Â
      Dari data grafik pergerakan suku bunga BI dan The Fed diatas, dimana BI di dikte oleh kebijakan suku bunga dasar The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga dasarnya. Apabila suku bunga AS dan suku bunga BI naik maka akan terjadi penyempitan selisih suku bunga yang dapat mengancam kegiatan investasi di pasar keuangan kurang menarik (Handayani, 2023). Hal ini berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Â
Source Url: https://www.bps.go.id/indicator/13/379/6/bi-rate.html
Â
Pada Tahun 2023 BI mempertahankan suku bunga dasarnya pada level 5,75%. Sementara itu, The Federal Reserve mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada level 5,25% hingga 5,5%. Dari kedua suku bunga acuan Bank Sentral tersebut maka selisih antara suku bunga acuan berkisar 0,25%. Pada kondisi ini dapat mengakibatkan capital outflow yang dapat berpotensi melemahnya Indeks Harga Saham Gabunga (IHSG) maupun niali tukar rupiah.
Â
Â
      Otoritas Jasa Keuanga (OJK) menyatakan suku bunga akan naik pada tahun 2022, karena pemulihan pandemi virus corona. Pemulihan ini terjadi relatif cepat dan menyebabkan peningkatan inflasi. Kenaikan inflasi akan mempengaruhi kenaikan suku bunga utama. Selisih antara suku bunga acuan The Fed dengan BI yang hanya 0,25% ini mengakibatkan lemahnya IHSG. Hal ini berdampak pula pada tingakat harga dan tingkat investasi pada BEI.
Â