Banyak warga yang tentu lebih memilih untuk belanja secara online mulai dari sayur-mayur sampai barang kebutuhan sehari-hari. Layanan pesan antar (delivery) pun meningkat saat PSBB.Â
Namun sampah tetap berkurang karena terjadi pergeseran belanja dari pasar ke rumah. Hanya transaksi online yang meningkat, bukan volume sampah yang meningkat secara makro.
Baca Juga:Â Lingkaran Setan Solusi Sampah Plastik Indonesia
Belanja secara online juga masih tetap terbatas, tidak terlalu jauh berbeda dengan produksi sampah pada hari-hari sebelum pandemi Covid-19. Masih dalam kewajaran, karena cuma terjadi pergeseran tempat produksi sampah.Â
Jadi pada prinsipnya sampah bisa saja berkurang pada masa pandemi Covid-19 bila dihitung secara total seluruh Indonesia dan terlebih di kota-kota besar. Terutama sampah restoran, sangat jelas tergerus oleh Corona.Â
Sangat bisa dipastikan bahwa produksi sampah domestik khususnya di kota-kota besar pada masa pandemi Covid-19 pasti berkurang dibanding sebelumnya. Maka bumi untuk sementara aman dari serangan sampah, atas pengaruh hidup efisiensi dari pandemi.
Semua pusat-pusat perbelanjaan, kuliner, restoran, hotel dan destinasi wisata tidak ada kegiatan, berarti tidak ada sampah. Hanya sebagian produksi sampah di rumah meningkat karena kegiatan bergeser ke rumah.
Diharapkan bila lembaga pemerintah membuat sebuah data atau informasi agar benar-benar diteliti sedemikian rupa, agar tidak terjadi salah persepsi ahirnya menimbulkan perbedaan pendapat.Â
Baca Juga:Â Kebijakan Hoaks Melarang Penggunaan Kantong Plastik
Terlebih bisa salah melangkah dalam menciptakan program berdasar data yang tidak valid. Apalagi dalam persoalan sampah, haruslah hati-hati karena banyak pendapat liar selama issu plastik menyeruak sejak Indonesia di klaim sebagai penghasil sampah terbesar kedua ke laut sesudah China.Â
Begitu juga sepertinya LIPI keliru sikapi kemasan plastik, mengarahkan mengganti pembungkus non-plastik seperti kardus, kertas, plastik biodegradable, dan sebagainya.Â