Mohon tunggu...
Hasan A. Drihim
Hasan A. Drihim Mohon Tunggu... Freelancer - menulis karena hobi, lalu Berfikir, Mendalami dan Menjiwai...

Pribadi yang terus belajar menuju kesempurnaan hidup... Berfikir, Mendalami dan Menjiwai...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesiakah kaum yang dijanjikan itu?

27 Juli 2015   14:27 Diperbarui: 27 Juli 2015   14:27 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lanjut, frase kedua.. kasarannya, Allah bilang gak usah lebay ente, gak usah sok penting. Kalo nggak mau pake aturan saya yawdah. Kalo nggak mau jadi rahmatan lil alamin, yawdah. Nanti saya akan datangkan kaum yang lebih baik dari ente, yang saya sayang sama dia dan dia sayang sama saya. Nah disini beratnya bro.. Kalo Cuma pacar, istri, bos, sahabat yang ngambek sich masih bisa di netralisir. Lah ini Allah e.. Tuhan pencipta alam semesta, penguasa langit dan bumi. Terus kalo kita nggak diperdulikan lagi kita mau minta sama siapa? Justru frase ini yang membuat saya ketar-ketir. Kalau bangsa Indonesia nggak berusaha sekuat tenaga untuk berubah. Kita akan dicuekin oleh tuhan semesta alam dan dia lebih milih bangsa lain yang lebih dia cintai dan mereka mencintai Allah. Sampai detik ini saya masih berharap bangsa pilihan itu masih tetap Bangsa Indonesia. Semoga kita bisa memenuhi syarat-syaratnya. Syaratnya apa aja?

 

yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin,

Ini syarat pertama dan paling utama, bersikap lemah lembut dengan orang mukmin, sifat dasar bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, sama siapapun ketemu kita selalu tersenyum. Sama penjajah aja kita senyum, monggo.. hehehe.. tapi bener lho menurut orang-orang yang saya kenal Indonesia adalah negeri paling murah senyum sedunia. Hanya saja semakin kesini sifat yang sudah di turunkan oleh nenek moyang kita, kemudian di lanjutkan oleh para wali songo semakin tergerus dan terkikis arus modernisasi. Kebayang juga sih gimana kalo kita lagi pusing mikirin hutang terus disuruh beramah-tamah dengan orang. Apalagi orangnya rese, wuih nggak di tampar syukur tu orang. Tapi disinilah letak kekhususan umat yang di janjikan tuhan. Mereka mampu mengendalikan dirinya dengan sebaik-baiknya. Bukankah Tuhan menyuruh kita bahkan terhadap orang jahil pun kita harus berkata “salaman-salaman”. Bukan salaman dalam arti sebenarnya, tapi salaman dalam arti mendamaikan dan berkata-kata bijak penuh kebaikan. Dan ini sudah saya buktikan sendiri. Bagai mana perkataan yang baik mampu mengubah perilaku seseorang.

Pada awalnya team saya di tambang terdiri dari orang-orang yang cukup jauh dari agama, bahkan bisa dibilang shalat seminggu sekali udah syukur. Terus apa yang saya lakukan? Apa saya marah-marah sama mereka? Nggak.. saya dengarkan curhatannya.. saya kasih penjelasan yang masuk akal dari sisi agama dengan bahasa yang sangat sederhana. Kemudian saya doakan. Sudah itu saja.. Dan Alhamdulillah sekarang hampir 80 % sudah shalat 5 waktu. Bukan berarti mereka shalat karena saya beri petunjuk, bukan.. Tapi minimal mereka tau kemana mereka harus bertanya jika mereka nggak ngerti soal agama. Bukan juga saya orang yang paham banget tentang agama, tapi minimal saya akan berusaha cari tau jika saya benar-benar tidak tau tentang hal itu.

Jadi kesimpulannya stop kasar-kasar terhadap siapapun, mau orang muslim, orang non muslim, penjudi, pemabuk, pelacur, pencuri, dan orang-orang melakukan hal-hal yang tidak baik. Bukankah yang menakdirkan kita menjadi orang baik adalah Tuhan yang sama dengan yang menakdirkan mereka untuk berbuat jahat. Nanti kalo Allah tuker gimana.. Kasih mereka senyum, kasih mereka contoh perbutan baik, beri mereka solusi, jangan lupa sertakan mereka dalam doa-doa kita. Semoga pada akhirnya Allah melembutkan hati kita dan mereka untuk tunduk mengikuti jalan Allah yang mulia.

Bagaimana jika ternyata mereka mengganggu kita atau keluarga kita, itu beda lagi bro.. kita lakukan frase berikutnya.

 

Yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir

Nah ini frase selanjutnya, jika ternyata orang orang tersebut mengganggu kita maka kita harus tegas, dan ketegasan ini adalah ciri dari umat yang di janjikan Tuhan. Tegas artinya menegakkan aturan dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, selurus-lurusnya. Katakan salah jika memang salah dan katakan benar jika memang benar. Yang jadi masalah adalah bagaimana cara kita menyampaikan ketegasan kita. Karena kita dituntut untuk lembut sekaligus tegas. Justru disini yang masih saya latih terus menerus bagaimana saya bisa melakukan ketegasan dan kelembutan dalam satu waktu sekaligus. Susah memang tapi itu syarat untuk jadi umat pilihan tuhan. Saya punya banyak teman yang keras, dan saya punya banyak teman yang lembut, tapi sampai sekarang saya belum pernah bertemu orang yang tegas sekaligus lembut. Sangat jarang orang yang bisa menyatukan kedua sifat tersebut. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita dan memudahkannya untuk bisa memenuhi syarat yang ini.

Pada frase ini yang disebutkan memang tegas pada orang kafir, akan tetapi kafir itu ada beberapa maksud. Kafir beneran atau kafir dalam artian ingkar. Kalau saya pribadi lebih suka menyebutnya ingkar karena banyak juga orang kafir yang bersikap lemah lebut kepada kaum muslim, bahkan saling tolong menolong dalam kebaikan. Sedangkan orang ingkar ya termasuk ngeyelan lil ngeyelin itu kalo di bilangin. Jadi yang harus kita tegasi adalah siapa saja baik dia mengaku muslim ataupun non mulim yang mencoba bertindak tidak baik dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Apalagi sampai mengganggu kepentingan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun