Bismillahirrahmanirrahim,
allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammadin ‘adada maa fii ‘ilmillaahi shalaatan da-imatan bidawami mulkillaah, amma ba'du..
Hari ini saya agak tergelitik dengan pesan salah seorang teman di facebook, katanya kita adalah generasi 554. Jujur biarpun saya cukup banyak bergaul dengan aktivis, saya kurang paham dengan istilah 554, generasi apa pula itu? Setau saya yang sering saya dengar generasi X generasi Y dll.. Kok ini ada generasi 554. Setelah saya tanya mbah google ternyata 554 itu diambil dari surat al maidah ayat 54. Artinya kira-kira begini saudara.
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui (TQS al-Maidah [5]: 54.
Hati saya langsung “deg”, apa lagi ada keterangan yang katanya ketika turun ayat ini rosulullah menepuk pundak sahabat abu musa al asyari, dan “berkata mereka adalah dari kaum orang ini”. Wow.. stop sampai disitu. Just refresh.. Abu musa, adalah orang yang keturunannya adalah abu hasan al asyari. Imam dari paham asyariah atau yang biasa kita sebut ahlus sunnah wal jama’ah. Ya ini termasuk NU, Muhammadiyah, Persis, dan lembaga keagamaan lain yang ada di Indonesia yang mengakui mahzab 4 imam. Intinya ini Indonesia bangeeet… Tapi bukan ini yang mau saya bahas, yuk kita kembali focus..
Yang mau saya bahas adalaaaaah.. Mungkinkah indonesia adalah kaum yang di janjikan untuk memperbaiki keadaan dunia yang sudah morat-marit ini. Mari kita kupas satu persatu. Di ayat tersebut menurut saya terbagi menjadi beberapa frase :
- Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya
- maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya
- yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin,
- yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir
- yang berjihad di jalan Allah,
- dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
- Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya
Okeh frase pertama, seakan-akan allah ingin memberi tahu kita bahwa nanti, eh sekarang dink.. kaum muslim akan keluar dari agama. Yang dimaksud keluar bisa saja bukan berarti murtad secara hakiki, tapi bisa saja keluar dari rel-rel yang sudah di gariskan. bisa sengaja, bisa juga tidak sengaja. Mari kita hitung disekitar kita berapa banyak orang yang mengaku islam tapi nggak puasa, puasa tapi nggak shalat, shalat tapi nggak bisa menjauhkannya dari perbuatan keji dan mungkar. Bukankah Allah sudah bilang taukah kamu siapa pendusta agama? Yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan fakir miskin. See.. berapa banyak kita yang gak peduli dengan anak yatim dan faqir miskin. Jangan-jangan kita adalah para pendusta agama. Miskin disini bisa miskin ilmu, miskin kasih sayang, miskin ilmu agama. So.. berapa banyak orang yang mengaku ulama tapi menghardik orang yang miskin ilmu agama. Jangan-jangan yang di maksud dalam ayat ini adalah kita.. Toh kita mengaku beriman tapi setelah dipikir mendalam kita telah keluar dari ajarannya yang menjadi rahmatan lil alamin. Malah kita menjadi ngeyelan lil ngeyelin kalau diseru untuk menjadi orang baik. Seakan-akan kita ini sudah menjadi orang yang paling baik sedunia. Na’udzubillah min dzalik.
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya
Lanjut, frase kedua.. kasarannya, Allah bilang gak usah lebay ente, gak usah sok penting. Kalo nggak mau pake aturan saya yawdah. Kalo nggak mau jadi rahmatan lil alamin, yawdah. Nanti saya akan datangkan kaum yang lebih baik dari ente, yang saya sayang sama dia dan dia sayang sama saya. Nah disini beratnya bro.. Kalo Cuma pacar, istri, bos, sahabat yang ngambek sich masih bisa di netralisir. Lah ini Allah e.. Tuhan pencipta alam semesta, penguasa langit dan bumi. Terus kalo kita nggak diperdulikan lagi kita mau minta sama siapa? Justru frase ini yang membuat saya ketar-ketir. Kalau bangsa Indonesia nggak berusaha sekuat tenaga untuk berubah. Kita akan dicuekin oleh tuhan semesta alam dan dia lebih milih bangsa lain yang lebih dia cintai dan mereka mencintai Allah. Sampai detik ini saya masih berharap bangsa pilihan itu masih tetap Bangsa Indonesia. Semoga kita bisa memenuhi syarat-syaratnya. Syaratnya apa aja?
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin,
Ini syarat pertama dan paling utama, bersikap lemah lembut dengan orang mukmin, sifat dasar bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, sama siapapun ketemu kita selalu tersenyum. Sama penjajah aja kita senyum, monggo.. hehehe.. tapi bener lho menurut orang-orang yang saya kenal Indonesia adalah negeri paling murah senyum sedunia. Hanya saja semakin kesini sifat yang sudah di turunkan oleh nenek moyang kita, kemudian di lanjutkan oleh para wali songo semakin tergerus dan terkikis arus modernisasi. Kebayang juga sih gimana kalo kita lagi pusing mikirin hutang terus disuruh beramah-tamah dengan orang. Apalagi orangnya rese, wuih nggak di tampar syukur tu orang. Tapi disinilah letak kekhususan umat yang di janjikan tuhan. Mereka mampu mengendalikan dirinya dengan sebaik-baiknya. Bukankah Tuhan menyuruh kita bahkan terhadap orang jahil pun kita harus berkata “salaman-salaman”. Bukan salaman dalam arti sebenarnya, tapi salaman dalam arti mendamaikan dan berkata-kata bijak penuh kebaikan. Dan ini sudah saya buktikan sendiri. Bagai mana perkataan yang baik mampu mengubah perilaku seseorang.
Pada awalnya team saya di tambang terdiri dari orang-orang yang cukup jauh dari agama, bahkan bisa dibilang shalat seminggu sekali udah syukur. Terus apa yang saya lakukan? Apa saya marah-marah sama mereka? Nggak.. saya dengarkan curhatannya.. saya kasih penjelasan yang masuk akal dari sisi agama dengan bahasa yang sangat sederhana. Kemudian saya doakan. Sudah itu saja.. Dan Alhamdulillah sekarang hampir 80 % sudah shalat 5 waktu. Bukan berarti mereka shalat karena saya beri petunjuk, bukan.. Tapi minimal mereka tau kemana mereka harus bertanya jika mereka nggak ngerti soal agama. Bukan juga saya orang yang paham banget tentang agama, tapi minimal saya akan berusaha cari tau jika saya benar-benar tidak tau tentang hal itu.
Jadi kesimpulannya stop kasar-kasar terhadap siapapun, mau orang muslim, orang non muslim, penjudi, pemabuk, pelacur, pencuri, dan orang-orang melakukan hal-hal yang tidak baik. Bukankah yang menakdirkan kita menjadi orang baik adalah Tuhan yang sama dengan yang menakdirkan mereka untuk berbuat jahat. Nanti kalo Allah tuker gimana.. Kasih mereka senyum, kasih mereka contoh perbutan baik, beri mereka solusi, jangan lupa sertakan mereka dalam doa-doa kita. Semoga pada akhirnya Allah melembutkan hati kita dan mereka untuk tunduk mengikuti jalan Allah yang mulia.
Bagaimana jika ternyata mereka mengganggu kita atau keluarga kita, itu beda lagi bro.. kita lakukan frase berikutnya.
Yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir
Nah ini frase selanjutnya, jika ternyata orang orang tersebut mengganggu kita maka kita harus tegas, dan ketegasan ini adalah ciri dari umat yang di janjikan Tuhan. Tegas artinya menegakkan aturan dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, selurus-lurusnya. Katakan salah jika memang salah dan katakan benar jika memang benar. Yang jadi masalah adalah bagaimana cara kita menyampaikan ketegasan kita. Karena kita dituntut untuk lembut sekaligus tegas. Justru disini yang masih saya latih terus menerus bagaimana saya bisa melakukan ketegasan dan kelembutan dalam satu waktu sekaligus. Susah memang tapi itu syarat untuk jadi umat pilihan tuhan. Saya punya banyak teman yang keras, dan saya punya banyak teman yang lembut, tapi sampai sekarang saya belum pernah bertemu orang yang tegas sekaligus lembut. Sangat jarang orang yang bisa menyatukan kedua sifat tersebut. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita dan memudahkannya untuk bisa memenuhi syarat yang ini.
Pada frase ini yang disebutkan memang tegas pada orang kafir, akan tetapi kafir itu ada beberapa maksud. Kafir beneran atau kafir dalam artian ingkar. Kalau saya pribadi lebih suka menyebutnya ingkar karena banyak juga orang kafir yang bersikap lemah lebut kepada kaum muslim, bahkan saling tolong menolong dalam kebaikan. Sedangkan orang ingkar ya termasuk ngeyelan lil ngeyelin itu kalo di bilangin. Jadi yang harus kita tegasi adalah siapa saja baik dia mengaku muslim ataupun non mulim yang mencoba bertindak tidak baik dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Apalagi sampai mengganggu kepentingan umum.
Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana jika mereka yang ingkar, melakukan perbuatannya karena tuntutan keadaan? Jawabannya ada di frase selanjutnya.
yang berjihad di jalan Allah,
Nah disinilah kita dituntut oleh Allah untuk tidak hanya bersikap lembut sekaligus tegas, tapi kita dituntut untuk melakukan action untuk menghapus akar masalahnya. Misalkan orang melacurkan dirinya karena kemiskinan dan kurangnya ilmu agama, maka kita wajib berjihad untuk memberantas kemiskinan dan kurangnya ilmu agama. Jujur sekarang action ini yang sedikit sekali dilakukan oleh orang-orang di Indonesia (termasuk saya). Kita masih saja terfokus untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa ada niatan untuk membantu sesama. Berapa banyak lulusan pesantren di Indonesia, lalu berapa banyak yang jadi dai dan ulama, dari sinilah menurut saya disatu sisi mungkin pesantren cukup menjanjikan untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya, tapi kadang lupa bahwa setelah itu ada tugas yang lebih besar yang harus diembannya untuk memberikan ilmu itu lagi ke masyarakat. Saudaraku yang di mulyakan Allah. Lalu apa yang harus kita lakukan? Ya tergantung masing-masing. Minimal sampaikanlah se ayat – dua ayat untuk orang-orng di sekeliling kita. Atau kalau mau lebih ektrim yuk kita berdoa agar Allah mengkayakan kita sehingga kita dapat membiayai dan menggaji dai-dai muda untuk dikirim ketempat-tempat yang butuh pencerahan. Yang pasti, yang bisa kita lakukan sekarang adalah niatkan berubah menjadi lebih baik demi Allah. Itu sudah merupakan jihad loh. Yang belum shalat ayo mulai shalat, yang belum puasa ayo mulai puasa, yang udah puasa ayo mulai puasa sunnah, yang udah bisa ngaji ayo mulai menghapal qur’an. Selalu ada cara untuk menjadi semakin baik dan semakin baik lagi.
Bagai mana nanti jika gagal, orang-orang menjauhi kita? Orang bilang kita sok alim, sok suci? Jawabannya ada di frase selanjutnya.
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Ini dia jawabannya, didalam hidup ini hal yang paling kita senangi adalah melihat orang lain menderita. Biar kita menderita tapi ketika orang lain kita lihat penderitaannya lebih parah dari kita maka ada perasaan terhibur di hati kita. Pernah gak kita mengalami kejadian dihukum guru ketika nggak ngerjain tugas terus ketawa ngakak pas liat temen di tampar gara-gara kedapatan nonton film yang nggak-nggak. Itulah kodratnya manusia, senang mengejek dan mencela padahal dirinya juga sama aja. Ketika kita berjihad dengan jalan yang sudah kita pilih, pasti akan banyak orang yang mencela, mencemooh, menghakimi bahkan memfitnah. Tapi justru disitu keistimewaan kita teman. Umat pilihan tuhan tidak akan tergoda untuk memperdulikannya. Mereka punya prinsip anjing menggonggong tanda tak mampu.. eh salah anjing menggonggong kafilah berlalu, sirik tanda tak mampu. Jadi cool ajah, orang boleh bilang apapun tentang kita tapi Allah lah tempat kembalinya segala sesuatu. Asal niat kita ikhlas bersungguh-sungguh untuk menjadi umat pilihannya maka segala hinaan dan celaan akan menjadi lagu manis yang mengiringi kisah kepahlawanan kita nantinya.
Bukankah rosul juga di cela dulunya, bahkan diludahi dan disiram kotoran onta. Saya nggak kebayang betapa marahnya saya jika saya yang sedang sujud terus disiram kotoran onta. Mesti udah tak kejar-kejar orangnya. Tapi rosul tidak. Rosul hanya tersenyum dan bersabda, “Tuhan, jangan engkau hukum mereka karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.” Ya.. Orang yang mencela kita adalah orang yang masih belum mengerti, belum dibukakan hatinya oleh Allah untuk memahami prinsip dan cita-cita kita untuk menjadi ummat pilihannya. Memang beda sih kualitas kita dengan junjungan kita yang mulia itu, tapi kan kita berusaha bagaimana agar kita benar-benar bisa meniru beliau. Jadi saran saya jangan hiraukan ocehan orang yang membully kita, hanya doakan saja semoga Allah memberikan pemahaman kepadanya dengan rahmatNya..
Terakhir pertanyaannya apakah Indonesia yang dimaksud sebagai bangsa pilihan tuhan itu? Jawabannya ada di frase selanjutnya.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
Jadi jawabannya belum pasti, atau istilahnya bisa jadi-bisa jadi.. Saudaraku yang dimuliakan Allah, tentu memilih siapa yang dicintai dan mencintainya adalah hak preogratif Allah. Manusia tidak berhak memaksakan bahwa dialah yang pantas menyandang gelar itu. Nanti kita kayak iblis yang diusir gara-gara nggak mau sujud yang konon katanya dia merasa lebih tinggi derajatnya di banding nabi adam. Bukankah Allah meninggikan siapa yang dikehendakinya dan merendahkan siapa yang di kehendakinya. Yang bisa kita lakukan adalah menggenapi syarat-syaratnya. Ada 4 syarat.. yuk kita berusaha menggapainya.
Kesimpulannya siapakah orang yang di maksud Allah di atas? Bisa jadi saya .. Aamiin.. Ngarep mode on.. Bisa Jadi anda.. Aamiin juga.. Bisa jadi kita semua.. Aamiin yang kenceng.. tapi kalo kita nggak berubah bisa jadi MEREKA.. dan kita hanya menjadi sebuah nama dalam sejarah bahwa ada sebuah bangsa, mereka adalah penganut islam terbesar pada jamannya, negeri mereka kaya raya dengan segala kekayaan alamnya tapi karena mereka nggak mau sadar dan menjadi rahmatan lil alamin bahkan tetap pada pendiriiannya untuk menjadi ngeyelan lil ngeyelin maka Allah mengazab mereka dengan menimbulkan perpecahan diantara mereka. Perang saudara dimana-mana sampai akhirnya bangsa mereka musnah.
Na’udzubillah tsumma na’udzubillah..
Mari kita berdoa semoga kita lah bangsa itu atau minimal anak keturunan kitalah generasi 554 itu..
Monggo disebarkan jika setuju..
Malinau, 27 juli 2015
Hasan A. Drihim
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI