Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Masih Adakah Cinta (2)

16 September 2017   03:12 Diperbarui: 16 September 2017   03:20 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita sebelumnya ada di sini

Waktu kecil Galih juga suka mengajarkan aku bermain gundu. Dan ternyata main gundu itu permainan yang mengasyikan. Pertama kali Galih mengajarkan aku, aku begitu kesulitan menekan kelereng dengan sentilan jari-jariku. Tapi lambat laun aku semakin mahir. Seringkali Galih harus ngutang kelereng padaku. Galih melempar kelerengnya ke tanah. Aku mulai berusaha untuk menjentik kelerengku agar kena kelereng Galih. Jika kena, kelereng Galih akan jadi miliku. Dengan demikian juga kalau Galih bisa mengenai kelerengku, kelerengku akan menjadi milik Galih.

            "Ih, Galih curang," aku marah padanya saat tahu Galih curang.

            "Aku gak mau main lagi ah, "aku berlalu darinya, tapi dengan cepat Galih akan berdiri di depanku sambil menyeringai lebar-lebar.

            "Ya , deh aku gak akan curang lagi," tukasnya sambil mengangkat kedua tangannya. Walau kesal tapi saat lihat seringainya yang membuat raut wajahnya tampak lucu , mau gak mau akhirnya aku mau bermain lagi dengannya.

            "Wah, aku harus sering berlatih, kamu tambah pintar Karin,"  tukasnya.

            "Makanya jangan suka meremehkan kemampuan orang." Aku  menyentil lagi kelereng terakhirku.

            "Kena,!" teriakku sambil meloncat tinggi-tinggi. Galih garuk-garuk kepalanya . Dia memandangku dengan picingan matanya. Galih bilang, dia akan membalas kekalahannya.

            "Duh, bisa-bisa aku dimarahi si emak, uang jajanku habis buat beli kelereng," keluhnya. Aku menatapnya kasihan dan menyodorkan semua kelereng yang kudapat tadi. Galih pura-pura gak mau tapi matanya sedikit melirik ka arah tanganku. Dengan cepat Galih mengambil kelereng dari tanganku. Aku tergelak keras.

            "Makanya jangan sok gak mau." Aku masih tergelak. Galih melotot ke arahku , tapi kemudian dia kembali tertawa bersama denganku. Tawa kami begitu keras sehingga bi Sum mendatangi dengan tergopoh-gopoh.

            "Ada apa kalian tertawa terus menerus. Galih , kasihan non Karin nanti kecapaian. Sudah istirahat dulu,"tukas bi Sum memandangku kawatir. Aku tahu kalau aku kecapaian aku sering kumat asmanya. Nah, itu artinya bi Sum bisa kena omel mama. Galih menatap kelereng yang ada di tangannya. Sebagian dia taruh di kantung celananya. Tampak kantung celananya menggembung. Aku tersenyum . Berapapun kelereng pasti akan aku berikan padanya. Aku hanya ingin ditemani bermain. Itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun