Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Politik Energi Oligarki

24 September 2022   05:55 Diperbarui: 24 September 2022   05:57 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memang kita di Indonesia ini aneh bin ajaib, karena batu bara yang berlimpah diciptakan oleh Tuhan Ymk dan diberikan pada Indonesia, hanya taunya kita eksploitasi habis-habisan untuk diekspor namun kebutuhan dalam negeri antisipasi krisis energi tidak terpenuhi, malah minus batu bara. Bagaimana bisa?"

Politik kompor oligarki; Indonesia ekspor batu bara tapi Impor BBM dan Gas. Coba cari tahu siapa saja yang produksi massal kompor listrik????

Jual ke luar negeri atau ekspor batu bara, batu bara ke industri dalam negeri minus, lebih parah lagi beli dari luar negeri atau impor BBM dan Gas. Sungguh luar biasa cerdas, eh salah, bodoh banget bertindak. Hanya untuk kibuli rakyatnya sendiri.

Tahu kita bahwa Indonsia itu merupakan ekspor batu bara Indonesia terbesar ke-2 di dunia, tapi di negeri sendiri krisis pasokan batu bara ke industri termasuk ke PLN.

Kenapa bukan batu bara dijadikan energi listrik? Mau alasan klize, lingkungan. Itu hanya pembohongan publik saja. Disini letak motivasi atau alasan "pembohongan publik" agar batu bara tidak dipakai di dalam negeri.

Jadi terbaca bahwa ada kepentingan oligarki bermain dan mengisap terus darah rakyat sendiri, tanpa merasa berdosa. Oknum pejabat pemerintah kita ini memang bebal dan tanpa rasa dan malu lagi.

Batu bara tidak perlu dibuat oleh manusia. Tuhan Ymk, sudah memberikan itu ke negara kita. Dengan jumlah yang sangat melimpah. Kenapa bukan itu yang dijadikan bahan baku listrik. Listrik bisa dihasilkan dari batu bara dengan sangat murahnya.

Berdasarkan data BP’s Statistical Review of World Energy 2021 yang dikutip pada Sabtu (1/1/2022), volume ekspor batu bara Indonesia pada tahun 2020 mencapai 8,51 juta ton.

Angka tersebut setara dengan 26,8 persen dari total volume ekspor batu bara di dunia. Adapun volume ekspor batu bara dunia pada tahun 2020 secara keseluruhan mencapai 31,78 juta ton.

Coba kita intip negara eksportir batu bara terbesar di dunia (2020), perhatikan Indonesia di posisi mana? sebagai berikut:

  • Australia: 9,25 juta ton (29,1 persen)
  • Indonesia: 8,51 juta ton (26,8 persen)
  • Rusia: 5,66 juta ton (17,8 persen)
  • Kolombia 1,66 juta ton (5,2 persen)
  • Afrika Selatan 1,64 juta ton (5,2 persen)
  • Amerika Serikat 1,62 juta ton (5,1 persen)

Berikut daftar negara tujuan ekspor batu bara Indonesia:

  • China: 127,7 juta ton
  • India: 97,5 juta ton
  • Filipina: 27,4 juta ton
  • Jepang: 26,9 juta ton
  • Malaysia: 26,1 juta ton
  • Korea Selatan: 24,7 juta ton
  • Vietnam: 17,8 juta ton
  • Taiwan: 17 juta ton
  • Thailand: 16,8 juta ton
  • Bangladesh: 7,2 juta ton

Program Energi Bolak-Balik

Pemerintah buat program dibolak-balik, ujungnya rakyat yang memikul semua. Kampanye mobil listrik untuk mengatasi impor bahan bakar minyak. Sekarang kampanye kompor listrik untuk mengatasi impor elpiji.

Padahal kompor listrik untuk menghabiskan pasokan listrik yang lebih di Jawa, berarti program kompor listrik untuk kepentingan penjualan listrik PLN yang opersuplier di Jawa. Benar-benar kibuli rakyat.

Terlalu banyak pembangkit listrik dibangun di Jawa secara besar-besaran. Dengan target pertumbuhan ekonomi, tapi ternyata pertumbuhan ekonomi tidak sebesar yang diinginkan. Terjadilah kelebihan listrik di Jawa.

Kenapa pertumbuhan ekonomi meleset sesuai target? Ya karena korupsi di tingkat pejabat sangat marak terjadi, tuh KPK tiap hari tangkap koruptor. Mau itu kepala desa, bupati, walikota, gubernur, menteri, pejabat kementerian. Semua korupsi tanpa ada rasa malu lagi, seperti muka tembok saja.

Ambisi negara ini untuk maju  memang sangat besar. Itu terlihat dalam kampanye Pilpres. Angka pertumbuhan ekonominya diinginkan sampai 6 persen. Bahkan ada capres yang menjanjikan sampai 7 persen.

Ambisi itu tidak mungkin dicapai kalau listriknya tidak disediakan. Harus dalam jumlah yang cukup. Pertumbuhan penyediaan listrik harus 2 persen di atas pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, demikian Dahlan Iskan, Mantan Dirut PLN dalam laman fbnya.

Terjadi kelebihan pasok listrik yang sangat besar di Jawa. Pembangkit raksasa, milik swasta, selesai dibangun. Unit yang kapasitasnya 1.000 MW/unit saja ada 4 buah. Di Banten. Di Cilacap. Di Batang ada dua, milik Adaro. Di utara jalan tol Jakarta-Semarang.

Empat raksasa itu sekaligus lambang kehebatan Indonesia: mampu memiliki pembangkit raksasa seperti di negara maju. Itulah unit terbesar PLTU yang mampu dibangun manusia. Tidak ada yang lebih besar dari itu. Harus dengan sistem super-super kritikal.

PLN harus membeli semua listrik itu. Tapi PLN kesulitan menjual sampai habis. Permintaan listrik di Jawa turun. Sejak jauh sebelum Covid - diperparah oleh Pandemi Covid-19.

Ini menyangkut ketahanan nasional di bidang energi. Juga menyangkut kemandirian energi. Indonesia harus setop ekspor batu bara untuk dalam negeri. 

Impor elpiji, semua sudah tahu, nomor dua terbesar yang membebani negara ini. setelah Impor BBM yang menjadi juaranya. 

Kenapa bisa bertindak bodoh, ekspor batu bara lalu beli elpiji dan BBM. Ahirnya rakyat yang punya beban, dengan strategi politik "subsidi" kompor listrik.

Dua-duanya sebenarnya bisa diatasi oleh kemampuan kita sendiri. Dua-duanya tergantung keputusan kita sendiri.

Pakai batu bara, jangan ekspor. Karena ekspor pejabat yang bersangkutan dapat fee, sehingga ekspor batu bara dan impor BBM serta Gas, semua ada sukses fee. Itu korupsi namanya.

Problem kelebihan listrik di Jawa itu akan hilang sendiri mana kala pertumbuhan ekonomi membaik. Maka upaya memperbaiki ekonomi   adalah fokusnya.

Sayangnya fokus itu bisa buyar oleh datangnya tahun politik Pemilu dan Pilpres 2024. Suhu politik itu sangat tinggi dan mengalahkan panasnya BBM dan Gas itu sendiri.

Kalau kompor listrik, biarlah orang mampu dulu yang pakai, tidak usah dipaksa orang kurang mampu beli kompor listrik lagi. Kalau kasi gratis rakyat, bolehlah. Termasuk gratis listriknya.

Orang mampu daya listrik di rumah mereka sudah tinggi, jadi gampang beralih ke kompor listrik, tidak perlu tambah daya.

Program pergantian elpiji ke kompor listrik dimulai dari isu yang kurang simpatik adalah untuk mengatasi kelebihan listrik di Jawa. Isu sensitif yang dibuat sendiri oleh pemerintah.

Dengan isu itu seolah pergantian ini hanya untuk kepentingan PLN. Agar PLN tidak rugi. Agar PLN tidak dituduh salah dalam membuat perencanaan, sampai terjadi kelebihan pasokan. PLN mau selamat, tapi rakyat yang potensi buntung.

Maka dari itu, program konversi gas elpiji ke kompor induksi ini jangan buru-buru dilakukan. Jangan sampai program yang niatnya baik untuk menekan impor LPG malah menimbulkan masalah baru.

Begitu pula soal listrik yang akan digunakan, penggunaan kompor listrik membuat tagihan listrik masyarakat membengkak. Masyarakat yang kekurangan daya listriknya 450 VA, ini kompor induksi kebutuhannya sekitar 1.200-1.800 watt, nah besar.

Lalu jangan karena adanya produksi kompor induksi yang mau dipasarkan melalui program subsidi paket kompor pada masyarakat, ujungnya menjadi bancakan korupsi oleh oknum penguasa dan pengusaha.

Bagaimana pendapat Anda?

Ref: 1] 2]

Jakarta, 24 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun