Lebih monumental lagi, Istana Bogor, selain dijadikan kediaman resmi Presiden Indonesia, juga dengan Kebun Raya yang mengelilinginya, sampai saat ini banyak bisa dipelajari, ilmu tentang peradaban kehutanan dan pertanian dan lainnya.
Bisa belajar banyak disana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian atau riset dalam membangun bangsa Indonesia, agar bangkit dan merdeka seutuhnya.
Malah pengaruh positifnya sangat kuat, misalnya banyak bangunan rumah, restoran dan lainnya saat ini dibangun dengan mengikuti model atau struktur bangunan kolonial. Itu pertanda pengaruh positif yang luar biasa bila dihayati, karena mengikuti arah peradaban.
Memang benar, secara kasat mata kita Indonesia terjajah di masa kolonial. Tapi hikmahnya sangat banyak, mengajarkan kita untuk cerdas dan disiplin dalam menghadapi relung-relung hidup kehidupan yang dinamis.
Mengajari bangsa tentang, pertanian, teknologi, bisnis atau dagang, kerukunan umat beragama, mengajari bangsa ini menghargai sejarah, kolonial tahu kekurangan itu. Sehingga kita diajari dengan cara paksa, rodi.
Kolonial sesungguhnya mengajari pola hidup menghormati yang tua dan menyanyangi yang mudah, priyayi. Namun kita salah adopsi terhadap sikap atau mental priyayi itu, dengan selalu ingin dihormati saja. Tidak paham atas makna berpikir kritis. [kompasiana]
Bagaimana kolonial memandang Indonesia yang sangat kaya budaya, sumber daya alam dan lainnya yang harus dikembangkan, mereka datang ke Indonesia dan selama 350 tahun dan lalu kita merdeka, 77 tahun lalu.
Belanda Promosikan Indonesia
Satu bukti hubungan positif Indonesia-Belanda, di Kota Leiden ada jejak sejarah Indonesia disana. Di mural gedung Koninklijk Instituut voor, Taal Land, en Volkenkunde, atau KITLV. Pada dinding bagian depan gedung dengan aksara Bugis Lontara La Galigo.
Terpampang tulisan aksara lontara yang terkenal itu berbunyi: polena pelele winru, tenrikutuju mata, padanna sulisa. Artinya saya telah berkelana menebar ilmu, tak pernah kumelihat keindahan seperti sulawesi (Indonesia).