Bukan rahasia umum, lapas kita mengalami over capacity. Belum lagi terbatas anggaran dan lainnya. Sedangkan hukuman kita hanya menggunakan satu-satunya media penghukuman yakni penjara.Â
Apakah penjara kita sudah layak? Memiliki treatment yang berbeda untuk setiap kasus? Lalu bagaimana efisiensinya? Sungguh masih tanda tanya besar.
Bagaimana dengan kekerasan seksual? Pelaku dipenjara, keluar penjara malah disambut genggap gempita dan masih bisa melanjukan hidupnya bahkan menjadi idola. Bagaimana dengan korban?Â
Banyak dari dampingan saya merasa ia sudah tidak berharga, tidak layak hidup Bahagia, masa depannya hancur, dikucilkan dari keluarga dan lingkungan. Bahkan luka itu akan ia bawa seumur hidupnya bahkan untuk generasi selanjutnya. Luka korban adalah luka kita semua, tidak hanya korban si artis yang akan merasa terluka melihat ia tertawa dan diterima masyarakat tapi semua penyintas akan terluka.
Di Korea Selatan, Pelaku perkosaan anak Bernama Cho dihukum 15 tahun penjara dan dipotong 3 tahun bebas, masih di Korea Pria 24 tahun bernama Son Jong-woo telah dibebaskan setelah 18 bulan berada dalam penjara dengan kasus menjalankan situs pornografi anak terbesar di dunia.Â
Gelombang masyarakat memprotes pemotongan hukuman para pelaku kekerasan seksual, hingga akhirnya pemerintah mendirikan pos polisi di dekat rumah pelaku, dan pelaku dilarang mendekati sekolah ataupun tempat  bermain di mana anak-anak berada.
Heranya, di negeri ini pelaku pedofil mendapatkan tempat bahkan untuk konten "edukasi" katanya. Apa negeri ini kurang orang-orang yang kompeten di bidangnya? Dokter, pengacara, psikolog, guru, dosen yang memiliki prespektif korban yang baik. Lalu apa yang akan diajarkan oleh "pedofilia"? bukankah ia akan melihat potensi "korban" berikutnya?.
Saya sempat berbincang dengan psikolog klinis dan sharing mengenai kasus ini, menurut Diana Putri Arini, S.Psi., M.A., M.Psi di beberapa negara ada yang menggunakan kursi listrik untuk pelaku pedofil dengan memperlihatkan foto anak dan melihat reaksi pelaku dengan tujuan menimbulkan trauma pada pelaku, namun metode ini masih sangat diperdebatkan.Â
Ia menambahkan agar tidak lupa memberikan pemulihan trauma kepada korban dan keluarga korban. Dibutuhkan sebuah riset yang panjang dan metode pemulihan untuk pelaku dan korban.
Di Amerika pernah terjadi 'Skandal terbesar dalam sejarah', hampir 100.000 orang menjadi korban di organisasi pramuka di AS, para korban menuntut ganti rugi. Artinya, bisa saja ada alternatif untuk pemulihan korban dan tidak hanya berorientasi pada pelaku.
Reformasi Mental Mulai dari Rumah Hingga Penjara