Kesadaran literasi perubahan iklim yang masih kurang harus muali ditingkatkan dengan cara menyampaikan sosialisasi maupun webinar dengan golongan pemuda berdasar latar keagamaan.
Pengisi 2, Bp. Dr. Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Pengelolaan Lingkungan Hidup & SDA MUI
Beliau menyampaikan bahwa bumi yang merupakan ciptaan Allah SWT. harus dijaga sebagai mana kita yang ada di bumi adalah ciptaan-Nya.
Masyarakat Indonesia berada di peringkat pertama terhadap ketidakpercayaan perubahan iklim, disusul oleh Arab Saudi dan Amerika. Makanya tidak hanya cukup dengan menyampaikan melalui sosialisasi tetapi juga disertai contoh. Indonesia sebagai umat beragama maka sebagai pemuka agama di Indonesia kita harus bisa mencontohkan masyarakat mengenai pemuliaan lingkungan agar bisa mengurangi terjadinya perubahan iklim yang ekstrim.
Berdasarkan grafik jumlah bencana, tahun 2020 ketika terjadi pandemic covid, bencana turun secara drastis. Artinya bencana akibat perusakan alam berkurang. Krisis lingkungan dan krisis iklim sejatinya merupakan krisis moral.
Sesi 1
Moderator, Bp. Hary Tirto Djatmiko
Narasumber 1, Bp. Gregorius Setyadhi Budhi Dharmawan, Se, M.T, Kepala pusat jaringan kalibrasi rekayasa dan jaringan instrumentasi BMKG
Beliau menyampaikan mengenai ”Expose informasi dan peringatan dini multi bahaya Geo-Hidrometeorologi BMKG (MHEWS)”
Kelebihan sistem yang dipaparkan meliputi :
- Implementasi yang mudah dan biaya murah (computer+monitor+internet)
- Memuat informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika dalam satu aplikasi.
- Interaktif serta dapat difungsikan sebagai media koordinasi ( fitur chat dan feedback)
- Multi-platform (aplikasi berbasis web sehingga dapat dibuka berbagai perangkat)
- Dapat diintegrasikan dengan social media
- Dapat dikustomisasi oleh pengguna sesuai kebutuhan
- Keamanan system yang baik
Narasumber 2, Bp. Ardhasena Sopaheluwakan, kepala pusat layanan iklim terapan BMKG