Mohon tunggu...
Hassyifa Febriliyani
Hassyifa Febriliyani Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi MTsN PADANG PANJANG

EN-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Adikku Kembali Padaku

25 Oktober 2023   18:57 Diperbarui: 25 Oktober 2023   20:45 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tapi itu tidak akan pernah didapatkan oleh Jaan dan Jean. Academy Decelist mempunyai jam pulang sekolah yang lebih lama. Jean saja pulang jam 2 siang. Apalagi Jaan, ia pulang jam 4 sore. Ny. Marge melarang mereka makan siang sebelum semua piring bekas makan 36 penghuni panti itu mereka cuci. Jaan sebenarnya sangat ingin melawan. Tapi ia juga harus memikirkan nasib adiknya nanti.

Jean biasanya menunggu abangnya pulang sekolah, baru ia mencuci piring bersama Jaan. Namun hari ini berbeda. Jean sangat lapar karena dia tidak sarapan tadi pagi, ditambah hari ini dia ekskul kesenian. Dia pun mencoba mencuci piring sendiri. "Gapapa deh nyuci piring sendiri. Jadi lebih cepat makan, terus abang gak perlu capek-capek nyuci." Ucapnya menyemangati dirinya. Awalnya semua berjalan lancar. Dia mencuci piring dengan semangat.

Tiba-tiba hal yang tidak diduga terjadi. Seorang anak panti lain berlari ke ruang cuci piring tempat Jean mencuci piring dan tidak sengaja menendang tumpukan piring yang sudah selesai disabuni Jean. "Krakk!" Piring-piring itu pecah berkeping-keping. Suara yang keras itu membuat seisi panti terkejut dan menuju tempat asal suara. Ny. Marge terkejut melihat banyaknya pecahan piring ditempat itu. Jean lah yang menjadi tersangka dari kekacauan itu. Walau itu semua bukan salahnya, tapi apa daya, dimata Ny. Marge dia lah yang salah.

"Dasar anak bodoh! Kamu kira piring yang kamu pecahkan itu dibeli pakai daun?! Kamu tidak berpikir dengan apa anak-anakku yang lain makan ha? Hari ini dan besok, tidak ada jatah makan untuk mu! Sekarang semua ini kau bersihkan sendiri. Selamat bekerja sayang." Ny. Marge mengunci Jean sendiri di ruang itu. "Buk! Buka buk!" Jean tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah sangat lapar. Jean mulai membersihkan semua kekacauan yang bukan perbuatannya itu.

Jaan berlari pulang dari sekolah. Dia khawatir dengan adiknya karena hari ini dia pulang terlambat. "Aku harus cepat, Jean pasti udah lapar." Gumamnya. Sesampainya di panti, dia langsung masuk ke kamar mencari Jean. Namun sang adik tidak berada dikamar. Ia mulai mencari keseluruh sudut panti, hingga sampailah di ruang cuci piring. "Pintunya terkunci? Jean! Apa kamu didalam?" Panggil Jaan dari luar. Ternyata Jean sudah terduduk lemas didalam. Ruangan itu gelap dan cukup kecil. Tidak ada lampu ataupun jendela.

Jean memiliki Claustrophobia, atau ketakutan berlebih terhadap tempat tertutup dan gelap. Badan Jean benar-benar lemas. Ia tak sanggup berbicara, walaupun ia mendengar abangnya memanggil diluar. "Abang," panggilnya lemah. Jaan langsung panik. Ia berusaha mendobrak pintu itu. Dan dengan beberapa tendangan pintu itu terbuka. Jaan langsung memeluk dan menenangkan Jean. Ia menggendong adiknya kekamar. Ia tidak peduli akan perlakuan kasar Ny. Marge setelah peristiwa ini.

"Berani kamu sekarang melawan saya?!" Ny. Marge murka Karen perbuatan Jaan. Dan Jean mendapatkan masalah yang kedua kalinya.  "Ya, saya berani!" Jaan menjawab sehingga amarah Ny. Marge semakin memuncak. Saat akan melakukan kekerasan pada Jaan, tiba-tiba pintu panti diketuk oleh seseorang.

"Tok tok tok."
Ny. Marge menjeda tindakannya dan langsung menuju pintu. Pintu pun dibuka.
"Maaf. Selamat malan nyonya. Apa benar anda Ny. Marge kepala panti ini?"
"Benar, saya adalah kepala panti ini. Ada keperluan apa tuan dan nyonya kemari?"
"Ah, perkenalkan saya Tn. Lectern, dan istri saya Ny. Lectern. Kedatangan kami kemari ingin mengadopsi anak." Jelas seorang pria paruh baya, Tn. Lectern.
"Benar, nyonya. Sudah 8 tahun pernikahan, kami belum diberi anak." Tambah sang istri.

Mendengar itu, Ny. Marge sangat senang dan mempersilakan kedua pasangan itu masuk. Mereka berdua mengamati semua anak disana. Ny. Lectern pun melihat kearah Jaan. Ia memperhatikan Jaan yang sedang sibuk berbicara dengan Jean yang tersandar ke dadanya. Ny. Lectern mendekati Jaan. "Maaf, nak. Nama kamu siapa?" Tanya Ny. Lectern. Dan masih banyak pertanyaan yang ia berikan pada Jaan. Jaan pun hanya menjawab seadanya, karena dia sedang fokus pada Jean.

Hati Ny. Lectern terketuk untuk megadopsi Jaan. "Jaan, apa kamu mau jadi anak kami?" Tanya Tn. Lectern yang mengerti gerak-gerik sang istri. Jaan terkejut dan langsung menjawab, "Aku mau, asal kalian juga membawa adikku." Tn. Lectern pun terdiam. Dia menatap sang istri yang juga sedang berpikir.

"Maaf, kami tidak bisa. Kami belum siap untuk mengurus 2 anak sekaligus. Tapi kami mohon, ikutlah pulang dengan kami." Pinta Ny. Lectern. Jawaban itu membuat Jaan tidak mau diadopsi dan pergi membawa Jean kekamar. Tn. Lectern dan Ny. Lectern tidak bisa berkata-kata. Ny. Lectern menangis. Ia sangat memiliki anak seperti Jaan. Ny. Marge pun tidak bisa diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun