Mohon tunggu...
Hary Hermawan
Hary Hermawan Mohon Tunggu... Dosen - Seorang yang mencoba menjadi blogger. Menjadikan Blogging sebagai media untuk berbagi dan beramal.

Hary Hermawan, seorang yang mencoba menjadi blogger. Menjadikan Blogging sebagai media untuk berbagi dan beramal. www.haryhermawan.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Geowisata, Model, dan Tata Kelola

29 Juli 2019   10:17 Diperbarui: 29 Juli 2019   10:45 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan Daya Tarik Geologi berupa Stratifigrafi di Green Canyon Pangandaran, Jawa Barat, sumber: www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Letak Negara Indonesia secara geografis sangat istimewa. Pertama, Indonesia berada di antara tiga lempang benua besar, yaitu lempeng pasifik, lempeng Eurasia, dan juga lempeng Australia. 

Kedua, Indonesia berada di dalam dua kawasan laut dangkal meliputi dangkalan Sahul dan dangkalan Sunda. Ketiga, Wilayah Negara Indonesia memiliki dua deretan pegunungan besar, yaitu pegunungan mediterania dan sirkum pasifik. 

Karena letaknya sangat strategis, membuat Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar, terutama  kekayaan alam non hayatinya, berupa keanekaragaman fenomena geologi yang membentang dari Sabang sampai Merauke. 

Bentang alam yang pegununngan yang sangat indah beserta segala bentukan  khas geologinya yang unik merupakan segala bentuk potensi alam yang sudah dimiliki.

 Tidak berlebihan jika Negara Indonesia disebut sebagai negara megageodiversity, mengingat besarnya kekayaan geologi seperti yang telah disebutkan diatas. 

Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa kekayaan geologi tersebut belum mampu tergarap secara optimal hingga saat ini, mayoritas masih dieksploitasi untuk kegiatan pertambangan serta sebagai bahan baku pendukung dalam industri manufaktur. 

Pengembangan infrastuktur fisik, industri, dan pengembangan urban area di pusat kota, semua ini sangat ditunjang oleh bahan galian yang merupakan sumber daya geologi dari berbagai daerah. 

Dampaknya, tidak sedikit dari kegiatan industri tersebut justru menimbulkan berbagai efek negatif berupa penurunan bahkan kerusakan fungsi ekologis (tata alam) di daerah-daerah bekas pertambangan geologi. Artikel versi pdf tersedia di Google Scholar

Pariwisata diajukan sebagai alternatif solusi pemanfaatan potensi geologi secara ekonomis yang sedikit berbeda dari pemanfaatan aset-aset geologi sebelumnya, sebagai bahan tambang dan industri manufaktur. Kegiatan kepariwisataan memang banyak terkait dengan alam, terutama yang berkaitan dengan pengembangan atraksi wisata. 

Semuanya erat hubunganya dengan masalah lingkungan yang alami yang tidak terlepas dari nuansa geologi, khususnya juga terkait dengan daya dukung lingkungan.

Daya dukung lingkungan tersebut erat kaitanya juga dengan ekosistem, dan keduanya merupakan satu jaringan sistem yang saling terkait (interdependensi) dengan hukum alam, membentuk tempat manusia bermukim serta membentuk suatu tata alam tempat manusia bermasyarakat. 

Dalam masyarakat inilah, manusia mampu mengambangkan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Dengan dukungan sosial ekonomi yang mantap, maka budaya manusia dapat menciptakan  berbagai macam tata binaan yang mau tidak mau mengacu matra ruang, waktu, dan ilmu pengetahuan termasuk juga teknologi.

Berdasarkan konsep diatas, maka segala bentuk destinasi wisata, baik alam, budaya maupun minat khusus pada hakikatnya merupakan pariwisata ekologi (alam). Sementara itu, ekologi merupakan panduan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial, dengan disiplin ilmu pengetahuan geologi yang paling kuat pengaruhnya. 

Akan tetapi, perlu menjadi catatan bahwa tidak semua daya tarik wisata alam cocok dengan pola pengembangan pariwisata masal, yaitu pariwisata yang berusaha mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya. Karena tinggi rendahnya daya dukung lingkungan akan sangat tergantung pada topografi medan dan bertumpu pada tata geologinya.

Seperti telah disinggung diatas, bahwa budaya manusia bersumber pada hukum alam dan bermuara pada kinerja binaanya yang keseluruhanya tidak lepas dari pengaruh sifat dan gejala alam yang ada di bumi. 

Oleh karena itu, disiplin ilmu pengetahuan geologi sebagai sumber daya kepariwisataan perlu sekali digunakan untuk menghasilkan daya tarik wisata alam geologi yang berkelanjutan. 

Daya tarik wisata berkelanjutan dapat tercipta dengan pengelolaan yang bijak yang sesuai dengan daya dukung lingkunganya yang dapat digali menurut pendekatan ilmu geologi dengan manajemen pengelolaan pariwisata yang baik.

Geowisata mencoba dihadirkan sebagai sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan. 

Artikel mencoba untuk ini mengkaji bagaimana mengelola potensi geologi menjadi daya tarik wisata alam pada tingkatan manajemen tapak yang ideal serta berkelanjutan, melalui kajian literatur. Paradigma baru yang hendak dibangun adalah 

"Bagaimana pengelolaan geowisata mampu mengoptimalkan potensi alam menjadi bernilai tambah bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi kerusakan alam?"

Geowisata merupakan bentuk kegiatan pariwisata minat khusus yang fokus utamanya pada kenampakan geologis permukaan bumi maupun yang terkandung didalamnya dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan hidup, alam dan budaya, lebih lanjut sebagai bentuk apresiasi, dan kegiatan konservasi, serta memiliki kepedulian terhadap kelestarian kearifan lokal.

Kegiatan geowisata menawarkan konsep wisata alam yang menonjolkan keindahan, keunikan, kelangkaan, serta keajaiban suatu fenomena alam yang berkaitan erat dengan gejala-gejala geologi yang dijabarkan dalam bahasa populer atau sederhana (Kusumahbrata, 1999 dalam Hidayat, 2002).

Fenomena geologi pada dasarnya sangat beragam, masing-masing memiliki nilai, eksotisme, dan keunikan tersendiri, yang cocok dikelola sebagai daya tarik wisata. Diantara fenomena geologis tersebut diantaranya : 

(1) Struktur geologi, struktur geologi merupakan bangunan alam nonhayati baik di bawah maupun diatas permukaan bumi yang dibangun oleh tenaga yang bekerja di dalam dan diatas permukaan bumi. 

Tenaga yang berkerja di bawah permukaan bumi disebut endogen, sedang yang bekerja diatas permukaan bumi disebut eksogen. Pegunungan Himalaya merupakan contoh keindahan struktur geologi mancanegara yang populer sebagai daya tarik wisata geologi, serta menjadi lokasi pendakian yang cukup menantang bagi para pecinta alam. 

Indonesia juga memiliki kekayaan struktur geologi yang cukup melimpah dan tidak kalah eksotis, misalnya: Danau Toba, Danau Karimutu, Gunung Tangkuban Perahu dan lain sebagainya.

(2) Stratifigrafi, stratifigrafi merupakan lapisan batuan degan segala macam jenis batuan, struktur, sifat dan gejala yang ditimbulkan berdasarkan gambaran perlapisanya.  

Stratifigrafi terkadang menjadi fenomena geologi yang sangat menarik dan unik. Jawa barat, memiliki salah satu bentuk stratifigrafi yang populer sebagai daya tarik wisata, yaitu Green Canyon di Pangandaran.

(3) Topografi merupakan bentukan dari bentang alam. Secara ilmu geologi, topografi dibentuk oleh tenaga endogen dan eksogen dan oleh karena itu topografi selalu berubah, contohnya : kubah magma berubah akibat letusan beru gunung berapi, sungai membentuk alur baru akibat banjir, gelombang laut merubah garis pantai, gempa menimbulkan gerakan tanah dan beberapa lainya. 

Topo grafi pada pegunungan karst menjadi salah satu contoh fenomena geologis yang dapat dikelola menjadi daya tarik wisata. 

4) Kandungan mineral di dalam perut bumi juga mampu menjadi daya tarik geowisata yang bernilai edukatif dan sangat menarik untuk dipelajari, baik namanya, sejarah dan proses terbentunya, sifat dan unsur-unsur kimianya,  beserta kegunaanya dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Pariwisata pada dasarnya terjadi karena adanya kecenderungan manusia untuk mencari hal dan lingkungan baru, atau sering disebut sebagai ritual inversi dalam ilmu sosiologi. 

Perbedaan unsur alam, budaya masyarakat,  dan unsur binaan di setiap belahan bumi merupakan hal yang mampu merangsang seseorang atau sekelompok orang untuk mewisatainya.

Oleh karena itu, wisatawan atau calon wisatawan akan cenderung mencari tempat-tempat baru yang indah, unik, serta berbeda dari tempat biasanya mereka hidup untuk sementara.

"Orang kota memiliki kecenderungan untuk senang berwisata ke desa yang memiliki lingkungan tenang dan asri, juga untuk melihat bentang alam yang unik dan indah, misalnya wisata pendakian ke Gunung Merapi, melihat bentang alam Kawasan Kars Pegunungan seribu dan tempat-tempat berbasis geologi yang menarik lainya."Walaupun ada kemungkinan berlaku sebaliknya, misanya : "Orang-orang yang selamanya hidupnya di desa terkadang berkeinginan untuk berwisata di kota, melihat kemegahan gedung-gedung atau keramaian mall."

Kaitanya dengan geologi adalah, fenomena inversi telah didukung kenyataan bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang luar biasa beserta segala bentuk fenomena   geologinya. 

Kesesuaian kedua faktor diatas menjadi pendorong untuk pengembangan pariwisata geologi atau geowisata. Selain itu, perkembangan geowisata juga didukung oleh meningkatnya permintaan wisata oleh wisatawan yang memiliki minat khusus.

Wisatawan minat khusus biasanya adalah wisatawan-wisatawan yang menyukai destinasi wisata yang tidak umum, serta menyukai aktifitas wisata yang menantang atau tidak biasa, dalam bahasa keilmuanya sering disebut wisatawan drifter. 

Wisatawan jenis ini tidak akan puas berkunjung ke destinasi wisata alam hanya untuk melihat-lihat panorama alam saja, atau sekedar berfoto selfi, sebagaimana pola mayoritas kunjungan wisatawan saat berwisata saat ini. 

Destinasi wisata yang dipilih mereka adalah destinasi yang mampu memuaskan hasrat mereka untuk berpetualang, serta destinasi yang mampu menambah pengkayaan diri berupa pengalaman dan wawasan baru.

Alam geologi di Indonesia sangat cocok untuk dikembangkan menjadi daya tarik pariwisata geologi. Oleh karena itu, dibutuhkan rumusan-rumusan dalam pengelolaan geowisata yang dapat diimplementasikan secara di bergai daerah. Akan tetapi, berbagai literatur mengenai pengembangan geowisata masih jarang ditemukan di Indonesia.

Artikel ini merekomendasikan pedoman dalam penentuan kriteria daya tarik geowisata dengan mengadaptasi dari kriteria daya tarik wisata alam yang telah ada sebelumnya. Kriteria daya tarik alam setidaknya mencakup hal-hal berikut : (1) Adanya aspek informasi, kualitas informasi merupakan faktor utama yang dibutuhkan bagi wisatawan, karena pada dasarnya motif utamanya adalah mencari sesuatu hal yang baru sebagai upaya pengkayaan diri. 

Bagi wisatawan dengan motif petualangan aspek infrmasi juga menjadi syarat mutlak bagi penyelenggaraan wisata alam, karena mereka selalu membutuhkan informasi tentang gejala alam untuk mengntisipasi timbulnya bahaya. 

Aspek informasi juga berhubungan dengan faktor  keselamatan, contohnya dalam pemsangan alat transmiter yang dipasang di daerah Dieng Jawa Tengah. 

Melalui alat transmiter tersebut, suhu gas pada kawah Dieng dapat ditransmisikan oleh radio ke pusat data, selanjutnya data ditampilkan dipintu masuk objek wisata sehingga pengunjung atau pengelola wisata bisa waspada dalam berwisata dengan melihat informasi yang ditampilkan alat tersebut; 

(2) Daya tarik wisata alam hendaknya memiliki aspek keanekaragaman, destinasi wisata geologi yang baik setidaknya banyak memiliki alternatif daya tarik baik flora maupun fauna yang dapat dinikmati wisatawan. 

Hal ini akan menjadi nilai unggul destinasi karena pengembangan aktifitas wisata dilokasi dapat dikembangkan lebih leluasa dan lebih beragam. Dengan begitu, diharapkan wisatawan tidak jenuh dan mampu menambah lama tinggal; 

(3) Ada nilai keindahan  dan keunikan, atraksi alam terbentuk karena proses fenomena alam serta hanya terjadi pada saat tertentu maka tidak ada kemiripan antara suatu kawasan dengan kawasan wisata lain, sehingga atraksi alam memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan atraksi budaya  dan atraksi buatan, terlebih karena atraksi alam hanya dapat dinikmati secara utuh di ekosistemnya; 

(4) Adanya potensi petualangan lintas alam, motif wisatawan selain menikmati wisata alam dapat juga untuk melakukan penelitian, pendidikan,  dan konservasi alam terdapat minat khusus yang bersifat petualangan, sehingga perlu adanya  kawasan yang benar-benar masih alami, tanpa adanya  atraksi yang bersifat artificial atau buatan yang justru mengganggu aktifitas mereka; 

(5) Tersedianya ekosistem yang alami. Suatu atraksi alam hendaknya tetap menyediakan kawasan dengan ekosistem yang masih alami. Ekosistem yang alami berarti sebuah ekosistem alam yang berjalan alami, bukan hasil sebuah rekayasa buatan manusia atau artificial.

Kriteria daya tarik wisata yang diajukan diatas seringkali telah dimiliki kawasan geologi yang memiliki status sebagai geopark Nasional. Karena, sebuah geopark tentu sudah melewati tahap-tahap asesment, atau penilaian dengan standarisasi ketat dari berbagai organisasi yang berwenang termasuk UNESCO. 

Geopark merupakan wilayah kawasan lindung berskala nasional yang mengandung sejumlah situs warisan geologi penting, yang memiliki daya tarik keindahan dan kelangkaan tertentu, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari konsep integrasi konservasi, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal.

Untuk dapat bergabung dalam wadah Global Geopark Nerwork (GGN), UNESCO menetapkan beberpa kriteria yang sebelumnya harus dipenuhi, diantaranya : (1) Ukuran parameter daerah. Ukuran parameter daerah yang akan dijadikan geopark harus memiliki batas yang jelas, luas permukaan cukup besar untuk mencakup aktivitas pengembangan budaya dan ekonomi. 

Selain itu, kawasan yang diajukan sebagai geopark harus memiliki situs warisan geologi yang penting dan berskala internasional, memiliki kelangkaan, nilai ilmiah dan keindahan. Termasuk adanya integrasi dengan kearifan tata budaya masyarakat lokal sekitar; (2) Adanya manajemen pengelolaan. 

Prasarat geopark termasuk adanya badan manajemen dan sebuah rencana pembangunan yang komprehensif; (3) Pembangunan ekonomi. Salah satu tujuan strategis dari pembentukan geopark adalah merangsang kegiatan ekonomi dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.  Seperti halnya tujuan pariwisata yang selalu digadang-gadang menjadi pilar pembangunan ekonomi nasional; 

(4) Aspek pendidikan. Sebuah geopark harus menyediakan dan mendukung peralatan dan kegiatan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan geo-science dan konsep perlindungan kepada publik. 

Beberapa infrastruktur dasar, seperti pusat informassi, museum, serta pengembangan rute gropark penting untuk mendukung pendikikan publik; 

(5) Aspek konservasi lingkungan. Selain sebagai kawasan lindung, geopark adalah sarana pembangunan sosio-ekonomi lokal.  Pengelola kawasan geopark bertanggung jawab untuk memastikan perlindungan warisan geologi telah dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai tradisi lokal dan sesuai ketentuan yang berlaku. Pencagaran fenomena geologi yang memiliki nilai historis sangat diperlukan dalam pengelolaan geopark.

Kedua kriteria, daya tarik wisata alam dan kriteria geopark dapat diambil jalan tengahnya sebagai kriteria daya tarik geowisata. 

operasional kegiatan geowisata dapat mengadaptasi pola wisata minat khusus. Pada prinsipnya, pariwisata minat khusus adalah pariwisata yang mempunyai kaitan dengan petualangan (adventure) serta unsur pengkayaan wisatawan berupa pengetahuan dan pengalaman baru. 

Unsur-unsur wisata minat khusus yang diajukan oleh Fandeli dalam Sudana (2013) sebagai berikut : (1) Learning, pariwisata menekankan pada unsur belajar sebagai daya tarik utamanyanya. Dalam kasus geowisata, yang dipelajari dapat berupa bentang alam geologi : baik struktur geologinya, stratifigrafi, topografinya, jenis batuanya, kandunngan mineralnya dan lain sebagainya. 

Wisatawan juga dapat diajak untuk mempelajari porses-proses terbentuknya fenomena geologi diatas, serta mempelajari keterkaitanya dengan pola kehidupan masyarakat dan sebagainya; (2) Enriching, pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan antara wisatawan dengan masyarakat. 

Wisata di kawasan geopark, tidak selamanya berinteraksi dengan benda mati (alam non hayati), akan tetapi interaksi dengan masyarakat lokal sekitar juga cukup penting, sehingga mampu memberikan pengalaman yang lebih bernilai bagi wisatawan; 

(3) Rewarding, pariwisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan. Idealnya dalam kegiatan geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan adalah paket wisata yang mampu menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk lebih mencintai alam, menjaga kelestarianya, serta kepedulian untuk mendukung  konservasi sumber daya alam langka dalam kasus fenomena geologi tertentu; (4) Adventuring, pariwisata yang dirancang  dan dikemas sehingga terbentuk wisata petualangan.

Kekeliruan yang umum dalam perencanaan destinasi alam konvensional adalah menambah berbagai kemudahan bagi wisatawan dengan membangun fasilitas wisata disana-sini pada saat destinasi wisata mulai laku. Hal itu belum tentu benar, fakta menujukan bahwa wisatawan petualang justru tidak terlalu peduli terhadap sarana wisata saat berkunjung ke destinasi wisata alam, melainkan pengalaman dari sajian daya tarik yang cukup menantang menjadi alasan utama mereka untuk berwisata (Hermawan, 2017). Dalam hal ini, pembagunan sarana memang penting, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pokok wisatawan. Apakah diperlukan? atau dengan berbagai kemudahan (sarana wisata) justru menghilangkan aspek petualangan yang dicari wisatawan.

Wisata geologi (geowisata) dapat dijadikan media bagi sosialisasi ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan, serta pelestarian alam yang pada akhirnya diharapkan akan terwujud pembangunan pariwisata geologi yang berkelanjutan.Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan geowisata yang harus menjadi pedoman manajemen sebagai berikut.

Prinsip pertama, objek geologi yang dijadikan sebagai daya tarik geowisata benar-benar merupakan bentukkan hasil proses geologi. Geowisata membutuhkan bentang alam yang asli dan alami, bukan alam buatan hasil rekayasa manusia atau artifisial. 

Keaslian dalam daya tarik berbasis alam telah disinggung dalam kriteria daya tarik wisata alam yang telah disampaikan sebelumnya. Bahwa kriteria daya tarik wisata alam haruslah memiliki nilai keaslian (originalitas dan otentisitas). 

Aspek fisik yang dijadikan daya tarik wisata tersebut dapat berupa kondisi geologis, jenis-jenis batuan beserta kandungan mineral didalamnya, atau hal lain yang masih berhubungan dengan geologi.

Prinsip kedua, pengelolaan geowisata harus suistanable, artinya pengembangan dan pengelolaan geowisata haruslah berkelanjutan agar kelestariannya dapat terjaga. Tidak hanya dalam pariwisata, dalam bisnis manapun kelangsungan jangka panjang merupakan pertimbangan utama dalam pengeloalaanya. 

Konsep pembangunan jangka panjang yang dimaksud adalah pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (World Commission on Environmenoutal and Development, 1987 dan Komisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 1999). 

Rumusan yang lebih spesifik dalam pariwisata berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan wisata saat ini sekaligus melindungi dan meningkatkan peluang pemenuhan kebutuhan pariwisata masa depan, sekaligus terjaga kelangsungan alam, adil bagi ekonomi dan sosial budaya masyarakat. 

Prinsip ini dipertimbangkan dalam manajerial untuk mengelola semua sumber daya sedemikian rupa, sehingga ekonomi, sosial, dan kebutuhan estetika dapat terpenuhi dengan tetap menjaga nilai-nilai kearifan budaya, perlindungan ekologis penting, keragaman unsur biologi serta sistem pendukung kehidupan lainya (Insula dalam Berno & Bricker, 2001).

Prinsip ketiga, upaya menjadikan geowisata sebagai kegiatan pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam, sehingga diperlukan peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses fenomena fisik alam. 

Contoh objek geowisata adalah gunung berapi, danau, air panas, pantai,sungai, dan lain-lain.yang di dalamnya tentu saja memiliki aspek dalam bidang pendidikan sebagai pengetahuan geodiversity keragaman warisan bumi yang perlu dilestarikan (Nainggolan, 2016a).

Destinasi geowisata sebaiknya dilengkapi dengan sistem informasi yang jelas dan mudah dipahami. Dengan sistem informasi yang baik, misalnya tentang sejarah terbentuknya bentukkan geologi, diharapkan wisatawan paham akan proses proses alam yang terjadi. Dengan adanya informasi, masyarakat juga diharapkan sadar untuk tidak merusak keindahan lingkungan di sekitar geowisata.

Education Tour merupakan bentuk pengemasan tour yang cocok dengan geowisata. Education Tour merupakan suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang pendidikan atau ilmu yang dikunjunginya. Education tour ini dilakukan untuk mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pelakunya. 

Pelaku yang melakukan perjalanan wisata pendidikan biasanya tidak terlalu mementingkan kemewahan yang berlebihan dalam melakukan kegiatan perjalanan. Namun menuntut pengkayaan diri yang lebih, berupa ilmu pengetahuan dan pengalaman baru.

Prinsip keempat adalah locally beneficial (bermanfaat secara lokal). Yang bermakna bahwa keberadaan geowisata diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat/ komunitas yang berada di sekitarnya. 

Manfaat tersebut dapat berupa kontribusi dampak positif yang dapan dinikmati seperti : pertumbuhan ekonomi, kemajuan nilai sosial-budaya, peningkatan kualitas lingkungan atau lainnya (Hermawan, 2016; Hermawan, 2016a).

Dengan geowisata diharapkan proses pembangunan di daerah wisata tersebut semakin meningkat. Salah satu model tata pengelolaan yang cocok untuk geowisata dengan mengadopsi pariwisata berbasis kerakyatan/ masyarakat, atau dikenal dengan Community Based Tourism (CBT). 

Dalam CBT, pariwisata diinisiasi bersama masyarakat lokal, dikembangkan oleh masyarakat lokal, dan benefit dari pariwisata diharapkan dapat dinikmati masyarakat lokal sendiri ("Kyrgyz Community Based Tourism," n.d., diakses tanggal 15 Agustus 2016); (ASEAN Community Based Tourism Standart 2016).

Prinsip kelima adalah Tourist satisfaction. Mewujudkan kepuasan wisatawan berarti pengelolaan geowisata dapat memberikan kepuasan lahir dan batin bagi wisatawan yang mengunjunginya. 

Kepuasan wisatawan dapat diperoleh dengan tata kelola wisata yang bagus, setidaknya mampu menyajikan daya tarik wisata yang indah, unik, asli dan bernilai edukasi disertai dengan sarana prasarana pendukung yang tepat guna dan  didukung pelayanan prima (Hermawan, 2017). Peningkatan keselamatan juga dianggap sebagai upaya yang sangat tepat dalam menjamin kepuasan wisatawan terhadap destinasi wisata.

Untuk mendukung keselamatan wisatawan dapat dilakukan dengan upaya minimalisasi risiko bahaya dan kecelakaan dengan  mengadaptasi anjuran dalam guidelines for safe recreational water (2003). 

Pencegahan resiko kecelakaan dapat dilakukan dengan  peningkatan keselamatan. Peningkatan keselamatan tersebut dapat diintervensi dengan  lima pendekatan yaitu : (1) Pekerjaan/ perekayasaan (engineering); (2) Memperkuat (enforment); (3) Pendidikan (education); (4) Tindakan untuk memberanikan (encouragement);  dan (5) Kesiapan bahaya (emergency preparadness).

pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu merumuskan potensi alam yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata (bisa memakai kawasan yang berstatus geopark), merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata, manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai indikator keberhasilan atau dari output geowisata.

Potensi atau fenomena geologi yang dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi : (1) struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3) topografi, (4) termasuk juga batuan, fosil, dan material yang terkandung didalamnya.

Keempat fenomena diatas hendaknya memenuhi kriteria-kriteria untuk dikembangkan sebagai destinasi geowisata. Kriteria destinasi geowisata sebagai berikut : (1) Adanya aspek informasi dan pengkayaan ilmu pengetahuan kegeologian (geo-science); (2) Adanya keanekaragaman daya tarik dalam satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4) Peluang untuk petualangan alam; (5) Adanya ekosistem yang alami dan dijaga melalui kegiatan/ menajemen wisata berbasis konservasi

Aktifitas Geowisata yang dapat dikembangkan di destinasi meliputi : (1) Pembelajaran  kegeologian; (2) Kegiatan yang mampu memberi pengkayaan pengetahuan (wisatawan-masyarakat) khususnya terkait dengan aspek kegeologian yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan penghargaan dan pelestarian atau konservasi  alam (4) Petualangan lintas alam. 

Hal ini harus diriringi dengan pengelolaan oleh manajemen profesional dalam hal (1) Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan; (2) Pembangunan pariwisata berkelanjutan & keterlibatan masyarakat; (3) Safety manajement; (4)  Service excelent disertai sarana prasarana pendukung

Aktifitas geowisata diharapkan dapat memberi output manfaat yang meliputi : (1) Manfaat pada kelestarian alam, dan fenomena geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2) Tercapainya kepuasan wisatawan melalui pengalaman bewisata dan pengkayaan pengetahuan yang didapat selama berwisata; (3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan.

Geowisata mencoba dihadirkan sebagai sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan.

Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan pariwisata mampu mengoptimalkan potensi alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi kerusakan alam.

Oleh karena itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu merumuskan potensi alam yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata (bisa memakai kawasan yang berstatus geopark), merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata, manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai indikator keberhasilan atau dari output geowisata.

Potensi atau fenomena geologi yang dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi : (1) struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3) topografi, (4) termasuk juga batuan, fosil, dan material yang terkandung didalamnya.

Keempat fenomena diatas hendaknya memenuhi kriteria-kriteria untuk dikembangkan sebagai destinasi geowisata. Kriteria destinasi geowisata sebagai berikut : (1) Adanya aspek informasi dan pengkayaan ilmu pengetahuan kegeologian (geo-science); (2) Adanya keanekaragaman daya tarik dalam satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4) Peluang untuk petualangan alam; (5) Adanya ekosistem yang alami dan dijaga melalui kegiatan/ menajemen wisata berbasis konservasi

Aktifitas Geowisata yang dapat dikembangkan di destinasi meliputi : (1) Pembelajaran  kegeologian; (2) Kegiatan yang mampu memberi pengkayaan pengetahuan (wisatawan-masyarakat) khususnya terkait dengan aspek kegeologian yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan penghargaan dan pelestarian atau konservasi  alam (4) Petualangan lintas alam. Hal ini harus diriringi dengan pengelolaan oleh manajemen profesional dalam hal (1) Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan; (2) Pembangunan pariwisata berkelanjutan & keterlibatan masyarakat; (3) Safety manajement; (4)  service excelent disertai sarana prasarana pendukung

Aktifitas geowisata diharapkan dapat memberi output manfaat yang meliputi : (1) Manfaat pada kelestarian alam, dan fenomena geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2) Tercapainya kepuasan wisatawan melalui pengalaman bewisata dan pengkayaan pengetahuan yang didapat selama berwisata; (3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan.

Artikel ini ditulis berdasarakan buku saya berjudul Geowisata, dan artikel hasil riset berjudul GEOWISATA SEBAGAI MODEL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun