Lalu siapa yang pantas untuk disalahkan dengan fenomena yang terjadi saat ini? Siapa yang mengambil peranan penting untuk menumbuhkan kembali kebiasaan membaca yang sudah hampir punah ini?Â
TIDAK ADA.
Daripada kita sibuk mencari cari siapa yang harus disalahkan dan rasanya memang tidak ada satupun yang pantas untuk disalahkan lebih baik kita saling bekerjasama untuk menemukan solusinya. Sebelum itu kita harus mencari lebih dulu akar dari permasalahannya.
Ada beberapa faktor menurut saya yang dapat menurunkan minat baca di Perpustakan, antara lain:Â
1. Â Koleksi buku yang kurang memadai dan terkini sesuai dengan kebutuhan mereka
2. Pengelolaan/Tampilan perpustakaan yang kurang tertata dengan baik
3. Pelayanan dari Pengelola/Staf yang bertugas yang tidak ramah.
Sebenarnya menurunnya minat baca bukanlah sesuatu hal yang selalu dipandang negatif. Perubahan tren di kalangan Generasi Z ini harusnya menjadi kesempatan bagi penggiat literasi untuk menawarkan konsep yang baru dan relevan dengan kehidupan mereka.Â
Di zaman yang serba digital ini, harus bisa menyeimbangkan kebutuhan Perpustakaan  baik dari Gedung, Sarana dan Prasarana, Fasilitas,maupun pelayanannya dan juga harus bisa memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai penunjang bagi Perpustakaan untuk menarik minat pengunjungnya.Â
 Misalnya saja dengan memanfaatkan sosial media untuk menyebarkan iklan dan cerita yang lebih menarik.Â
Semua pihak perlu bekerjasama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendorong minat baca di kalangan Gen Z. Institusi Pendidikan perlu menyediakan akses yang menarik seperti klub literasi, pertunjukan teater, mengadakan lomba karya tulis/mading atau bedah buku.Â
Sekolah juga bisa menghadirkan penulis terkenal sebagai pembicara atau membiasakan literasi ringan bagi siswa/i sebelum awal pelajaran dimulai setiap harinya.
 Orangtua juga bisa memberikan edukasi pentingnya budaya membaca kepada anak dimulai sejak usia dini, mengadakan kegiatan membaca yang menarik dan juga memberikan contoh kepada anak dengan mengatur jadwal membaca buku dirumah 15 menit sebelum tidur dan memiliki target buku yang harus selesai dibaca dalam 1 Tahun sehingga aktifitas ini akan menjadikan kebiasaan positif.
Sebagaimana fungsi jantung dalam tubuh yang menentukan sehat tidaknya seseorang begitu juga fungsi Perpustakaan. Apabila sekolah tidak memiliki perpustakaan, sama seperti tubuh tidak memiliki jantung sehingga seseorang tidak punya kekuatan untuk hidup. Kenyataan lain, ternyata perpustakaan semakin tidak diminati siswa untuk dijadikan sebagai sumber belajar karena banyaknya multimedia canggih yang lebih mudah dan cepat digunakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan.Â