Mohon tunggu...
Hasan A. Drihim
Hasan A. Drihim Mohon Tunggu... Freelancer - menulis karena hobi, lalu Berfikir, Mendalami dan Menjiwai...

Pribadi yang terus belajar menuju kesempurnaan hidup... Berfikir, Mendalami dan Menjiwai...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesiakah kaum yang dijanjikan itu?

27 Juli 2015   14:27 Diperbarui: 27 Juli 2015   14:27 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana jika mereka yang ingkar, melakukan perbuatannya karena tuntutan keadaan? Jawabannya ada di frase selanjutnya.

 

yang berjihad di jalan Allah,

Nah disinilah kita dituntut oleh Allah untuk tidak hanya bersikap lembut sekaligus tegas, tapi kita dituntut untuk melakukan action untuk menghapus akar masalahnya. Misalkan orang melacurkan dirinya karena kemiskinan dan kurangnya ilmu agama, maka kita wajib berjihad untuk memberantas kemiskinan dan kurangnya ilmu agama. Jujur sekarang action ini yang sedikit sekali dilakukan oleh orang-orang di Indonesia (termasuk saya). Kita masih saja terfokus untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa ada niatan untuk membantu sesama. Berapa banyak lulusan pesantren di Indonesia, lalu berapa banyak yang jadi dai dan ulama, dari sinilah menurut saya disatu sisi mungkin pesantren cukup menjanjikan untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya, tapi kadang lupa bahwa setelah itu ada tugas yang lebih besar yang harus diembannya untuk memberikan ilmu itu lagi ke masyarakat. Saudaraku yang di mulyakan Allah. Lalu apa yang harus kita lakukan? Ya tergantung masing-masing. Minimal sampaikanlah se ayat – dua ayat untuk orang-orng di sekeliling kita. Atau kalau mau lebih ektrim yuk kita berdoa agar Allah mengkayakan kita sehingga kita dapat membiayai dan menggaji dai-dai muda untuk dikirim ketempat-tempat yang butuh pencerahan. Yang pasti, yang bisa kita lakukan sekarang adalah niatkan berubah menjadi lebih baik demi Allah. Itu sudah merupakan jihad loh. Yang belum shalat ayo mulai shalat, yang belum puasa ayo mulai puasa, yang udah puasa ayo mulai puasa sunnah, yang udah bisa ngaji ayo mulai menghapal qur’an. Selalu ada cara untuk menjadi semakin baik dan semakin baik lagi.

Bagai mana nanti jika gagal, orang-orang menjauhi kita? Orang bilang kita sok alim, sok suci? Jawabannya ada di frase selanjutnya.

 

dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

Ini dia jawabannya, didalam hidup ini hal yang paling kita senangi adalah melihat orang lain menderita. Biar kita menderita tapi ketika orang lain kita lihat penderitaannya lebih parah dari kita maka ada perasaan terhibur di hati kita. Pernah gak kita mengalami kejadian dihukum guru ketika nggak ngerjain tugas terus ketawa ngakak pas liat temen di tampar gara-gara kedapatan nonton film yang nggak-nggak. Itulah kodratnya manusia, senang mengejek dan mencela padahal dirinya juga sama aja. Ketika kita berjihad dengan jalan yang sudah kita pilih, pasti akan banyak orang yang mencela, mencemooh, menghakimi bahkan memfitnah. Tapi justru disitu keistimewaan kita teman. Umat pilihan tuhan tidak akan tergoda untuk memperdulikannya. Mereka punya prinsip anjing menggonggong tanda tak mampu.. eh salah anjing menggonggong kafilah berlalu, sirik tanda tak mampu. Jadi cool ajah, orang boleh bilang apapun tentang kita tapi Allah lah tempat kembalinya segala sesuatu. Asal niat kita ikhlas bersungguh-sungguh untuk menjadi umat pilihannya maka segala hinaan dan celaan akan menjadi lagu manis yang mengiringi kisah kepahlawanan kita nantinya.

Bukankah rosul juga di cela dulunya, bahkan diludahi dan disiram kotoran onta. Saya nggak kebayang betapa marahnya saya jika saya yang sedang sujud terus disiram kotoran onta. Mesti udah tak kejar-kejar orangnya. Tapi rosul tidak. Rosul hanya tersenyum dan bersabda, “Tuhan, jangan engkau hukum mereka karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.” Ya.. Orang yang mencela kita adalah orang yang masih belum mengerti, belum dibukakan hatinya oleh Allah untuk memahami prinsip dan cita-cita kita untuk menjadi ummat pilihannya. Memang beda sih kualitas kita dengan junjungan kita yang mulia itu, tapi kan kita berusaha bagaimana agar kita benar-benar bisa meniru beliau. Jadi saran saya jangan hiraukan ocehan orang yang membully kita, hanya doakan saja semoga Allah memberikan pemahaman kepadanya dengan rahmatNya..

Terakhir pertanyaannya apakah Indonesia yang dimaksud sebagai bangsa pilihan tuhan itu? Jawabannya ada di frase selanjutnya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun