Di bawah cahaya rembulan dan gemintang yang menghiasi langit malam, aku hanya bisa berpasrah diri. Menerima takdir yang memang sepantasnya aku dapatkan. Aku terlahir sebagai ayam. Aku merasa mati secara terhormat jika menjadi santapan manusia. Ya, akan kupersembahkan diriku ini untuk tuanku yang selama ini telah berbuat baik kepadaku. Nikmatilah dagingku ini bersama dengan anak-anakmu yang amat kaurindu, wahai tuanku.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!