Jarang sekali ada orang yang bertamu malam-malam seperti ini. Hal itu membuat Gabriel memiliki harapan jika orang ini adalah Luthfi, prianya yang beberapa hari ini menghilang.
Perempuan itu membuka pintu dan mendapati seorang pria yang berdiri di depan rumah. Ia sama sekali tak mengenalnya, bahkan tak ingat jika kedua orang tuanya memiliki kerabat seperti pria di hadapannya.
"Permisi, apa benar ini rumahnya Gabriel?" tanya pria itu memastikan.
"Iya, saya Gabriel. Ada apa, ya, Mas?"
Pria itu langsung membuka resleting tas pinggangnya dan mengeluarkan sebuah surat undangan pernikahan. "Saya mau nganterin ini, Mbak," kata pria itu sambil menyerahkan surat undangan.
Gabriel mengambilnya dengan ragu. Pasalnya, yang ia tahu, tidak ada teman atau kerabatnya yang akan menikah.
Setelah Gabriel mengucapkan terima kasih, pria itu pun pergi.
Karena penasaran, Gabriel membuka surat undangan  yang ada di tangannya dan membacanya. Seketika dirinya mematung, tubuhnya membeku, dunia seolah-olah berhenti pada detik itu.
Dalam surat undangan itu jelas tertulis nama pria yang beberapa hari ini ia khawatirkan kerena mendadak menghilang. Luthfi Kurniawan.
Gabriel sadar dari lamunannya. Walau sudah dua tahun berlalu rasa sakitnya masih saja terasa saat mengingat kejadian itu. Ia yang khawatir dan menunggu kabar dari pria itu, tiba-tiba mendapat kenyataan yang paling pahit.
"Maafin aku, Riel."