Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bertualang bersama Pak Janggut dan Winnetou, Bertemu Kembali dengan Pangeran Kecil

16 Mei 2021   16:41 Diperbarui: 17 Mei 2021   08:01 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pikiran-rakyat.com

Ada banyak pesan moral yang dibawa oleh buku Winnetou. Persahabatan dan persaudaraan antara Winnetou yang Indian yang berkulit merah dan Old Shatterman yang berkulit putih, melewati batasan ras, bangsa dan agama. 

Selain itu, Winnetou juga mengajarkan tentang menjunjung tinggi kemanusiaan dan cinta damai. Nilai egaliterian bahwa semua orang memiliki hak yang sama, tidak peduli apakah dia ras kulit putih, kulit merah (Indian) dan kulit hitam. Dalam Winnetou, kita juga diajak untu mengampuni kesalahan orang lain.

Winnetou juga menunjukkan bahwa agama tanpa kemanusiaan adalah mati. Merampas hak orang lain dengan segala cara, haus kekuasaan dan memusnahkan suatu bangsa bukanlah tindakan yang menunjukkan orang beragama. Secara tidak langsung, melalui Winnetou, Karl May menyindir kolonialisme yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih.

Winnetou juga mengecam kerakusan bangsa kulit putih yang ingin menguasa semuanya, mengeksploitasi alam tanpa memperdulikan kelestariannya. Berbeda dengan orang Indian yang hanya mengambil seperlunya saja dari alam dan merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang dimiliki.

Saya ingat perkataan Old Shatterhand, “Ada banyak tempat yang mengandung emas. Kamu bisa menjadi kaya raya. Tapi setelahnya, kamu tak lagi bahagia. Manitou Agung yang bijakasana tidak menciptakan kamu agar terbuai di atas tumpukan harta”.

Bagi saya, terlepas dari kontoversi Karl May, nilai-nilai moral yang dikisahkan oleh Winnetou cukup relevan hingga saat ini, lebih dari 100 tahun buku itu diterbitkan. Eksploitasi alam secara berbihan tanpa melestarikan lingkungan masih terjadi hingga saat ini. 

Perang antara beberapa pihak ataupun negara yang disebabkan perebutan sumber daya alam dan kekuasaan juga masih terjadi saat ini. Entah berapa banyak konflik yang terjadi, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain, yang disebabkan oleh isu perbedaan agama, ras, etnis dan bangsa.

Pangeran Kecil

Saya ingat dulu saat saya membersihkan lemari buku, saya menemukan buku berukuran kecil dan tipis. Buku tersebut penuh dengan gambar warna warni yang sangat menarik. Pada sampul buku, terdapat gambar anak kecil berambut emas dan memakai jubah, yang sedang berdiri di atas planet kecil. Buku ini berjudul The Little Prince - Pangeran Kecil, ditulis oleh Antoine de-Saint-Exupery, seorang penulis berkebangsaan Perancis.

Fabel klasik ini berkisah tentang seorang pilot yang mimpi masa kecilnya menjadi seorang pelukis. Namun karena orang-orang dewasa di sekitarnya mencemooh karyanya, dia pun meninggalkan mimpinya. Dia memilih menjadi pilot saat dia dewasa.

Suatu ketika, pesawat sang pilot jatuh di Gurun Sahara. Tiba-tiba, saat memperbaiki pesawatnya, seorang anak kecil memintanya menggambarkan seekor domba. Persahabatan antara sang pilot dan pangeran kecil pun di mulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun