"Kamu ini bagaimana sih?" Bu Samakin geram dengan pertanyaan anak satu-satunya yang rajin belajar di pelajaran Matematika di kelasnya.
"Bu Samakin pipis di celana ya?" Sade semakin penasaran dengan jawaban Bu Samakin.
"Sade!" Bu Samakin mengejar Sade sampai depan pintu kelas.
Ruangan kelas Matematika menjadi senyap. Meskipun terdapat dua insan bernapas di dalamnya. Torone berdiri menggendong tasnya mendekati Bu Samakin agar berpamit pulang ke rumah. Bu Samakin menutup mulut menyadari seorang anak laki-laki berjalan dengan celana yang basah. Aroma yang dibaui oleh hidungnya, diterjemahkan oleh otaknya sebagai bau pesing berasal dari anak laki-laki yang meminta izin untuk ke toilet di sesi pembelajarannya. Tidak ada rasa bersalah dari Bu Samakin, Ia mundur dan mengulang perkataan Torone, "Jangan Mendekat!" Namun, anak laki-laki ini merasa bersalah bila tidak menjabat tangan Bu Samakin sebelum kembali ke rumahnya. Bu Samakin mengulang kaliamat imperatif yang sama, "Jangan Mendekat!"
Murid-murid yang asyik menikmati waktu bermainnya di luar satu per satu mengintip di balik jendela kelas. Seketika ruangan itu dipenuhi oleh mata siswa dari berbagai tingkatan kelas. Torone segera memegang tangan Bu Samakin dan naikkannya ke jidatnya. Torone berani melangkah pulang ke rumah karena merasa telah berpamitan dengan guru Matematikanya sekaligus wali kelasnya. Suara siswa-siswa yang melihat perbuatan Torone bersiul-siul sebagian lainnya menyerukan "Terima..terima..terima!" Bu Samakin bingung dengan perilaku siswa dalam kelasnya sepanjang hari ini. Kabar tentang Fraster belum kunjung datang setelah menerima buku latihan Matematika yang dibagikan oleh ketua kelasnya.
Anak-anak Sekolah Gerakan Muda bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing. Anak perempuan tidak sabar bercerita dengan ibunya bahwa seorang kakak kelasnya jatuh cinta kepada gurunya. Anak laki-laki berunding untuk membuat Torone tidak betah melanjutkan sekolah di Gerakan Muda. Kabarnya berhadapan dengan rumah Torone, Fraster tinggal di sana. Ia sedang asyik memutar bola basket di tangannya saat ia mendengarkan pagar di depan rumahnya telah terbuka. Fraster bergegas mengantarkan titipan dari orang yang tidak di kenalnya kepada Torone.
"Hei, baru pindahan ya?"
"Iya nih"
"Cepat amat lu pulang"
"Iya, tadi gue ga ada dapat izin ke toilet"
"Sekolah di Gerakan Muda?"