Mohon tunggu...
Abdul Hawil Abas
Abdul Hawil Abas Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Biologi

Seorang Mahasiswa Biologi di Universitas Sam Ratulangi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Cerita Menyeramkan Masa Kecil Seorang Pembunuh Berantai

30 April 2021   10:09 Diperbarui: 30 April 2021   10:49 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gacy Kecil, via filmdaily.co

Kemudian, dalam sebuah wawancara dengan FBI Profiler Robert K. Ressler, Berkowitz teringat saat melihat ibunya mencoba menghidupkan kembali hewan peliharaan kesayangannya tetapi tidak dapat menyelamatkannya.

2. John Wayne Gacy Waktu Masih Kecil Membakar Kalkun Hidup-hidup!

Gacy Kecil, via filmdaily.co
Gacy Kecil, via filmdaily.co

John Wayne Gacy adalah anak yang cerdas dari keluarga kelas menengah dan dibesarkan di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. 

Dia sangat mencintai ibunya tetapi ada banyak kekerasan di rumah masa kecilnya karena ayahnya adalah seorang pecandu alkohol yang agresif yang akan mencaci-maki Gacy sewaktu kecil. Ayahnya sering memukulnya karena dia terlalu "banci" dan akan tumbuh menjadi "banci". 

Sebagai seorang anak, Gacy memutuskan untuk melampiaskan rasa frustrasinya pada hewan-hewan kecil dan menikmati menyiksa kalkun. 

Dia akan melempar balon berisi bensin ke burung malang itu sebelum menyalakan api dan menyaksikan mereka terbakar hidup-hidup. 

Dalam wawancara setelah penangkapannya, Gacy mengatakan kepada psikiater bahwa hasil penyiksaan hewan berlarian di api adalah salah satu adegan paling lucu yang pernah dia saksikan, menghibur anak-anak di pesta ulang tahun katanya. 

Pada tahun 1978, dia akhirnya mengaku membunuh setidaknya 30 korban, mayat 27 korban ditemukan terkubur di ruang merangkak di bawah rumahnya sendiri dan yang lainnya dibuang di dekat Sungai Des Plaines.

3. Aileen Wuornos Dipanggil "Babi Rokok" Saat Remaja

Aileen Wuornos, via oxygen.com
Aileen Wuornos, via oxygen.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun