Dalam perjalanan 2019-2022 ada situasi berubah, Megawati diprediksi sangat ingin menjagokan Puan Maharani sebagai Capres 2024, mungkin ambisi itu terkatrol setelah menjadi Ketua DPR RI.
Sementara Jokowi melihat kondisi Megawati berubah, maka ikut pula berubah haluan atau arah dan mendorong Ganjar Pranowo untuk maju sebagai Capres 2024. [Baca: Perahu Cadangan]
Kalau benar Megawati dan Jokowi berbeda sikap, juga terlebih mendukung Ganjar, karena bisa dianggap penurut. Semua menjadikan musibah yang dahsyat bagi Megawati, berhadapan dengan dua orang yang dibesarkannya di PDI-P.
Baca juga:Â Inilah KIB Perahu "Cadangan" Suksesor Presiden Jokowi di Pilpres 2024
Sepertinya pidato politik Prabowo di Rapimnas Gerindra malam ini, kalimat yang selalu mengulang adalah "ingat dan jangan lupakan sejarah" sepertinya ini sindiran atau sebagai pesan ke Jokowi, agar pertimbangkan Ganjar, re-Think.
Diharapkan Jokowi dan Ganjar bisa kembali mengingat sejarah atas dukungan Megawati dan dirinya, PDI-P dan Gerindra. Dimana disana Jokowi dan Ganjar besar dan dibesarkan. Artinya baik PDI-P maupun Gerindra, Jokowi jangan lupa sejarah itu.
Memang benar bahwa Jokowi dibesarkan oleh Megawati dan Prabowo. Berapa kali Prabowo menyebut dan menyanjung kepemimpinan Presiden Jokowi.
Sampai kehebatan Presiden Jokowi merebut hati Prabowo, semua disebut pada pidato itu. Tentu dengan harapan bahwa Jokowi jangan lupa sejarah. Inilah salah satu aspek menjadikan Dilematis Jokowi Vs Megawati Menuju Pilpres 2024.
Jadi adanya Deklarasi Gerindra dan PKB itu, hanya sebagai langkah memastikan tiket menuju Pilpres bagi Gerindra dan PKB. Apakah Cak Imin membaca semua ini? Tentunya ya.
Baca juga:Â Genderang "Perang" Jokowi Vs Megawati Ditabuh Melalui Musra Relawan Projo
Pesan Bermakna Paradox