Pesan utama dibalik pandemi Covid-19 dengan amanat atau perintah sikap dengan "Jaga Jarak Aman" atau "diRumahAja" atau "Cuci Tangan", semua menjadi satu makna saja secara psikis dan fakta bahwa "Jauhi atau hindari berbuat kesalahan"
Pemerintah dan alim ulama harus memberi pemahaman dan sosialisasi yang benar tentang Covid-19. Baik secara fisik kesehatan maupun psikis terhadap makna sebuah bencana yang diturunkan Tuhan Ymk.
Baca Juga:Â Produsen Masker atau APD "Wajib" Mengelola Sampah atau Limbah B3-nya
Keliru Penanganan Terdampak Covid-19
Dalam pemulasaraan jenazah pasien virus corona atau COVID-19. Khususnya dalam penanganan mayat di rumah sakit sampai pada pemakaman. Agar mempertimbangkan rasa kemanusiaan. Saat ini sangat terkesan di "dramatisir" kondisinya.
Sangat mencekam dan tidak manusiawi. Apalagi menghadapi keluarga yang ditinggalkan sangat sedih melihatnya dengan cara perlakuan "dipaksa" memisahkan mereka tanpa harus bisa mendekati mayat dan menghadiri atau mengantar ke pemakaman.
Padahal terjadi situasi perpisahan terahir di bumi dengan si korban dan juga menurut si ahlinya, bahwa virus Corona sudah ikut mati bersama si korbannya. Apanya yang bermasalah ???
Kondisi "pemisahan" tersebut sangatlah tidak masuk akal, sepertinya rasa itu sudah hilang karena ketakutan mendekati mayat. Malah akan memperburuk keadaan menghadapi Covid-19 bila cara pemerintah sendiri yang terlalu berlebihan menyikapinya.
Termasuk kondisi ini berdampak negatif, antara lain terhadap perawat dan dokter yang menangani pasien terdampak Covid-19 di jauhi warga, malah ada perawat diusir dari kost tempat tinggalnya. Karena tentu dianggap atau bisa sebagai curir atau pembawa Covid-19.Â
Baca Juga:Â Perppu Covid-19 "Digugat" Uji Materi ke Mahkamah Konstitusi oleh Kelompok Masyarakat
Paling serem, terjadi penolakan pemakaman dimana-mana. dan banyak kejadian aneh lainnya dalam menyikapi keadaan ini. Sudah hilang rasa kemanusiaan. Â