Seharusnya seluruh manusia, terlebih kepada pemerintah dan pemda, memaknai Covid-19 ini bukan hanya tentang kesehatan (fisik) atas diri saja, seakan membentuk opini bahwa virus itu beterbangan dan lainnya. Tapi lebih pada siar hikmah positif terhadap Covid-19, atau secara psikis.
Begitu mahalnya sebuah kehidupan pada orang yang punya niat jahat agar bisa hidup bertahan tanpa harus berbohong. Karena harus menciptakan skenario pembodohan. Semua ini harus dihindari dalam masa pandemi Covid-19.Â
Semoga dugaan dramatisir itu, bukan untuk menjadi bahan pancingan atau bancakan bisnis atau penganggaran yang berlebihan.Â
Menyikapi Covid-19 tergantung si manusia yang sudah dilengkapi akal. Siapa yang memaknai secara makro Virus Corona itu berdasar pada "kemanusiaan dan ketuhanan" maka akan menjadi manusia sempurna dan pemenang atau sebagai penakluk si Corona.
Baca Juga:Â Jauhkan Si Corona dengan Syukuri Keberadaannya
Satu catatan penting dalam tulisan ini. Karena Covid-19, terjadi angka penurunan signifikan atau drastis turun pada tingkat kejahatan. Berarti Corona membawa berkah bukan aib. Baik saat ini maupun yang akan datang.
Begitu juga banyak aktifitas usaha rumahan yang tiba-tiba ketiban rezeki, termasuk dalam pengelolaan sampah dan penyiapan APD, dan kebutuhan lainnya. Tuhan memperlihatkan positif-negatif terhadap hadirnya Covid-19 agar manusia berpikir.
Musibah merupakan ujian untuk meninggikan derajat seorang hamba. Hal ini biasa terjadi pada para nabi maupun rasul. Mereka mendapat musibah, dimaksudkan selain untuk meninggikan derajat, juga memperbesar pahala. Selain itu, juga sebagai teladan bagi yang lainnya untuk bersabar.
Surabaya, 17 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H