Ramadhan sudah berada diufuk barat. Memberi tanda bahwa sudah melewati pertengahan puasa. Pastikan tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan selama ramadhan. Bahkan harapannya, kebiasaan itu bisa ditingkatkan walau nanti ramadhan sudah berakhir.
Entah kebiasaan senang berbagi takjil, berbagi uang, membantu orang yang mendapat masalah di jalan, mengunjungi anak yatim, pergi di panti jompo, kebiasaan sholat tepat waktu, kebiasaan baca Al-Qur'an atau mungkin kebiasaan membaca buku tentang kisah orang terdahulu. Seperti yang saya lakukan.
Ya! Menjelang buka puasa, biasanya menghabiskan waktu di ruang depan sambil membaca buku. Menikmati bacaan tentang kisah orang-orang terdahulu. Terutama kisah sahabat Rasulullah.
Aku selalu tertarik dengan kisah mereka. Banyak hal yang aku rasa, sulit ditemukan pada masa sekarang ini. Muncul pertanyaan, bagaimana mungkin mereka bisa sehebat itu? Semakin membaca semakin menimbulkan tanda tanya besar?
Tentang Kedermawanan
Masih ingatkah kamu dengan kisah seorang lelaki yang pura-pura makan di depan tamunya pada malam hari. Hanya untuk memuliakan dan menjamu tamunya. Sementara mereka sebetulnya juga kelaparan.
Beliau adalah Abu Thalhah. Manusia teladan yang hidup di zaman nabi. Sikap dan perbuatan mereka itulah yang mestinya diteladani. Tapi bagaimana dengan kenyataan hari ini. Masih adakah orang seperti Abu Thalhah? Masih adakah yang mau memberikan makanannya kepada orang lain walau sebetuknya ia juga butuh dengan makanan itu?
Berbagi pada saat berlebihan adalah hal yang biasa tapi yang luar biasa adalah berbagi pada saat kekurangan seperti yang dicontohkan sahabat Rasulullah tersebut.
Tapi banyak orang yang lupa. Bahkan sekalipun dikelilingi dengan harta yang banyak, mobil yang mewah, rumah yang besar tapi keinginan untuk berbagi rasa-rasanya masih kurang. Sementara kita tahu bahwa harta yang dikumpulkan tidak akan bernilai bilamana tidak dimanfaatkan pada jalan yang diridhoi.
Semoga ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua. Juga bisa menjadi motivasi untuk berbagi. Terlebih lagi pada saat bulan ramadhan seperti sekarang ini. Jangan tunda kesempatan untuk berbuat baik sebab hari esok bisa jadi hari akhir dari kehidupan kita di dunia.
Â
Tentang Kelembutan Hati
Siapa yang sudah lupa dengan Abu Hurairah yang dijuluki sebagai bapak Kucing? Betapa ia begitu mencintai seeokor kucing. Kisah itu terlukis ketika ia keluar pada malam hari dan melihat kucing kecil di jalan. Ia berusaha menyelamatkannya.
Sederhana tapi cukup memberi makna yang dalam. Menyentuh sisi relung hati. Bila pada hewan saja ia begitu memuliakannya, lantas bagaimana dengan manusia? Tentu saja lebih dari itu.
Sikapnya mencerminkan kelembutan hati, pribadi yang penyayang, suka menolong, dan masih banyak hal lainnya tentang kebaikan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Membaca kisah Abu Hurairah, seketika teringat pada kisah seorang sahabat. Kala itu ia hendak makan, dengan lauk berupa sepotong ikan asin. Ingat! Bukan seekor. Baru saja dibakar dan diletakan di atas sepiring jagung. Ia tidak sadar bahwa bau ikan asin yang dibakarnya tercium oleh kucing oyen.
Juga tidak sadar bahwa kucing oyen juga berada disitu. Ia hendak mencuci tangan di kamar mandi. Yang menyedihkan adalah ketika keluar dari kamar mandi, ia mendapati daging-daging kecil ikan asin yang disisahkan kucing oyen.
Seketika mata menyala, amarah memuncak. Melihat kucing oyen yang sedang membersihkan mulutnya, langsung melayangkan tendangan maut. Beruntungnya kucing oyen berhasil kabur. Bila tidak, mungkin nyawanya sudah berakhir saat itu juga.
Mendengar kisah itu, aku bahkan bingung. Ingin tertawa tapi air mata lebih dulu menetes. Bagi orang kaya mungkin dengan mudah mengikhlaskan sepotong ikan asin itu, tapi bagi orang yang hidup serba kekurangan itu sangat berat sebab hanya itulah lauk terakhir yang akan menemani untuk menghabiskan sepiring jagung.
Aku bahkan tidak tahu bagaimana harus menyikapi kisah itu. Menurut kamu bagaimana? Ia kamu yang membaca tulisan ini. Berikan jawabanmu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H