Sinar mentari menyapa hangat pagi ini, kukira kau menyebut namaku, mengapa gerimis di mataku tak menghentikan rindu pada sinar matamu yang telah menampakkan pelangi. Aku terus memeluk kau dalam hujan jiwaku.
Ketika hujan berhenti, rindu ini tak berhenti, tetap hangat tetes dari mataku manahan kepergian bayanganmu dalam lamunanku.
Hujan tak meninggalkan sesal, melepaskan ikatan begitu saja, hanya aku yang terkurung menanti kau menghentikan derasnya angin membawa awan. Kau terus mengejar mimpi, sedangkan hujan mulai manyapa kelopak mataku ketika mimpi itu terhenti sedangkan kau masih belum beranjak dari tempatmu.
Hujan saat itu seakan butiran kemilau rindu, kau curahkan sesukamu, itu rindumu, dan kau menyatukan tawa, hujan, dan kebeningan yang hangat dari tatapanmu saat kulepaskan tanganmu. Ketika mentari saat ini menyengat, itu rinduku, kemarau ini tak mengeringkan rinduku -- senyummu! Wajah rinduku, ribuan lesung pipit.
Â
Banjarbaru, 18 Desember 2015
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI