Mohon tunggu...
Hazza zufar Al ghozi
Hazza zufar Al ghozi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi saya membaca, kepribadian saya kadang ekstrovert kadang introvert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tasawuf: Ajaran yang Selaras dengan Filosofi Stoikisme

12 Oktober 2024   13:21 Diperbarui: 12 Oktober 2024   13:24 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasawuf adalah dimensi spiritual dalam Islam yang berfokus pada upaya mendekatkan diri kepada Allah secara mendalam dan penuh cinta. Para penganut Tasawuf, yang disebut sufi, menekankan pengendalian diri, kebersihan hati, serta keterpisahan dari hal-hal duniawi yang dapat menghalangi hubungan mereka dengan Allah. Beberapa prinsip utama dalam Tasawuf adalah:

  • Zuhud (asketisme): Menjauhi kesenangan duniawi yang berlebihan untuk mencapai kedamaian batin.
  • Tawakal (kepasrahan kepada Allah): Menyerahkan segala urusan kepada kehendak Allah, sambil berusaha melakukan yang terbaik.
  • Muraqabah (pengawasan diri): Selalu merasa diawasi oleh Allah dalam setiap tindakan, sehingga mendorong perilaku yang baik dan menghindari kejahatan.
  • Mahabbah (cinta kepada Allah): Melalui cinta kepada Allah, seseorang dapat merasakan kedamaian dan ketenangan hati.

Tasawuf mengajarkan bahwa kedamaian sejati hanya bisa dicapai dengan meraih kedekatan kepada Allah dan menyucikan hati dari kesombongan, iri hati, dan nafsu duniawi.

Stoikisme adalah filosofi Yunani kuno yang dikembangkan oleh Zeno dari Citium sekitar abad ke-3 SM. Inti ajaran Stoikisme adalah bagaimana seseorang dapat mencapai kebahagiaan dan ketenangan batin dengan hidup sesuai dengan akal budi dan alam. Stoikisme mengajarkan pengendalian emosi, ketenangan di tengah kesulitan, dan menerima segala sesuatu yang terjadi sebagai bagian dari takdir. Beberapa konsep kunci dalam Stoikisme adalah:

  • Ataraxia (ketenangan batin): Mencapai keadaan di mana tidak terganggu oleh kegembiraan atau kesedihan yang ekstrem, melainkan tetap tenang dalam segala situasi.
  • Apateia (pengendalian emosi): Mampu mengendalikan emosi negatif seperti kemarahan, ketakutan, atau kecemasan, dan bersikap rasional.
  • Amor fati (cinta takdir): Menerima segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk, sebagai bagian dari kehidupan yang harus diterima dengan penuh kesyukuran.
  • Virtue (kebajikan): Stoik percaya bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai melalui hidup yang berlandaskan kebajikan, yaitu melakukan hal-hal yang benar dan adil.

Tasawuf dan Stoikisme memberikan panduan hidup yang membantu seseorang menghadapi cobaan dan kesulitan hidup dengan sikap tenang dan terkendali. Kedua ajaran ini menawarkan cara berbeda untuk mencapai kebahagiaan batin---Tasawuf melalui pendekatan spiritual dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, dan Stoikisme melalui pendekatan rasional dengan menerima dan mengendalikan diri. Meskipun berbeda, keduanya menginspirasi kita untuk hidup lebih bijak, damai, dan bermakna.

Kenapa stoik lebih terkenal dari pada tasawuf?

  • Sekularisasi dan Filosofi Rasional

Stoikisme, meskipun memiliki dimensi spiritual, cenderung lebih bersifat rasional dan sekuler dibandingkan Tasawuf. Stoikisme menekankan pada penggunaan logika dan akal untuk menghadapi kehidupan, yang sangat sesuai dengan nilai-nilai pencerahan dan humanisme di dunia modern. Nilai-nilai Stoik seperti pengendalian diri, ketahanan, dan penerimaan terhadap takdir sangat mudah diterapkan dalam kehidupan sekuler, baik dalam konteks agama maupun non-agama.

Tasawuf, di sisi lain, sangat terkait dengan agama Islam dan memiliki dimensi spiritual yang mendalam, dengan praktik seperti dzikir, puasa, dan ibadah yang terfokus pada pengalaman mistis. Dalam masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, ajaran yang sangat terikat dengan agama mungkin lebih sulit untuk diterima oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang atau minat dalam tradisi spiritual keagamaan.

  • Pengaruh Filsuf Modern

Banyak tokoh terkenal di Barat, termasuk para pemikir dan pemimpin, terinspirasi oleh Stoikisme. Misalnya, Marcus Aurelius dengan karyanya Meditations sering dianggap sebagai bacaan penting bagi para pemimpin, dan filosofi Stoik sering diadopsi dalam pengembangan diri dan psikologi modern (misalnya, dalam terapi perilaku kognitif). Buku dan diskusi tentang Stoikisme sering hadir dalam komunitas bisnis, kepemimpinan, dan pengembangan pribadi di dunia Barat.

Sebaliknya, Tasawuf tidak memiliki pengaruh yang sama dalam filsafat Barat modern. Meskipun tokoh-tokoh sufi seperti Jalaluddin Rumi sangat dihormati, pengaruh mereka lebih bersifat puisi dan mistisisme, yang kadang-kadang kurang diterima dalam konteks pendidikan formal di Barat.

  • Konotasi Religius dan Mistik

Stoikisme, meskipun memiliki dimensi spiritual, dianggap sebagai filosofi yang lebih universal karena tidak terikat dengan agama tertentu. Ini memudahkan orang dari berbagai latar belakang untuk menerima dan menerapkannya dalam hidup mereka.

Tasawuf, di sisi lain, memiliki asosiasi yang kuat dengan Islam dan praktik mistisisme, yang mungkin membuat orang non-Muslim atau yang tidak tertarik dengan spiritualitas sulit untuk mendekati dan memahami ajarannya. Asosiasi ini juga bisa menjadi penghalang bagi mereka yang tidak ingin terlibat dalam diskusi yang terkait dengan agama atau mistisisme.

  • Aksesibilitas dan Bahasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun