Timnas pun takluk untuk pertama kalinya melawan Filipina dengan skor mencolok 0-4. Pada Piala AFF 2018, meski kita tidak kalah dari mereka, namun hal ini tak kalah menyakitkan, karena mereka berhasil medampingi Thailand lolos ke semifinal. Filipina serasa 5 langkah ke depan, sedangkan Indonesia 3 langkah ke belakang.
Lalu kenapa mereka bisa sehebat itu ? Laman football-tribe.com pernah mengulas bahwa ada beberapa hal yang menarik terjadi pada sepakbola Filipina.
Bantuan FIFA
Filipina sudah mengenal sepak bola sejak tahun 1890-an dan diikuti dengan terbentuknya tiga klub di Manila. Akan tetapi permasalahan yang mereka hadapi tetap sama sampai era milenium baru, yaitu dana dan animo penonton yang minim.
Kedua permasalahan tersebut tidaklah sepele, sepakbola di Filipina kalah pamor dibanding bola basket, sementara mengelola sepak bola diperlukan dana yang cukup besar. Konon masalah finansial ini sampai membuat beberapa pemain timnas sepakbola menyeberang alih profesi ke basket, dan membuat Filipina kesulitan menggulirkan liga secara rutin.
Berbekal pengalaman tersebut, Filipina kemudian melakukan diplomasi ke FIFA, mereka mengajukan proposal bantuan pengembangan sepak bola pada tahun 2000. Mereka mengajukan empat tahap pembangunan yang terus dilakukan secara berkala selama 13 tahun. Proyek tersebut kemudian disetujui FIFA.
Dimulai dari tahun 2000, FIFA membangun 6 kompleks sepakbola di Iloilo, Laguna, Negros Ocidental, Cagayan de Oro, Zamboanga, dan Agusan del Sur. Enam tahun kemudian, dibentuklah kantor federasi sepak bola Filipina (PFF) di Manila, lalu dilanjutkan renovasi stadion timnas, Rizal Memorial Stadium, pada Agustus 2012.
Proyek FIFA kemudian rampung pada tahun 2013, dengan dibangunnya pusat latihan di Bukidnon, yang terdiri dari lapangan dengan rumput asli, asrama, kamar ganti, dan perkantoran. Dengan infrastruktur yang telah memadai, United Football League (UFL) yang sejak 2009 hanya terdiri dari satu kasta, dapat melahirkan divisi dua pada tahun 2014.
Dengan infrastruktur yang telah memadai, AFC kemudian mengikutsertakan Filipina ke AFC President Cup, kompetisi untuk negara-negara yang baru mengembangkan bibit sepak bolanya seperti Bangladesh, Kamboja, Myanmar, Pakistan, Sri Lanka, dan Korea Utara. Dua klub Filipina yang bermain di ajang itu adalah Global FC (sekarang bernama Global Cebu FC) pada 2013, dan Ceres-La Salle (sekarang bernama Ceres-Negros FC) pada tahun 2014.
Naturasilisasi yang Tidak Asal-asalan
Kembali ke tim nasional. Bergulirnya liga secara rutin dan proses pembinaan pemain muda yang terus berlanjut, mereka berharap dapat membawa peningkatan signifikan pada timnasnya. Namun, karena kebangkitan sepak bola mereka masih seumur jagung, Filipina butuh sesuatu untuk mempercepat akselerasi perkembangan timnasnya. Cara yang ditempuh mirip yang pernah Indonesia lakukan yaitu naturalisasi, tapi mereka tidak asal menaturalisasi.