Mohon tunggu...
Rena Siva
Rena Siva Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

https://www.wattpad.com/user/Rena_Siva Instagram : rena_siva08 Salam kenal. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Hanya satu pesan jangan menyalin karya saya tanpa izin ya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tak Ada Bunga Terakhir untuk Sofia

11 Januari 2018   15:37 Diperbarui: 12 Januari 2018   17:35 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: harivalzayuka.com

"Dion, tu lihat! Akhirnya bisa lihat edelweis juga," ucap Dio menepuk bahu pelan.

Mataku langsung beralih ke tempat Dio melihat bunga itu. Ternyata benar bunga itu tumbuh dan mekar di tepi jurang. Dengan cekatan aku berlari menuju ke sana. Harapanku kini tak sia-sia aku bisa membawakan bunga itu untuknya.

"Apa yang kamu lakukan? Jangan nekat!" cegah Tio berusaha menarik tubuhku yang sudah berada dekat dengan bunga itu.

Aku tak mengubrisknya. Kulepas tangannya dari tubuhku. Dengan hati-hati aku mulai turun ke sisi jurang yang cukup curam. Satu tanganku berusaha mengenggam erat ilalang yang tumbuh kuat sepanjang sisi jurang sementara tanganku berusaha meraih bunga itu. 

Aku sudah lima kali mendaki gunung ini, selalu berhasil membawakan bunga edelweis segar untuknya, kali ini walaupun untuk terakhir kali aku tak akan menyerah untuk mendapatkannya.

Sayang walaupun aku berhasil mendapatkan bunga itu, ilalang yang kujadikan pegangan tak mampu menahan beban tubuhku, perlahan tubuh terposok ke bawah. Teriak-teriakan memanggil namaku menggelama di atas kepalaku dan masih jelas kudengar. 

Sayang tubuhku semakin terperosok ke bawah. Kedua tanganku berusaha meraba apa saja untuk memperlambat laju tubuhku yang semakin turun ke dasar jurang. Hingga tanpa kusadari kepalaku menghantam sebuah batu dan menghentikan seluruh usahaku. 

Tubuhku seperti mati rasa, jantungku terus berdetak tapi aku tak bisa merasakan apa-apa. Mungkinkan ini terakhir kali untukku bisa memetik bunga edelweis untuk Sofia?

Aku terus tersenyum saat mengenang peristiwa dramatis yang terjadi empat hari lalu. Hanya karena janji manisku membawakan bunga itu. Hampir saja kusia-siakan nyawaku melayang begitu saja. 

Beruntung aku tertolong karena Dio dan kawan-kawanku yang lain berhasil memangkat tubuhku dari dasar jurang. Kepalaku memang terbentur tapi tak menyebabkan kerusakan yang parah hanya pingsan. Saat aku di puskemas terdekat Dio terus saja mengomelku.

"Kau bodoh Dion, sebagai pendaki harusnya kamu tahu kalo kita dilarang memetik bunga itu," omelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun