dan kita lupa prolog nan indah
masihkah kau menyimpan butir padi
sebelum menjadi nasi, ketan apalagi bubur
saat itu, berdiri kukuh
tengadah pada pucuk cemara
aku mengenalimu sejak belum bercendawan
masih menangis di kebun bambu
mengeja anatomi yang berantakan
tercecer tanpa sumbu kompor
sekarang atau nanti
tak ada lagi sepatu tercampakan di teras
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!