Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Stop Rugikan Petani di Balik Subsidi

10 Maret 2019   03:23 Diperbarui: 10 Maret 2019   08:52 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda bersatu padu seluruh petani Indonesia, membangun Primer Koperasi Tani sabang sampai merauke lalu bentuk Induk Koperasi Tani (tanpa harus ada koperasi sekundernya), buang jauh-jauh koperasi sekunder itu. Sekunder Koperasi (yang ada di provinsi) itu tidak ada manfaat, hanya memberi ruang kepada orang jahat (koruptor) atau setidaknya hanya menambah biaya operasional dan akan berdampak kepada harga jual dst. Ingat perang yang maha dahsyar adalah perang pangan.

#Note

  1. Perpendek Tata Niaga Pangan.
  2. Koperasi Tani yang saya maksud diatas, bukanlah model koperasi yang ada saat ini (koperasi saat ini sangat buruk). Tapi benar-benar koperasi yang dimiliki dan dikelola oleh petani sendiri beserta mitra usaha taninya. Bukan hanya di atas namakan. Pekerjakan ahli-ahli pada koperasi itu, petani yang menggaji orang-orang cerdas dan jujur untuk membantu memanage koperasi tani Anda (baik produksi, teknologi maupun pemasaran), termasuk koperasi tani kembangkan home industri.
  3. Segera tinggalkan pertanian konvensional (pertanian yang mengandalkan pupuk kimia, urea, tsp, kcl dll) dan segera hentikan ketergantungan itu, dan beralih ke pertanian organik (subsidi pupuk kimia dan organik ini juga terlalu banyak dipermainkan di pusat dan daerah, Anda harus ambil alih produksi pupuk organik itu melalui koperasi tani). 
  4. Target Menteri Pertanian A.Amran Sulaiman khusus subsidi pupuk organik tidak pernah tercapai yang 1 juta ton/tahun. Kenapa bisa itu Pak Menteri ? Apa Kabar Pupuk Indonesia ?

Intinya saat ini "PETANI JANGAN MAU DI BODOHI DAN DI BOHONGI" Mari kita bangun Indonesia dari Desa dengan karya nyata para petani. Yuk LSM yang ada di daerah, bantu dan dampingi petani menata sektor pangan ini. Lakukan dan jangan jadi penonton yang menjarah barang Anda sendiri, yang tidak disadari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun