Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Meninggalkan sebuah Ruang

8 Mei 2015   21:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:14 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan sang Prabu, Dewi Sekar Panjalu yang melihat remaja yang ditaksirnya membantu pendekar remaja berjubah dan berkerudung itu mempunyai pemikiran yang lain.

'Ayunda..., kok Pinandihita main nyelonong aja bantuin cewek itu?', katanya kepada Dewi Rempah Wangi.

'Kan gak papa adinda...., namanya juga membantu', jawab Dewi Rempah Wangi.

'Tapi kannnn.....', Dewi Sekar Panjalu tidak melanjutkan obrolannya. Ayundanya, Dewi Rempah Wangi yang paham perasaan adindanya kemudian menggenggam erat tangan adindanya, 'Sepertinya dia sedikit cemas dan cemburu......', gumamnya dalam hati.

Pendekar remaja putri dengan jubah dan kerudung itu memang terlihat elok dan sedap dipandang mata. Dan pastinya roman wajah dan semampai tubuhnya juga tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan sekar kedaton seperti Dewi Sekar Panjalu.

Pendekar muda yang menjadi lawan Pinandihita ternyata melancarkan jurus-jurus kanuragan yang didasarkan pada sifat tanah. Bagi Pinandihita, jurus kanuragan elemen tanah sudah bukan barang baru baginya. Lewat gemblengan Begawan Sokalima, dia sudah menguasai jurus 'kebal sejengkal', sebuah kanuragan yang didasarkan pada sifat elemen tanah. Dan berkat jurus itu pula, dia sudah menjadi bocah tanpa tanding untuk pendekar seusianya. Tidak sampai sepeminuman Kopi pahit, Pinandihita sudah berhasil mendesak pemuda itu. Pemuda itupun akhirnya bersalto menjauhkan diri dari arena sambil mencabut pedangnya.

'Bocah keparat..!, sekarang rasakan tajamnya pedang pusaka ini', kata pendekar muda sambil mencecar tubuh Pinandihita.

Dengan menggunakan jurus kebal sejengkal, cecaran ganas dan super cepat pedang pemuda itu menjadi tidak berarti. Tubuhnya bergerak mengikuti ke arah mana pedang itu bergerak tanpa merasa tertekan. Seperti sepasang penari balet. Itu hanya salah satu kehebatan jurusnya. Kehebatan lainnya adalah lawannya selalu merasa bahwa senjatanya akan mengenai tubuh lawannya, namun kenyataannya tidak. Jarak senjata dengan tubuh pinandihita selalu sejengkal. Itulah kenapa jurus itu dikenal dengan jurus 'kebal sejengkal'.

Semua rombongan sri baginda terkagum-kagum menonton jurus-jurus yang diperagakan oleh Pinandihita. Bahkan ketiga putrinyapun, yang notabene murid begawan sokalima dan juga diajari jurus yang sama terlihat melongo menyaksikan keindahan gerak kanuragan Pinandihita.

'Adinda Sekar Seruni......, apakah guru begawan memberikan pelajaran khusus pada Pinandihita?', tanya Dewi Rempah Wangi untuk menutupi rasa penasarannya.

'Hmmm....., Setahu saya tidak!. Malah dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mencari dedaunan dan akar tumbuhan obat di hutan dekat padepokan...., ada apa Ayunda?', tanya Dewi Sekar Seruni yang juga sebenarnya heran dengan keindahan gerak jurus kebal sejengkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun