"Walaupun jembatan emas di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis." Bung Karno
Jadi AR dan Zulhas, dalam posisi besanan sangat stratejik untuk mengatur siasat strategi mengawal putera-puteri mereka. Tapi sepertinya ada egosentris dalam keluarga besar mereka yang tidak se visi dalam peralihan generasi, atau memang sang orang tua masih punya syahwat politik yang kuat atau ada kepentingan lain. Banyak yang menduga Zulhas dekati Presiden Jokowi, karena ingin dapat pembelian atas urusannya dengan KPK.
Ahirnya terjadi pecah kongsi partai dan pecah keluarga, yang ditandai sejak perbedaan pra dan pasca Kongres PAN Kendari. Lalu HR mundur dari PAN dan DPR-RI, sebuah signal kuat dalam analisa politik praktis, bahwa Zulhas lebih mendukung MR, disini mungkin perbedaan pendapat antara Zulhas dan AR.
Dalam kaca mata politik regenerasi, AR dan Zulhas gagal total membesarkan PAN dan mengawal karir politik sang putra-putri, yang telah mereka bangun sendiri dengan susah payah. Penuh keringat dan air mata, telah saling mendukung sesama keluarga. Ahirnya mereka sendiri yang luluh lantahkan, karena salah meramu taktik dalam masa paceklik demokrasi.
Dalam kekisruhan AR dan Zulhas serta mundurnya HR dari PAN, terbaca dengan mata analisa, bahwa AR sesungguhnya belum piawai dalam berpolitik. Tidak cerdas mengatur ritme strategi. Kelihatan AR hanya berani bicara saja, tanpa mampu meramu taktik dan strategi mengalahkan musuh tanpa harus berperang.
Baca Juga:Â Kubu Mulfachri Yakin Sejak Awal Amien Rais Disingkirkan dalam Kepengurusan PAN
Kekisruhan dan kegagalan PAN akan lebih parah bila kemelut antara AR dan Zulhas tidak segera rekonsiliasi, baik internal keluarga dan maupun eksternal PAN. AR dan Zulhas akan ketinggalan kereta oleh PDIP, Partai NasDem dan terlebih Partai Demokrat. Dalam target politik mendorong HR. AR dan HR terlambat bila melalui partai baru. Zulhas juga demikian, akan susah payah membesarkan partai bila pecah dengan AR serta HR.
Ibarat sebuah transaksi jual-beli, AR sebagai panutan PAN perlu menurunkan harga permintaannya pada PAN dan Zulhas sebagai Ketum PAN perlu mendengar pula atau menaikkan sedikit rasa hormatnya pada AR. Semua demi generasinya serta pembelajaran politik yang cerdas bagi rakyat Indonesia.
Dalam uraian perjalanan politik putera-puteri para pendiri parpol, kelihatan bahwa AHY yang paling siap perahunya dan kesiapan nyali dirinya untuk menuju Indonesia Satu, disusul PM. Karena HR dan PSP sepertinya berat ikuti kedua pesaingnya tersebut. Â
Surabaya, 11 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H