Melajang adalah pilihan hidup yang harus dihormati. Melajang bukanlah sesuatu yang buruk asalkan dapat melakukan yang terbaik bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.Â
Melajang tidak membuat seseorang menjadi “kurang manusia". Mungkin kita harus berhenti menanyakan kapan kawin kepada para lajang karena ini sudah masuk ke ranah privasi. Mari kita hargai pilihan orang-orang entah mereka mau memilih untuk menikah ataupun tetap melajang.Â
Jika akhirnya orang yang melajang memutuskan untuk mencari pasangan hidup dan menikah, sebaiknya keputusan itu atas kemauan sendiri dan merasa sudah siap.Â
Bukan atas desakan orang tua dan keluarga ataupun karena tidak tahan atas nyinyiran orang-orang di sekitarnya. Pada akhirnya, yang menjalani rumah tangga adalah dirinya sendiri, bukan orang tuanya ataupun orang-orang lain di sekitarnya.
Kalau si lajang meminta bantuan untuk mencarikan jodoh, bantulah dia menemukan jodohnya karena peduli akan kebahagiaannya. Bukan karena menganggap hidupnya menyedihkan atau tidak bahagia.Â
Bukan juga karena menganggap hidupnya tidak normal dan memaksanya mengikuti jalan hidup yang sama seperti banyak orang, yakni menikah dan berkeluarga.
Untuk orang-orang yang tetap memilih melajang, entah karena alasan memenuhi panggilan religiusitas ataupun alasan pribadi lainnya, nikmati keputusan yang dibuat. Jangan hiraukan apa kata orang.
Akhirnya, entah menikah ataupun melajang, kita tidak perlu orang lain untuk membuat kita bahagia. Kita sendiri yang bertanggung jawab atas kebahagiaan diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H