Menjadi berbeda, menjadi diri kita yang autentik, adalah jalan sunyi yang membutuhkan keberanian besar. Orang-orang seperti ini berani mendobrak status-quo untuk menemukan “suaranya”. Tulisan terkait konformitas ini telah saya tulis dalam artikel lain (link).
Hubungan antara pangeran kecil dan si mawar merah menunjukkan kepada kita betapa seringkali kita tidak mau atau pun tidak mampu menunjukkan kasih sayang kepada orang-orang yang justru kita cintai atau dekat dengan kita. Kita malah bertingkah menyebalkan dengan mengganggap orang-orang ini akan mengerti (take for granted).
Hingga saat orang tersebut memutuskan pergi meninggalkan kita, kita baru menyadari bahwa kita mencintai atau membutuhkan orang tersebut, tapi segala sesuatunya sudah terlambat. Saya kira hubungan ini tidak melulu soal romantisme. Ini bisa saja terjadi pada hubungan orang tua - anak, atasan - bawahan, hubungan pertemanan, dan lain-lain.
Sampai hari ini, saya masih membaca berulang-ulang Pangeran Kecil. Oleh karena bukunya kecil dan tipis, mudah untuk dibawa ke mana-mana. Kata-kata Pangeran Kecil selalu saya ingat:
The most beautiful things in the world cannot be seen or touched, they are felt with the heart.
And now here is my secret, a very simple secret: It is only with the heart that one can see rightly; what is essential is invisible to the eye.
It is much more difficult to judge oneself than to judge others. If you succeed in judging yourself rightly, then you are indeed a man of true wisdom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H