Cerita kemudian mengalir mengisahkan perjalanan pangeran kecil berkelana mengunjungi planet-planet lain hingga sampai di planet bumi. Pangeran kecil melarikan diri dari planet kecil miliknya karena berselisih paham dengan bunga mawar kesayangannya.
Sepanjang petualangannya, pangeran kecil bertemu bermacam-macam orang: sang raja yang gila berkuasa dan menganggap perintahnya adalah absolut, si angkuh yang menggap semua orang adalah pengagumnya, dan sang pemabuk yang selalu minum untuk melupakan rasa malu karena kemabukkannya.
Ada juga seorang pengusaha yang terlalu sibuk menghitung kekayaannya sampai tidak ada waktu untuk berbincang, seorang penghidup lampu yang merasa tugasnya sangat penting hingga tak ada waktu beristirahat, dan sang ahli geografi yang merasa paling tahu tentang banyak tempat yang tak pernah dikunjungi dan hanya menerima laporan dari orang-orang,
Sesampai di bumi, pangeran kecil bertemu dengan seekor rubah dan menjalin persahabatan dengan si rubah. Pangeran kecil juga bertemu dengan penjaga pintu kereta api yang menjelaskan padanya bahwa manusia pergi kemanapun dengan kereta cepat, tapi tidak pernah tahu apa yang mereka cari.
Setelah sekarat kehausan, sang pilot dan pangeran kecil berjalan melintasi gurun untuk mencari air. Mereka pun menemukan sebuah sumur. Keesokan harinya, sang pilot menemukan pangeran kecil berbicara dengan ular. Pangeran kecil meminta ular itu untuk mematuknya agar dia dapat kembali ke planet kecilnya. Sang pilot sendiri akhirnya ditemukan tim penyelamat dan kembali ke negerinya.
Di akhir cerita, sang pilot meminta tolong jika ada yang berjumpa dengan pangeran kecil, mohon memberitahukan hal ini kepadanya.
Saat pertama kali membaca buku ini, saya kurang memahami kedalaman cerita ini karena waktu kecil bahasa Inggris saya terbatas. Tapi saya sangat senang melihat gambar-gambar berwara warni di buku ini. Saya tidak sengaja bertemu kembali dengan pangeran kecil setelah saya lulus kuliah.Â
Saat itu saya membaca buku Pergilah Kemana Hatimu Membawamu – Va’ Dove Ti Porta Il Cuore, yang ditulis oleh Susanna Tamaro dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Antonius Sudiarja. Di dalam buku Susanna Tamaro, cucu si tokoh utama sangat menyukai buku Pangeran Kecil.
Saya pun teringat kembali kisah sang pangeran kecil. Saya ingin membaca ulang buku tersebut. Saya langsung menuju pusat budaya Perancis. Akhirnya saya menemukan kembali buku ini, tapi kali ini dalam versi bahasa aslinya:Â Le Petit Prince. Inilah pemahaman saya yang membaca buku ini kembali di usia dewasa.
Buku ini mengisahkan bagaimana orang dewasa kehilangan imajinasi seorang anak kecil. Orang dewasa kehilangan kemampuannya menikmati keindahan hidup dari hal-hal sederhana. Orang dewasa menilai pencapaian hidup hanya berdasarkan angka-angka, bahwa segala sesuatu diukur dengan uang, bahwa segala sesuatu hanya dinilai dari apa yang tampak luar saja.
Hidup orang dewasa menjadi terlalu serius, terlalu monoton. Kita selalu terburu-buru, entah apa yang kita cari. Dalam menjalani hidup, kita hanya menjalani apa yang orang lain katakan kepada kita. Alih-alih menjalani kehidupan yang kita inginkan, kita malah menjadi conformist, mengikuti apa yang sudah ada.Â