Sejak kecil kita sudah diberi wejangan bahwa hati-hati terhadap lelaki, menutup diri, tidak boleh mencari "perhatian" yang bisa "mengundang". Kita semua dilatih dan dididik untuk tidak menjadi korban, namun kita lupa bahwa mendidik generasi untuk tidak menjadi pemerkosa, dengan mengenalkan Pendidikan Kesehatan seksual dan reproduksi yang komperhensif.
Tentu saja setiap keluarga memiliki pendekatan yang berbeda, sudah saatnya kita berani mengenalkan bahwa setiap tubuh butuh dihormati, tidak boleh sembarang disentuh ataupun menyentuh tubuh orang lain, ajarkan konsen dan bagaiamana dampak jika kita melanggar konsen tersebut.
Sayangnya, ketabuan membutakan mata kita melihat realitas bahwa Pendidikan sex komperhensif bukanlah hal yang menakutkan. Selain itu, pihak-pihak dari pembuat kebijakan dan pelaksana sudah saatnya menyadari bahwa perlindungan atas setiap tubuh adalah bentuk penghormatan dan kewajiban negara terhadap warganya.
Lalu, barulah kita memasuki di mana reformasi Lembaga pemasyarakatan yang menjadi fenomena gunung es, setiap hari orang ditangkap diadili namun berapa banyak yang selesai di "sekolahkan"?. Berapa banyak mantan napi yang Kembali lagi ke lapas? Berapa banyak mantan napi yang bisa hidup membaur di masyarakat.
Satu lagi yang tidak bisa lepas adalah bagaimana Lembaga pemasyarakatan melakukan treatment untuk setiap penghuninya?. Jika setiap penyakit memiliki spesifik dokter spesialis, artinya setiap treatment dan diagnose juga berbeda, demikian juga untuk pelaku pedofil dan jenis kejahatan lainnya.
Ini tentu PR yang Panjang untuk negara kita, tapi kita bisa mulai dari diri kita untuk mengedukasi dan tidak memberi panggung pada pelaku kejahatan seksual
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H