Keesokan harinya Jean bangun dengan semangat seperti biasanya. Ia menatap fotonya dengan sang abang. "Abang, Jean udah bangun sendiri. Jean nurutin semua kata-kata abang. Semoga kita bisa ketemu lagi." Ia memeluk foto itu sejenak lalu bangkit dari tempat tidurnya. Ia bersiap-siap berangkat ke sekolah. Sebelum ganti seragam, dia harus mencuci piring bekas para penghuni panti dulu. Lalu ia berjalan dengan riang ke sekolah. Semenjak mendapat kasih sayang dari Nek Selen, hidup Jean lebih cerah. Ia kembali merasa hidupnya berharga.
Berbeda dengan Jean, Jaan pagi ini bangun lebih lambat dari biasanya karena hari ini dia tidak ada kelas. Dia bangun jam 9 pagi. Setelah bangun dia langsung bersih-bersih dan memilih untuk berjalan-jalan. Saat dalam jalan santainya, tiba-tiba prutnya keroncongan. Pagi ini dia tidak sarapan. Ia pun berhenti di depan toko roti yang ia temui tadi malam dan memilih membeli roti disana. Saat masuk ia disambut oleh pemandangan toko roti yang begitu sederhana, bersih, dan rapi. Ia melihat seorang nenek sedang membawa roti yang masih panas karena baru keluar dari panggangan. Nenek itu melihat kea rah Jaan yang sedang menatapnya.
"Eh, selamat datang ,nak. Silahkan duduk. Kamu mau beli roti apa?" Tanya nenek itu dengan ramah dan lembut kepada Jaan. "Terimakasih, nek. Saya mau beli roti yang baru nenek bawa barusan saja." Ucap Jaan lalu duduk di salah satu kursi. Nenek itu tersenyum lembut pada Jaan dan mengambilkan roti yang diinginkan Jaan. "Ini roti mu nak." Nenek tersebut meletakkan roti Jaan keatas meja lalu duduk dikursi lain dekat Jaan.
"Kamu ini mirip sekali dengan karyawan nenek. Apa kalian saudara?" Tanya nenek itu pada Jaan. Jaan terkejut saat mendengar perkataan Nek Selen. Jadi Jaan sedang berbicara dengan Nek Selen yang telah memperbaiki hidup adiknya. "Maksud nenek? Eh, benarkah? Apa aku boleh tau namanya, nek?" Tanya Jaan dengan sedikit gugup.
"Oh, namanya Jean. Dia sangat cantik dan baik. Dia dari Panti Asuhan Famfield. Kasihan dia. Dia tidak dibiayai oleh pantinya. Sebenarnya nenek tidak mau punya karyawan. Tapi karena kasihan padanya, nenek membantunya. Dia sudah 6 tahun bekerja disini. Dia sudah seperti cucu nenek sendiri. Dia pernah cerita, dia punya saudara laki-laki bernama Jaan yang terpaksa meninggalkannya agar dia tetap hidup sampai sekarang. Jean sangat merindukannya. Nenek ingin sekali membantunya agar bisa bertemu dengan saudaranya. Tapi nenek sudah tua. Nenek juga penasaran dengan Jaan itu. Apakah dia mirip seperti mu? Kalian berdua sangat mirip." Jelas Nek Selen. Jaan terdiam mendengarkan penjelasan Nek Selen. Berarti yang dia lihat semalam adalah Jean.
"Nek. Aku adalah Jaan. Saudara kandung Jean." Jaan memberi tau nenek itu yang membuat sang nenek terkejut sekaligus tersenyum bahagia. "Benarkah? Dia akan kemari sekitar jam 4 sore nanti. Nanti kau datang saja kemari untuk menemuinya. Akhirnya Jean bisa bertemu dengan mu." Mendengar itu Jaan sangat bahagia. Ia berterimakasih kepada Nek Selen, lalu membayar rotinya lalu pergi dari toko roti itu dengan bahagia.
"Nek! Jean datang. Nenek tampak bahagia sekali. Ada apa nek?" Jean yang baru tiba di toko roti dibuat heran dengan nenek kesayangannya yang tampak sangat bahagia. Dia tidak terlalu ambil pusing hal itu. Ia mengganti baju, memakai celemek, lalu membantu sang nenek meyani pelanggan yang tidak seberapa itu.
Tiba-tiba tampak diluar sebuah sepeda motor berhenti di depan toko itu. Jean pun segera menuju pintu untuk menyambut orang yang menurutnya seorang pelanggan baru. Laki-laki ber hodie hitam itu membuka helm. "Jean, lama tidak bertemu, ya?" sapa laki-laki itu padanya. Jean masih kebingungan. Dia berusaha mengingat siapa laki-laki didepannya. Dan bagaimana bisa orang itu mengenalnya. Ia mulai memperhatikan laki-laki didepannya dari atas kebawah.
"Kamu gak inget abang lagi?" Tanya Jaan dengan senyum lembut dan mata yang mulai berkaca-kaca. Jean langsung ingat siapa orang itu. Orang yang selalu ia tunggu selama ini. Jean tidak bisa menahan air matanya. Ia langsung memeluk Jaan dengan erat. Jaan terkekeh melihat adiknya yang masih sama seperti terakhir ia melihatnya. "Abang kemana aja? Jean kangen banget tau. Abang jangan pergi lagi." Ucap Jean dalam tangisnya.
"Kemana ya? Iya deh, kita gak akan pisah lagi. Soalnya abang udah minta ke orang tua angkat abang buat adopsi kamu juga. Jadi kamu bisa bebas dari panti itu." Jean sangat senang mendengarnya. "Makasih banyak ,bang." Jaan semakin gemas dengan tingkah Jean. "Iya." Jawabnya singkat.
Nek Selen yang berada disana ikut menangis bahagia melihat Jaan dan Jean kembali bersama. Disisi lain, ia juga sedih. Jika sudah tidak tinggal dipanti, Jean tidak akan bekerja di tokonya lagi. Ia akan kesepian seperti dulu lagi. Jean ternyata memperhatikan Nek Selen. Ia mendekati Nek Selen. "Nenek tenang aja, Jean akan tetap ngebantu nenek disini." Jean menghibur Nek Selen yang sudah seperti keluarga baginya.