Belum lagi program bertajuk "sedekah sampah" semua program ini hanya dibungkus label atau terkesan agamis saja untuk menggugah masyarakat, sudah diluar logika atau nalar berpikir dan bertindak positif. Malah berpotensi menista agama.Â
Benar-benar logika berada dalam kegelapan, karena sinaran cahaya hedonis yang membungkus jiwa-jiwa kerdil, padahal konon berpendidikan tinggi, yes....katanya dan entahlah.
Baca Juga:Â Â Menjadi Pembeda dalam Membangun Tata Kelola Sampah Indonesia
Seharusnya para pihak menyadari dirinya bahwa apa yang dibuatnya itu bermasalah dan merugikan semua pihak dan memang patut diduga terjadinya pungutan liar khususnya oleh toko ritel modern dan super mal atas KPB-KPTG itu, termasuk program lainnya hanya mempermainkan dana-dana CSR saja.Â
Tentu semua ini bisa terjadi karena terjadinya permainan kotor oleh oknum penguasa dan pengusaha prmilik CSR. Juga program-program yang dibuatnya hampir semua mangkrak dam stagnan yang hanya berahir dengan wacana saja. Karena semua orientasi proyek pencitraan.
Jadi kesimpulannya masalah sampah di Indonesia karena sudah mengarah pada persinggungan "pribadi dengan basis suka tidak suka saja" tanpa ada alasan obyektif menolak sebuah solusi dengan cara melakukan analisa secara terbuka atas "yes or no" dari sebuah solusi yang ada, khususnya yang diberikan oleh penulis. Hanya karena menggunakan "kekuasaan semu" sehingga mampu berbuat sekehendaknya, mengabaikan usulan dari masyarakat umum.
Ingat sahabatku semua di lintas K/L dan asosiasi- asosiasi bahwa semakin resistensi tanpa kata, maka semakin kelihatan kekurangan dan kelemahan disana dan semua itu merupakan bom waktu yang suatu masa bisa mencederai Anda sendiri. Itu saja yang harus dipahami demi meluruskan tata kelola sampah Indonesia yang benar dan berkeadilan.
Jakarta, 15 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H