Mohon tunggu...
Abdul Hawil Abas
Abdul Hawil Abas Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Biologi

Seorang Mahasiswa Biologi di Universitas Sam Ratulangi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Cerita Menyeramkan Masa Kecil Seorang Pembunuh Berantai

30 April 2021   10:09 Diperbarui: 30 April 2021   10:49 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gacy Kecil, via filmdaily.co

Tidak dapat disangkal bahwa Aileen Wuornos menjalani kehidupan yang penuh tragedi. 

Ayah kandungnya dikirim ke penjara karena melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dan ibu kandungnya meninggalkannya ketika dia baru berusia 3 tahun. 

Wuornos kemudian tinggal bersama kakek-neneknya dan menderita pelecehan selama bertahun-tahun di tangan kakeknya sendiri. 

Dalam bukunya 'Monster: My True Story', dia menulis, "Ibuku menarikku keluar dari perutnya dan meninggalkanku dengan kakek-nenekku. Kami tidak pernah melihatnya lagi kecuali untuk pemakaman. Dia bisa masuk neraka. (Kakek) saya sering memukuli saya sepulang sekolah atau jika saya pulang terlambat. Dia akan menyuruh saya menebang ranting willow dan dia akan menggunakannya. Saya segera mengetahui bahwa semakin tebal cabangnya, semakin sedikit sakitnya. "

Pada usia 13 tahun, dia dikenal sebagai" babi rokok "di antara anak laki-laki di sekolah karena dia terkenal suka menukar kesenangan seksual dengan rokok. Pada tahun 2002, dia dieksekusi dengan suntikan mematikan karena membunuh tujuh pria di Florida saat dia bekerja sebagai pelacur.

Referensi:

1. Buku Whoever Fights Monsters: My Twenty Years Tracking Serial Killers for the FBI  

2. Buku Monster: My True Story

3. Buku Extraordinary Behavior: A Case Study Approach to Understanding Social Problems

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun