Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Soal Senjata Biologis dalam Tatanan Dunia Baru

8 Desember 2021   09:53 Diperbarui: 8 Desember 2021   20:40 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada tanda-tanda jelas bahwa mereka mencoba menggunakan patogen berbahaya untuk tujuan politik-militer. Faktanya, kami menyaksikan proses kebangkitan senjata biologis," kata Nikolai Platonovich Patrushev dalam Konferensi Moskow IX.

Pernyataan Nikolai tentu saja bukan suatu penyataan yang tidak berlandaskan fakta dan data. Berbagai temuan yang didapatkan kalangan intelijen Rusia memperkuat indikator tentang potensi serangan yang mematikan dari senjata biologis yang dikembangkan ilmuwan di laboratorium.

Hal tersebut diperkuat oleh ditemukannya sebuah dokumen rahasia yang diduga berisi rencana senjata biologis Cina oleh penyelidik Amerika Serikat dan dapat diakses oleh Departemen Luar Negeri Amerika. Dalam dokuemen rahasia tersebut disebutkan, ilmuwan Cina telah mempersiapkan rencana yang disusun secara matang untuk membuka gerbang Perang Dunia 3 dengan senjata biologis dan genetik, termasuk virus corona selama 6 tahun terakhir.

Dokumen rahasia yang dibuat oleh para ilmuwan Tentara Pembebasan Rakyat  dan pejabat Kesehatan Cina memuat penelitian tentang manipulasi penyakit untuk membuat senjata dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya. Juga bocornya email seorang ahli virus Tiongkok, dr. Li Meng-Yan yang dikirimkan kepada ahli penyakit menular Amerika, Anthony Faucy turut menggemparkan dunia. Dalam email tersebut disebutkan Covid-19 adalah senjata biologis tak terbatas yang menyelinap dari fasilitas laboratorium di Wuhan.

Di Indonesia, tentu kita masih ingat kasus NAMRU II sejumlah polemik di media massa, NAMRU 2 (The Naval Medical Research Unit 2) yang berada dibawah Angkatan Laut AS adalah sebuah proyek bergengsi dengan nilai investasi yang sulit dibayangkan, bila dikatakan alatnya miliran rupiah, maka sangat mungkin berpuluh kali lipat. Suatu investasi yang besar tentu mengharapkan hasil yang besar pula, apa bentuk hasil dari sebuah proyek penelitian tidak lagi tidak bukan adalah sampel virus dan antidote-nya, yang apabila sukses akan menghasilkan pemasukkan yang luar biasa, sehingga nilai investasi penelitian akan kecil dibandingkan dengan keuntungannya.

Keberhasilnya menanggulangi keganasan dan pola-pola serangan virus juga sangat penting dalam pengembangan senjata biologi rahasia, itulah sebabnya akses ke NAMRU 2 sangat dibatasi. Menarik untuk dikutip dan ditelusuri kebenaran fakta dan datanya, laboratorium NAMRU ketika masa terminasi kerjasama itu dilakukan pada akhir 1990-an dan awal tahun 2000. Rekomendasi dari berbagai pihak terkait adalah bahwa proyek itu selesai. Namun berkat kelihaian AS, bisa tetap eksis sampai sekarang. Terkait beragam sampel penelitian yang sangat penting dalam upaya pencarian anti virusya, ambil saja contoh malaria yang telah puluhan tahun tidak juga diumumkan kepada masyarakat Indonesia apa hasil kerja NAMRU, gagalkah mereka atau telah disembunyikan?

Belum lagi dengan kejanggalan Avian Flu yang  sebagian pendapat menyebutnya bukan wabah di Indonesia. Kejanggalan yang tidak mengikuti seluruh pola berjangkitnya sebuah wabah (natural virus outbreak) tersebut bisa diperhatikan dari jatuhnya kematian demi kematian orang Indonesia yang secara random terjangkit Flu Burung hingga saat ini. Ketika kasus Flu Burung meledak di China, pemerintah China sudah mendeteksi adanya unsur kesengajaan untuk menghambat laju pertumbuhan ekonomi China, hingga pada saat itu kasus Flu Burung ditutup-tutupi oleh Kementerian Kesehatan, hingga akhirnya dinyatakan sebagai keadaan darurat. Karena kewaspadaan China sangat tinggi dan operasi intelijen segera digelar, maka upaya teror terhadap rakyat China tersebut segera teratasi, bahkan langkah drastis berupa penghancuran industri ayam di China-pun ditanggungnya.

Apakah lantas kita menuduh Namru 2 itu sebagai suatu operasi intelijen? Tentu saja hal ini menjadi reaksi yang kurang elegan juga karena terlalu banyak pengamat yang entah mengapa berkicau memberikan komentar yang tidak bermutu. Seharusnya dalam kasus ini para ahli asal Indonesia segera dimintai keterangan karena para ahli asal AS pasti akan membantahnya habis-habisan.

Belajar dari kasus Namru 2 yang dipertahankan oleh AS bukan karena masalah atau kondisi politik di Indonesia, tetapi lebih kepada kekayaan sumber-sumber penelitian dan investasi biomedik yang sangat mahal. Tentunya Indonesia harus bisa menekan untuk dapat memperoleh atau menikmati hasil penelitian tersebut. Namun dalam prakteknya, sangatlah sulit karena keseluruhan kontrol kendali ditangan para ahli AS, sementara tenaga ahli asal Indonesia sebagian besar telah disuapi oleh AS sehingga wajar bila terjadi divided loyality. 

Kedua, merebaknya polemik Namru adalah kesungguhan pemerintah secara terpadu mengambil langkah yang tegas sekaligus juga tetap menjaga norma diplomasi dengan menyampaikan posisi dan sikap secara utuh. Apabila AS tetap ngotot untuk melanjutkan proyek Namru, maka harus ada keberanian untuk mengajukan persyaratan yang menguntungkan Indonesia. Syarat yang menguntungkan Indonesia itu juga harus dilengkapi dengan rencana dan program pengawasan penelitian Namru. 

Global Future Institute (GFI) dalam buku yang ditulis peneliti M. Arief Pranoto dan Hendrajit berdasarkan riset, "Perang Asimetris & Skema Penjajahan Gaya Baru," membahas tentang Indonesia  yang menjadi target Perang Asimetris tak terkecuali serangan Asimetris di bidang kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun