Aku menggeleng. "Bapak belum tahu siapa saya?" Aku tunjukkan sebuah pistol yang masih terselempang di pinggang sebelah kananku. "Mau tempat ini aman atau mau aku hancurkan?"
Seketika bapak si pemilik warung menggigil ketakutan. Tatapan mata para laki-laki dan perempuan di ruangan itu tertuju kepadaku. Tajam, seperti hendak mengoyak tubuhku. "Tolong amankan tempat ini, Pak!" ujar si pemilik warung sambil menyerahkan segepok uang kepadaku.
"Oke, ini uang keamanan bulan ini, jangan sampai telat bayar uang keamanan tiap bulannya atau tempat ini bakal hancur," ucapku mengancam.
"Aku melihat Indonesia di wajahmu Pak, haha...," ujar seorang lelaki dari balik kamar di belakang warung yang mengagetkanku. Si lelaki buruh pabrik kayu lapis.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H