Mohon tunggu...
Hasan Syauqi
Hasan Syauqi Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat rasa Psikolog

Semua yang berbau manusia dan otaknya, mari kita bahas!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kenapa Manusia Sama Seperti Monyet?

21 September 2024   16:05 Diperbarui: 21 September 2024   16:14 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Yan Krukau: https://www.pexels.com/photo/woman-feeding-monkey-on-street-5479886/

Namun terlepas dari itu, ternyata insting seseorang untuk dapat diterima dalam sebuah kelompok merupakan sebuah perilaku yang tanpa anda sadari sudah diwarisi dalam kurun waktu yang sangat lama oleh para nenek moyang kita terdahulu. Hal ini merupakan perilaku manusia paling purba dan yang paling penting dalam konteks kemampuan bertahan hidup.

Photo by Steve McCaul: https://www.pexels.com/photo/people-feeding-a-monkey-20259597/
Photo by Steve McCaul: https://www.pexels.com/photo/people-feeding-a-monkey-20259597/
Sekarang kita kembali pada kesimpulan dari eksperimen five monkeys. Jadi kesimpulan kedua adalah ketika manusia cenderung mengikuti perilaku kelompok yang ingin mereka ikuti tanpa alasan yang jelas dan hal ini terus terjadi dalam waktu yang lama, maka manusia hanya melakukan hal tersebut hanya dikarenakan kebiasaan. Bukan karena alasan yang rasional, apalagi mempertanyakan relevansi atau efektivitasnya dalam keadaan tertentu. Hal ini sama halnya dengan para monyet yang terus menghindari tangga meskipun alasan awal mereka menghindarinya, yakni semprotan air, sudah tidak ada lagi.

Ketiga, akhirnya, rasa ingin diterima dan menghindari konflik antara individu dan kelompok, menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk karena anggota kelompok mengabaikan alternatif yang lebih baik hanya semata-mata demi dapat bertahan dalam sebuah kelompok dan menghindari konflik yang mengancam posisinya dalam kelompok tersebut.

Keempat, akan timbul kecenderungan perilaku untuk lebih memilih situasi yang sudah berjalan sesuai kebiasaan daripada melakukan perubahan. Karena jika ada yang paling ditakuti oleh manusia, itu adalah ketidakpastian dan kehilangan.

Pada skenario yang lebih buruk, akan timbul bias konfirmasi, yakni kebiasaan yang dipertahankan akibat kesalahan berpikir di awal akan semakin kuat dan menjadi kepercayaan bersama di dalam kelompok tersebut. Selanjutnya, didorong dengan ketakutan-ketakutan yang ada, membuat manusia, sebagai anggota kelompok, mulai melakukan kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, dan mengingat informasi yang cenderung mendukung keyakinan yang sudah mereka. Yakni keyakinan dari suatu perilaku yang dilahirkan oleh pemikiran yang salah sejak awalnya.

Photo by Zeya Irish: https://www.pexels.com/photo/monkey-standing-near-man-in-train-window-27048812/
Photo by Zeya Irish: https://www.pexels.com/photo/monkey-standing-near-man-in-train-window-27048812/
Eksperimen Five Monkeys menunjukkan bagaimana perilaku dapat diwariskan tanpa alasan yang jelas. Penjelasan atas kesamaan perilaku monyet-monyet dalam eksperimen tersebut dengan manusia dapat membuktikan bahwa terdapat irisan perbedaan yang tipis antara perilaku monyet dengan manusia.

Jika boleh menambahkan kesimpulan paling menarik di akhir tulisan ini, izinkan saya mengungkapkan sesuatu yang ironis tentang artikel ini, bahwa eksperimen five monkeys berusaha menjelaskan kepada kita tentang bagaimana kita harus berpikir sebelum mengikuti, namun sampai saat ini belum ada sumber terpercaya yang memverifikasi eksperimen ini.

Dan sekarang saya terlanjur kerepotan untuk memverifikasi eskperimen tentang monyet gara-gara pesan yang secara harfiah "berpikirlah sebelum mengikuti"?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun