Kompasiana sebagai rumah bersama, namun penanggungjawab artikel tetap kepada penulis yang bersangkutan. Mari kita semua menjadi obor pada kegelapan demokrasi.
Indonesia terancam atau bisa jadi kita sudah berada pada suasana perang asimetris, perang pembodohan. Saatnya kita harus cerdaskan rakyat dengan informasi produktif mencerah dan kritis.
Indonesia butuh manusia yang kritis, agar para oknum, khususnya koruptor atau antek-antek oligarki di Indonesia, bisa tidak leluasa memakan bangsanya sendiri.
Lawas di Kompasiana
Penulis sudah cukup lama berada di Kompasiana, sejak 19 Juni 2009, hampir bersamaan lahirnya Kompasiana.Â
Kalau tidak salah postingan pertama saya "Disiplin Anggaran Kunci Sukses Otonomi Daerah" namun karena aktifitas padat, maka saya juga jarang posting.
Diharapkan Kompasiana tidak terpengaruh pada kondisi pers yang sudah mulai abu-abu atau bersifat subyektif, membela yang salah, tidak boleh terjadi.
Walau saya jarang di Kompasiana, tapi cukup memantau bagaimana jiwa atau profesionalisme kompasiana terhadap internal dan eksternal, sejak lahir sampai sekarang.
Dunia dan/atau insan pers serta komunitas jurnalistik sangat mudah terbaca bila berlaku konvensional, sangat kelihatan atau mudah dinilai atas subyektif dan obyektifnya.
Bila Kompasiana tidak independen, kompasianer bisa ikut kalang kabut menyalurkan kreatifitas dalam penulisan atau pemberitaan yang sifatnya obyektif. Tidak akan tertarik menulis yang sifatnya kritis.
Ayo Kompasiana, tunjukan independensi serta profesionalisme jurnalistik internal dan eksternal. Jadilah rumah bersama yang profesional, untuk bersama.