Baca juga:Â Cabut Pendaftaran HAKI "Citayam Fashion Week" dan Minta Maaf, Baim Wong: Saya Enggak Seambisius Itu..
Berpikir dan Bertindak Paradoks
Fenomena CFW merupakan ekspresi rakyat, masyarakat menengah bawah, yang harus "dibaca dan terbaca" oleh pemerintah, pemda, politikus, artis, kaum cerdik-cendikia dan khususnya para orang tua. Secara paradoks, dalam menghadapi dunia yang menggeliat cepat dan dinamis.
Warning.... bahwa bukan diperuntukkan untuk datang disana, CFW. Seakan ikut memanfaatkan ruang untuk pencitraan. Jangan hanya dicermati secara linier sebagai mode fashion show milenial semata, bukan disana membacanya.
Semua ini adalah teguran Tuhan Ymk, bahwa ada hak-hak masyarakat kecil yang semakin terabaikan dan terdesak atas ruang unjuk diri mereka di daerahnya, sudah jenuh, karena dirampok dan dibajak oleh kapitalisme serakah.
Habitat mereka yang sudah habis karena dihabisi oleh para mafia tanah dan bisnis konglomerat serakah dalam membangun proyek mewah tanpa memperhatikan habitat dan kondisi daerah.
Baca juga:Â Baca juga: Viral Fenomena SCBD, Apa Arti Fashion Week Sebenarnya?
Memang benar bahwa di daerah-daerah juga sudah tersedia fasilitas bagaikan kota megapolitan Jakarta atau kota-kota besar metropolitan lainnya di Indonesia. Tapi habitat kehidupan mereka - rakyat - bukan disana yang serba wah. Tetap yang bersahaya, namun memiliki nilai edukasi yang prima mengikuti peradaban.
Seakan masyarakat menengah bawah dipaksa untuk menghadapi kehidupan mewah, modernisasi kebablasan atau kepekaan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak seimbang dengan kepekaan emosi dan spritual. Semua ini melabrak nilai-nilai luhur Pancasila.
RTH Mal-nya Rakyat
Termasuk misalnya, habitat tempat bermain masyarakat menengah bawah itu adalah ruang terbuka, yang murah dan meriah. Artinya Mal rakyat itu adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang bebas dan gratis, di sana harus difasilitasi.