Mohon tunggu...
Rahmi H
Rahmi H Mohon Tunggu... Guru - Peskatarian

Ngajar | Baca | Nulis Kadang-Kadang Sekali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sopia, Teluk dan Cemara

12 November 2020   19:46 Diperbarui: 12 November 2020   19:49 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sopia beranjak, menuju bibir pantai, air laut berkilau ditimpa matahari pagi yang mulai meninggi. Sopia menggenggam foto itu erat, tekadnya kuat, ia akan mengikhlaskan segalanya, baginya, hati dan pikiran cukuplah menjadi tempat terbaik menyimpan dan merapikan segala kenang tentang Bapaknya.

Maka ia bertekad melarung foto itu bersama segenap kesedihan dan kesepiannya. Sopia melepas foto itu perlahan di atas air. Ia membiarkannya hanyut tersapu gelombang lembut air laut, ia telah mengikhlaskan jika memang teluk itulah yang telah menelan tubuh Bapaknya.

Sopia memandang foto itu penuh haru, pagi ini ia benar-benar percaya telah melepas kepergian bapaknya dengan sangat tabah.

Terima Kasih... Bisiknya dalam hati...

---------------
12 November 2020
Selamat Hari Ayah

"Dengan segenap cinta, untuk mereka yang terus bertumbuh dan bertahan dalam tabah meski tanpa Ayah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun