukkan ke karung. Jika terlepas itulah yang harus
 kukumpulkan di bawah.Â
Sejam berlalu, kami pun membereskan buah buni  hasil petikan kami. memisahkan buah yang masih hijau  dan kering untuk dibuang.
 Memilih yang hitam dan merah.  Masih di kebon kami gelar tikar, minum bawaan dari rumah. Lalu mulailah abang merangkai buah