"Berita menjadi salah satu laporan mengenai suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi interpretasi sendiri sungguh menarik, masih baru serta harus disampaikan secepatnya kepada khalayak."
Sebenarnya ingin saya abaikan artikel ini, tapi sepertinya memanggil untuk menulis sedikit tanggapan. Karena sudah beberapa sahabat kompasianer sedikit menyoroti, tentang berulangnya artikel/berita.
Didunia ini tidak ada yang baru, semua berulang. Hanya yang berbeda dari kebaruan itu adalah adanya inovasi.
Sebenarnya apapun yang ingin ditulis oleh sahabat kompasianer, semuanya itu sah-sah saja, sepanjang tidak melanggar kaidah dan aturan umum penulisan yang berlaku dan khususnya aturan atau SOP Kompasiana sendiri.
Artikel bisa saja berbentuk berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news), berita investigasi (investigation news), berita interpretatif (interpretative news), atau berita opini (opinion news).
Menyimak sorotan beberapa sahabat kompasianer, menyorot tulisan yang berulang, misalnya dalam substansi kriminal (seperti Ferdy Sambo), korupsi atau politik, biasa sajalah.Â
Media daring dan mainstream saja semua berulang, dalam kategori berita biasa. Tapi pembacanya juga berbeda, yaaaa bukan?
Semua substansi itu, masuk kategori umum. Bisa saja semua menulis tentang berita yang sama, karena sifatnya secara umum adalah pemberitaan biasa. Namun sesungguhnya kategori tersebut sangat penting di kawal. Banyak berita lain, tapi kadar yang berbeda.
Saya malah bersyukur bila para kompasianer menyempatkan diri menulis tentang masalah hukum/kriminal seperti Kasus Sambo, Politik Pemilu/Pilpres atau Korupsi. Ini semua "berita biasa yang berulang" tapi perlu dikawal, nah itulah pengulangan, agar semua masing-masing target pembaca dari sahabat kompasianer memahaminya.
Bisa jadi substansi artikelnya sama, kriminal, politik atau korupsi. Tapi mungkin penyajian atau ada irisan pesan, gaya yang berbeda.