1. Pendidikan Anak
Dapat disimpulkan bahwa pandangan perenialisme dalam pendidikan adalah pendidikan harus berdasarkan pada nilai-nilai luhur, norma-norma dan agama dan merupakan proses belajar mengajar yang harus dikembalikan pada nilai-nilai luhur, norma-norma, dan agama pada masa lalu. Pendidikan harus dapat melahirkan orang- orang yang mematuhi norma dan istiqamah dijalan kebenaran.
Pendidikan harus dipusatkan pada guru, karena guru memiliki kemampuan serta norma-norma dan nilai-nilai yang luhur. Maka dalam pandangan perenialisme, pendidikan anak usia dini sangatlah penting karena pada usia 0-6 tahun anak perlu diberikan rangsangan pendidikan dan pembelajaran agar potensi yang ada pada dirinya berkembang. Yang mana didalamnya juga perlu ditanamkan nilai-nilai luhur, norma-norma dan agama sehingga anak akan senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai yang telah tertanam pada dirinya dan harapannya anak senantiasa berperilaku dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai yang telah tertanam baik disekolah maupun ketika bermasyarakat dan berbangsa.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang akan diberikan kepada anak, yang mana menurut aliran filsafat penerialisme berupa pemberian dan penanaman nilai-nilai kebenaran, keabadian serta norma-norma agama tentu dalam pendidikan anak usia dini diperlukan kurikulum. Karena kurikulum adalah sebuah alat yang digunakan sebagai landasan, acuan, pegangan dalam pembelajaran serta memiliki peranan yang sangat penting terhadap seluruh kegiatan pendidikan yang mana dalam pengembangannya tidak lepas dari peranan aliran-aliran filsafat. Â
2.Peran orang tua dalam pemanfaatan teknologi digital pada anak usia dini
Pemanfaatan media teknologi dalam pembelajaran daring oleh guru PAUD diantaranya whatsapp, google meet, zoom, video call, media social, siaran televisi, dan buku tema sekolah (Fujiawati et al., 2020). Dari sekian banyak aplikasi, whatsapp menjadi  platform yang sering digunakan dan cukup membantu pelaksanaan pembelajaran anak di rumah. Studi terdahulu memberikan kesimpulan bahwa pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran PAUD memberikan rangsangan dan membangkitkan semangat peserta didik (Hardiyana, 2016).
Secara umum, menurut Sahriana (2019), penggunaan gadget memberikan dampak positif sebagai berikut: (1) memperluas wawasan dan jaringan pertemanan, (2) memudahkan proses komunikasi dengan teman, dan (3) melatih kreativitas anak. Selain itu, penggunaan gadget juga memberikan dampak negative, diantaranya: (1) mengganggu kesehatan, (2) mengganggu perkembangan anak, (3) rawan terhadap tindak kejahatan, dan (4) mempengaruhi perilaku anak. Dengan mempertimbangkan dampak negative dari gadget, maka peran orang tua sangatlah penting. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua, antara lain: (1) memilihkan fitur pada gadget yang relevan dengan usia anak; (2) mendampingi anak selama penggunaan gadget; (3) memberi batasan waktu anak untuk menggunakan gadget; (4) menghindari kecanduan gadget pada anak dengan memberikan aturan; dan (5) membantu anak dalam penyesuaian diri dengan lingkungan dan perkembangan zaman (Ferliana, 2013).
Keterlibatan orang tua dalam pengontrolan penggunaan gadget anak juga sangat dibutuhkan, baik dalam bentuk motivasi, kasih sayang, maupun tanggung jawab (Warisyah, 2015). Para orang tua harus lebih berhati-hati terhadap resiko yang diakibatkan dari pemakaian gadget yang berlebihan. Dari hasil penelitian, penggunaan media pembelajaran melalui aplikasi terbukti berhasil meningkatkan kemampuan anak sehingga tenaga pendidik perlu memahami bentuk teknologi pembelajaran, prosedur pengoperasiannya, dan cara menginteraksikan teknologi dengan peserta didik selama proses pembelajaran (Barovih et al., 2020 Â
3. Problematika Pembelajaran Daring dan Luring Anak Usia Dini bagi Guru dan Orang tua di Masa Pandemi Covid 19
Pandemi COVID-19 menghadirkan tantangan bagi pelaksanaan pembelajaran PAUD sehingga orang tua berperan penting dalam pemanfaatan teknologi digital Pembelajaran daring di masa pandemic mengharuskan dua pihak (pendidik dan orang tua) untuk bekerja sama. Orang tua juga memiliki peran khusus dalam pelaksanaan kebijakan ini. Pada era digital, keluarga harus tetap mempertahankan dimensi fisik, tatap muka, dan menjalin proses komunikasi yang harmonis (Ebi, 2017). Orang tua memiliki peran sebagai pengajar utama dengan kepemilikan tanggung jawab yang besar untuk membentuk dan membina anak-anak secara fisik dan psikologis. Ada beberapa peran orang tua untuk mendidik anak di era digital, antara lain: (1) memberikan batasan anak dalam penggunaan media digital, (2) mendorong anak melakukan aktivitas motorik lainnya, (3) memberikan pilihan media atau tayangan yang tepat bagi anak, (4) memantau tayangan yang telah diakses anak, (5) melakukan pendampingan aktivitas anak saat mengakses media sosial, (6) menunjukkan teladan yang baik dan positif menggunakan media sosial, serta (7) advisor, asesor, konselor, demonstrator, sahabat, fasilitator, pencari fakta, sumber pengetahuan, mentor, motivator, role model, supporter bagi anak usia dini untuk menggunakan media social (Santosa, 2015).
.
4. Dampak yang timbul akibat anak usia dini melakkan pembelajaran dengan gadget secara langsung Â
Kesulitan muncul bukan hanya perkara keterampilan penggunaan teknologi, tetapi juga terkait dengan beban kerja yang besar mengingat ada banyak mata pelajaran yang harus dihadapi pada masa pandemic Covid-19 ini. Hal ini terjadi karena peserta didik terbiasa dengan pembelajaran tatap muka sedangkan pembelajaran jarak jauh membuat peserta didik menjadi bingung akan materi yang dijelaskan oleh guru. Sehingga perubahan pola pembelajaran ini memberikan permasalahan tersendiri bagi peserta didik seperti mental anak menjadi down, stress (Djannah 2020) karena pembahasan materi tidak jelas, terganggunya signal yang terbatas, ekonomi sehingga menjadi kesulitan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (Argaheni 2020)
Pada titik ini, tekanan tentu menjadi terasa lebih berat, sehingga peserta didik melakukan banyak down mental dimana salah satunya adalah terlibat dengan penggunaan media social yang belebihan, membuat mental anak menjadi down selain itu penggunaan gadget juga merusak mata anak sedikit demi sedikit.(Kuswadi 2019) Jadi pada titik ini, seharusnya media social menjadi salah satu jalan keluar meretas rasa bosan, down mental ataupun stress karena belajar di rumah. Hanya saja, keaadan menjadi berbeda selama pandemic Covid-19. Untuk sumber baca dan tulis di era sekarang tidak dapat dilepaskan dari jaringan internet melalui smartphone, laptop, tablet, computer, dan sebagainya.
5.Strategi tepat mendidik anak dimasa pandemic
Pembelajaran via daring juga berdampak terhadap orang tua di Kabupaten Karanganyar yang merasakan bahwa melalui pembelajaran via daring ini anak menjadi tidak mau memahami materi lebih lanjut yang diberikan oleh guru, guru hanya memberikan materi dan tugas tanpa menjelaskan materi yang diberikan, sehingga orang tua yang harus menjelaskan materi kepada anak. Dalam mengatasi problem tersebut orang tua di Kabupaten Karangnayar yakni yaitu Ibu Fitri diaman anaknya masih duduk dibangku sekolah dasar kelas 5. Ibu Fitri berupaya untuk selalu mendampingi anaknya daam proses kegiatan belajar mengajar via daring dan mengajak anaknya untuk berkomunikasi secara intensif untuk menentukan tujuan belajar, membimbing anak untuk menyusun sistem belajar sendiri dan menghargai proses belajar anak dengan memberikan reweard. Sedangkan untuk penanaman pendidikan karakter kepada anak Ibu Fitri melakukannya dengan cara membiasakan anak untuk selalu bersikap jujur, terbuka dan mengakui kesalahan yang diperbuat. Strategi pembiasaan (habituation), yaitu startegi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam membiasakan anak untuk melakukan seuatu kegiatan secara rutin. Penerapan strategi ini menjadi salah satu langkah strategis dalam membentuk karakter anak. Penanamana pendidikan karakter dengan membiasakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk, dengan tidak sekedar hanya menyuruh saja dan dilakukan secara teratur dan terus menerus. Melalui strategi pembiasaan (habituation) ini diharapkan akan terbentuk karakter anak terbiasa bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, disiplin dalam hal waktu, mandiri, serta kerja keras dalam melakukan segala kegiatan agar tercapai cita-cita
6.Bagaimana islam mendidik anak
Membicarakan tentang pendidikan, maka tentu tidak terlepas dari membicarakan anak karena anak merupakan bagian dari pendidikan yakni sebagai subjek sekaligus sebagai objek dalam pendidikan. Anak terlahir dengan membawa berbagai potensi yang dimilikinya, dan potensi-potensi inilah yang menjadi tanggung jawab orang tua dan pendidik untuk mengenal dan mampu mengembangkan dari potensi itu. Perhatian Al-Ghazali terhadap pendidikan anak berhubungan erat dengan pandangannya terhadap anak, sehingga dalam karangannya Ihya Ulum Ad-din mengungkapkan bahwa :
"Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, Hatinya yang suci seperti permata yang indah
segala ukiran dan gambar. Ia menerima semua yang diukirkan padanya dan condong pada sesuatu yang diarahkan padanya. Jika ia dibiasakan dan didik berbuat baik maka ia tumbuh dengan berbuat baik dan bahagia di dunia dan akhirat, orang tua dan para pendidiknyaikut serta mendapatkan pahalanya. Tapi jika ia dibiasakan berbuat kejelekan dan ia dicondongkan padanya maka ia akan celaka dan rusak, dan para pendidiknyapun akan mendapatkan dosanya".5
Dengan demikian, pendidikan adalah mutlak, keberadaaanya adalah suatu keharusan dalam upaya mengembangkan potensinya agar tidak tercemar dan terkena polusi lingkungan yang kotor dan tidak bertanggung jawab. Tentunya pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang mempunyai arah dan tujuan yang jelas, sehingga jelas pula bentuk dan model yang diinginkannya.
7.Cara membangun kebiasaan baru pada anak
Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai pembiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan, Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang- ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu, dibutuhkan pengawasan., Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan pada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah dibiasakan itu dan Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.25
Beberapa strategi penanaman pendidikan karakter yang diterapkan oleh orang tua di Kabupaten Karanganyar tersebut diharapkan dapat melahirkan empat fondasi hubungan, yaitu hubungan mansia dengan Allah, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan kehidupan dirinya di dunia dan akhirat. Setiap karakter dalam diri manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, apakah melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan. Manusia memiliki akal pikiran untuk dapat membedakan mana yang terbaik untuk dirinya dan mana yang buruk untuk dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Karakter yang terbentuk dalam diri seseorang akan menjadi ciri khas dan jati dirinya dalam berperilaku terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, karakter dalam diri seseorang tidak dapat terbentuk secara instan, membutuhkan proses yang begitu panjang dan diperlukan pendidikan karakter dengan strategi yang terbaik untuk mewujudkan karakter yang berakhlaqul karimah
8. Pengaruh penggunaan gadget terhadap perkembangan anak
Penggunaan ini memiliki dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya antara lain menambah pengetahuan anak, membangun dan melatih kreativitas anak, mempermudah berkomunikasi, maupun memperluas jaringan persahabatan. Penggunaan gadget sewajarnya telah membantu anakanak dalam kesehariannya terutama dalam mencari data maupun informasi untuk mengerjakan tugas sekolah maupun sebagai sarana hiburan dari fitur-fitur yang disediakan dalam gadget. Sedangkan dampak negatifnya antara lain, anak menjadi ketergantungan terhadap gadget, sehingga dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya anak menjadi sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Penggunaan gadget secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan mata, anak menjadi malas bergerak dan beraktivitas serta lebih suka bermain dengan gadgetnya daripada bermain dengan temannya. Iswanto dan Onibala (dalam Yusmi Warisyah 2015:131) mendefenisikan, "Anak-anak yang sering menggunakan gadget, sering kali lupa dengan lingkungan sekitarnya, mereka lebih memilih bermain menggunakan gadget dari pada bermain bersama teman-teman dilingkungan sekitar tempat tinggal". Dampak lainnya adalah semakin meluas dan terbukanya akses internet dalam gadget yang menampilkan segala hal beberapa diantaranya merupakan suatu hal yang semestinya belum waktunya dilihat oleh anak-anak.
9.Tumbuh kembang anak di era digital
Anak dan remaja yang kecanduan gadget setidaknya akan menunjukkan 11 tanda yang dapat diamati oleh para orangtua diantaranya; 1) Fokus berkurang, (2) Menjadi lebih emosional, (3) Sulit mengambil keputusan, (4) Kematangan semu, terlihat besar fisik tetapi jiwanya belum matang, (5) Sulit berkomunikasi dengan orang lain, (6) tidak ada perubahan raut muka untuk mengekspresikanperasaan, (7) Daya juang rendah, (8) Mudah terpengaruh, (9) Anti sosial dan sulit berhubungan dengan orang lain, (10) Melemahnya kemampuan merasakan sensasi di dunia nyata, (11) Tidak memahami nilai-nilai moral.
Anak yang kecanduan gadget, dapat dipastikan pola makannya tidak teratur, anak hanya akan makan makanan yang disuka dan kurang tidur. Sedangkan menurut (Kemendikbud) dampak negatif dari digital adalah sebagai berikut : 1) Kesehatan mata anak. Paparan berlebihan terhadap penggunaan telepon pintar dapat memicu penglihatan anak. 2) Masalah tidur. Masalah tidur anak akan terjadi karena terlalu lama melihat layar digital, dan dampak isi media digital. 3) Kesulitan konsentrasi. Penggunaan media digital memiliki efek ada keterammpilan mengubah perhatian anak sehingga dapat meningkatkan perilaku yang terlalu aktif dan kesulitan untuk konsentrasi. 4) Menurunnya prestasi belajar. Penggunaan digital yang berlebihan dapat menurunkan prestasi belajar anak. 5) Perkembangan fisik. Penggunaan digital dapat membatasi aktifitas fisik yang diperlukan tubuh terhadap tumbuh kembang anak. 6) Ketidakseimbangan bobot tubuh. Hal tersebut dikarenakan anak sering menahan rasa lapar, haus, serta menahan keinginan untuk buang air besar yang mengakibatkan gangguan terhadap sistem pencernaan
10. Pendampingan Orang Tua pada Anak Usia Dini dalam Penggunaan Teknologi Digital
Teknologi digital menjadi satu aspek penting dalam faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Masuknya teknologi digital dalam kehidupan perkembangan anak menginvasi banyak tahapan perkembangan yang harusnya dicapai anak. Teknologi membuat hidup mereka lebih cepat (instan) dan lebih efisien. Teknologi hiburan seperti televisi, internet, video game, iPod, iPad, dan lainnya telah berkembang begitu pesat sehingga membuat suatu keluarga hampir tidak menyadari dampak signifikan dan perubahan gaya hidup pada keluarga mereka (Rowan, 2013).
Banyak aspek perkembangan anak yang harus melakukan penyesuaian terhadap lingkungan yang sudah berbasis teknologi. Misalnya berkaitan dengan mainan anak, hubungan anak Dampak negatif bermain dengan media teknologi pada anak dapat memiliki implikasi yang lebih buruk ketika dampak tersebut tidak disadari orang tua. Dampak negatif yang tidak disadari orang tua bisa menuntun pada hal lain seperti menurunnya kualitas hubungan antara anak dan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian dari 55 observasi yang dilakukan pada keluarga di sebuah restoran, 40 diantaranya menggunakan teknologi digital saat sedang di meja makan. Keluarga terdiri dari minimal satu orang tua dan seorang anak. Usia anak berkisar mulai dari bayi hingga anak usia sekolah.
Â
dengan orang tua, dan lingkungan sekitar. Dalam situasi seperti ini, peran orang tua cukup signifikan sebagai benteng pengatur apa yang diizinkan mempengaruhi perkembangan anak dan apa yang tidak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Asian Parent Insights pada November 2014, sebanyak 98 persen dari 2.714 orang tua di Asia Tenggara yang mengikuti penelitian ini mengizinkan anaknya untuk mengakses teknologi berupa komputer, smartphone, atau tablet. Penelitian ini dilakukan terhadap 2.714 orang tua di Asia Tenggara yang memiliki anak berusia 3 - 8 tahun. Para orang tua peserta penelitian ini berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina.
Dari hasil survey tersebut kebanyakan orangtua memperbolehkan anaknya bermain gadget untuk tujuan edukasi. Namun kenyataannya menurut hasil survey sebagian besar putra-putri mereka menggunakan gadget / tablet tersebut untuk tujuan hiburan seperti game (Unantenne, 2014).
Kecanggihan dan kemudahan operasional teknologi menyebabkan anak-anak yang bahkan masih berusia dini pun sudah mampu untuk mengoperasikan produk hasil kecanggihan teknologi.
Teknologi menawarkan kemudahan dan variasi dalam proses anak mempelajari banyak hal. Teknologi yang memungkinkan untuk menghadirkan stimulus suara dan visual di saat yang bersamaan membuat anak mampu untuk mempelajari banyak hal dalam satu waktu. Terutama sejak munculnya smartphone yang multifungsi dengan harga yang makin terjangkau telah mengakibatkan makin banyak orang yang mampu memilikinya. Bahkan dalam keluarga tertentu, gadget bisa jadi telah dimiliki oleh anak sekolah mulai dari SD, SMP maupun SMA, termasuk yang masih anak balita
Orang tua pun akhirnya sudah banyak yang memberikan teknologi kepada anak. Tanpa di sadari oleh orang tua, banyak anak yang sudah kecanduan gadget. Hal tersebut masih di anggap sepele oleh orang tua, sebab orang tua menganggap bahwa sekarang adalah era digital yaitu zaman memakai gadget. Kalau belum memakai gadget berarti masih ketinggalan zaman. Orang tua belum mengerti saja bahwa kecanduan gadget sangat berbahaya bagi anak sebab kecanduan gadget dapat mengganggu psikis dan fisik anak
Daftar pustaka:
Afiyah, Istidamah Nailal. "Filsafat Perenialisme Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini." (JAPRA) Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal (JAPRA) 3, no. 2 (2020): 52--70. https://doi.org/10.15575/japra.v3i2.8885.
Alia, Tesa, and Irwansyah. "Pendampingan Orang Tua Pada Anak Usia Dini Dalam Penggunaan Teknologi Digital." A Journal of Language, Literature, Culture and Education 14, no. 1 (2018): 65--78.
Ariston, Yummi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, and Stkip Singkawang. "Sosial Anak Sekolah Dasar." Journal of Educational Review and Research 1, no. 2 (2018): 86--91.
Asmawati, Luluk. "Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan Teknologi Digital Pada Anak Usia Dini." Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 6, no. 1 (2021): 82--96. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.1170.
Azizah, Luksiana, Siska Nurul, Nila Ispiyana, and Sinta Nuryah. "Strategi Orang Tua Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Anak Pada Masa Pandemi Covid-19 Lusiana." Academica: Journal ... 4, no. December (2020): 16. http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/academica/article/view/3171.
Nahriyah, S. "Tumbuh Kembang Anak Di Era Digital." Risalah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 4, no. 1 (2017): 65--74. https://doi.org/10.5281/zenodo.3552008.
Rahmawati, Miya. "Mendidik Anak Usia Dini Dengan Berlandaskan Pemikiran Tokoh Islam Al-Ghazali." Al Fitrah: Journal Of Early Childhood Islamic Education 2, no. 2 (2019): 274. https://doi.org/10.29300/alfitrah.v2i2.2271.
Usia, Anak, Dini Bina, and Generasi Tembilahan. "Arief S. Sadiman , Media Pendidikan , (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), Hlm.87. 1" 1, no. April (2020): 49--60.
Yuniar Nur'Azizah, Laily, Balqis Marta Lestari, and Ina Magdalena. "Dampak Mental Bagi Siswa Sekolah Dasar Negeri Buaran Mangga II Akibat Pembelajaran Jarak Jauh." Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia 1, no. 2 (2021): 121--29. https://doi.org/10.36418/cerdika.v1i2.25.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI