Setelah merasa dapat persetujuan, pria itu tersenyum kembali. Ia mengambil kursi dan duduk berisian dengannya di balkon, kemudian menuliskan,
"Terimakasih pula untukmu. Dan perkenalkan, namaku Yash. Aku adalah fotografer"
---OwO---
"Oh? Aku baru tahu ternyata kau sangat cinta dengan sastra sejak kecil.." ungkap Yash lewat goresan penanya. Mereka sudah berbincang sejak setengah jam yang lalu mengenai Aldearra itu sendiri. Yash terlihat tertarik padanya, dan itu juga membuat Aldearra senang.
"Kalau boleh tahu, mengapa?"Â tanya Yash, sembari menatap Aldearra dengan raut penasaran.
"Aku tidak pernah mendengarkan harmoni dan alunan indah dari musik dan tak dapat menikmati goresan warna dari lukisan. Maka dari itu, aku menikmati dan menyelam dalam seni kepenulisan" tutur Aldearra saat menuliskan jawabannya di kertas. Aldearra dapat melihat raut kagum dari Yash, ia tersenyum bahagia. Belum pernah ada orang luar sekolah tuli yang benar-benar tertarik padanya.
Yash kembali menggoreskan tinta penanya,
"Apakah tulisan indahmu juga sangat beragam seperti musik? Kupikir, bakatmu akan sangat keren jika kau menulis banyak sekali kisah dan prosa tentang hal yang berbeda. Seperti musik dan genrenya, seperti kuas dan cat warna yang beragam pula"
Aldearra mengamati pertanyaan Yash, tangannya seketika terdiam. Senyumnya perlahan mengendur, raut wajahnya murung. Pikirannya tiba-tiba tertarik kembali pada kebimbangannya petang tadi. Dengan rasa kecewa, ia menuliskan pikirannya dengan perlahan,
"Tidak. Aku hanya menulis tentang keindahan panorama kota Vladiostok, dengan segala deskripsi tentang kepingan salju dan awan putihnya"
Yash tertegun sejenak, mencoba mencerna dan memahami apa yang Aldearra rasakan. Saat Yash akan menjawab pernyataan Aldearra, tangan lentik gadis itu menyelanya.