Apa ada yang pernah meramalkan negara Indonesia yang kaya raya akan SDA ini bisa bubar karena kenaikan harga sayuran dan buah-buahan, terutama harga cabai? Eh, memang ada hubungan apa harga cabai dengan politik, kak?
Setidaknya meroketnya harga cabai saja akan mempengaruhi tingkat inflasi, yang menjadi indikator perekonomian suatu wilayah.
Dan isu ekonomi semacam itu, tentu akan sedap digoreng menjadi santapan renyah pada isu-isu politik, yang melahirkan berbagai macam demonstrasi masyarakat yang terbakar kecewa terhadap pemerintah. Bahayakan jika berlarut-larut?
Masih ingat, kesembilan bahan pokok (sembako) yang penting itu adalah beras (termasuk sagu dan jagung), gula pasir, sayur-sayuran termasuk buah-buahan, daging meliputi sapi, ayam dan ikan, minyak goreng,s usu, telur, minyak tanah (gas elpiji) dan garam ber-iodium.
Tapi, di tahun 2017 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada saat bulan puasa berada di 0.86% dan pada saat lebaran 0.69%. Angka itu lumayan menekan harga Sembako, dan merupakan tingkat inflasi terendah dalam enam tahun terakhir yang dilakukan Pemerintah saat ini. Namun pertanyaannya, apakah ada jaminan, angka itu akan bertahan terus Bro?
Inflasi saat ini dan problematikanya!
Komoditas sayuran itu meliputi cabai merah 0.07%, bawang merah dan putih 0.04% cabai rawit 0.02% dan sayur bayam, kangkung dan sawi hijau sebeasar 0.01%. Sehingga totalnya inflasi akibat sayur-mayur mencapai 0.14% dari angka inflasi 0.2% keseluruhan. Artinya dari kesembilan bahan pokok, sayur mayur dan buah-buahan selalu menjadi item penting dan dominan dalam fluktuasi inflasi.
Nah, ada dua fakta menarik menurut saya, atas permasalahan pemenuhan sembako ini untuk didiskusikan. Dalam upaya sama-sama menstabilkan harganya di tengah-tengah petani dan masyarakat, agar keduanya merasakan keuntungan. Apa saja itu?
Harus diakui produktivitas komoditas pertanian yang belum stabil. Hal tersebut bisa dikarenakan produksi beras di Indonesia didominasi oleh para petani kecil, bukan oleh perusahaan besar yang dimiliki swasta atau negara.
Para petani kecil itu malah berkontribusi sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia. Dan setiap petani itu memiliki lahan rata-rata kurang dari 0,8 hektar.
Artinya apa? Hal sewa tanah itulah yang menjadi faktor terbesar dalam membengkakan biaya produksi padi khususnya, dan pertanian pada umumnya, yang akhirnya menyebabkan produk akhirnya bernilai tinggi, dibanding negara lain. Akibatnya lagi, harganya sulit terjangkau oleh para konsumen, karena pasokan kurang atau harganya memang mahal. Itu bisa dilihat dari sisi konsumen, merasakan dampak kenaikan sembako.
Kedua sisi tadi tentu sama-sama tidak mengenakan petani dan juga konsumen-kan?
Masalah rantai distribusi yang panjang. Dengan letak geografis Indonesia yang luas nan rumit tentu memaksa harga barang kebutuhan tersebut melonjak di daerah pedalaman kapan saja, akibat biaya akomodasi. Apalagi jika adanya modus oknum yang mengambil untung dalam upaya penimbunan, dan menyebabkan kelangkaan sejumlah barang pokok di masyarakat, dan melejitkan harganya.
Nah dari dua fakta ini, tentu telah menjadi tantangan pemerintah untuk menanggulanginya. Pastilah ada berbagai kebijakan, sebagai obatnya. Terutama hal menggenjot hasil produktivitas pertanian kita, dengan memberikan insentive anggaran bagi industri pertanian. Selain pemilahan kebijakan impornya yang kontroversi itu.
Dan tak kalah penting, menurut saya pemerintah harus memaksimalkan SDM, terutama sarjana di bidang pertanian kita yang telah lama tertidur, dan pernah disinggung Pak Jokowi akan kontribusinya. Dengan cara apa, ya membuat pertanian sebagi industri yang membuat profesi petani/produsen komoditas pertanian bisa menjanjikan.
Selain  itu, pembangunan infratruktur akses jalan yang tentu akan melancarkan kegiatan distribusi barang dan memangkas alur distribusi yang panjang. Terutama kebijakan Tol Laut itu. Dan pastilah ada beribu cara pemerintah yang sedang dilakukan saat ini, yang bisa jadi sebelas-duabelas dengan apa kita wacanakan bersama.
Muaranya saat ini, lihat saja hadirnya produk kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beberapa sembako semisal beras, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi beku. Semenjak 2017, regulasi telah menstabilkan harga gula pasir yang berada di kisaran Rp 12.500/kg, minyak goreng Rp 11.000/ liter, dan daging beku Rp 80.000/kg. Nah apa masih kurang? Jika kurang, ayo kita bergerak sekarang!
Apa yang bisa kita lakukan, dalam skala kecil saja?
Khususnya sebagai warga perkotaan, pernah kah kita berpikir apa sih upaya yang bisa dicoba untuk melepaskan ketergantungan kita kepada warga pedesaan. Dalam pemenuhan kebutuhan Sembako dan lonjakan harganya itu, dalam skala kecil lingkunga kita dulu? Selain beropini saja, lho!
Nah, saya pikir saat nya untuk bergerak, membantu mengatasi hal itu dengan cara:
1. Mencoba hobi baru. Mau? Yakni mencoba bercocok tanam yang memanfaatkan pekarangan rumah yang sempit di perkotaan dengan teknik hidroponik. Sebagai modelnya kebetulan saya telah memulainya semenjak 3 tahun lalu, dan itu berhasil.
Teknik Hidroponik merupakan teknik bercocok tanam yang tidak memerlukan lahan luas. Memulainya bisa memanfaatkan bahan bekas dan menggantungkannya di tembok. Dan materi memulainya telah banyak buku yang menulisnya. Ikutin saja!
Tekniknya bercocok tanamnya bisa menggunakan hidroponik NFT (Nutrient Film Teknik)yang banyak digunakan orang. Yakni menggunakan pipa talang dan pompa. Melakukannya hanya melubangi pipa itu untuk bibit tanaman yang diletakkan pada penampung. Alirkan air dengan pompa sebagai nutrien tumbuhan.
2. Yuk, kita menggunakan e-commerce pertanian! Masyarakat perkotaan kini dengan mudahnya tersentuh dengan teknologi. Terutama berbelanja kebutuhan pokok menggunakan start-up pertanian seperti Tanihub, regopantes dan lain-lain. yang aplikasinya dapat mudah didapatkan di gadget kita.Â
Melalui model belanja ini, kita sebagai petani dan konsumen akan mendapatkan harga yang pantas pada hasil pertanian yang kita inginkan. Karena harga langsung dari petani. Belanja Sembako keluarga akan lebih praktis, dimana produk bisa dipesan dan diantar ke alamat tentunya dengan grastis ongkos kirim.
Dan sisi lain, saya juga bisa menghasilkan pendapatan lain, dengan menjual hasil bercocok tanam yang berlebih tadi dengan menjadi mitra start-up pertanian tadi, walau dalam volume kecil.
Dengan kata lain, saya juga bisa menjualnya kepada masyarakat luas dengan harga yang lebih terjangkau. Karena apa saya bisa membebaskan diri dari para spekulan/tengkulak yang menjadi masalah dalam lonjaknya sembako di pasar terbuka selama ini.
Namun saya mau membatasi, dimana poinnya adalah, masalah ketahanan pangan ini adalah masalah bersama, antara pemerintah dan rakyatnya. Di mana dengan adanya suatu gerakan spontan berswasembada dalam lingkup keluarga ini tentu akan menjadi gerakan yang bisa membantu cita-cita Indonesia dalam berswasemba dalam arti lebih luas lagi.
Nah, bisakah gerakan berhidropinik dan menggunakan e-commerce tadi menjadi solusi, stabilitas harga sembako?
Dengan gencarnya pemerintah dalam menggenjot industri kreatif, setidaknya saya bermimpi, apakah  model kegiatan-kegiatan e-commerce semacam tanihub dan rego-pantes, ini dapat menjadi pemacu lahirnya e-commerce pertanian yang sejenis. Selain  upaya yakni terus mengkampanyekan dan memfasilitasi hobi baru sebagai sebuah gerakan ini di tengah masyarakat baik di perkotaan pada khususnya.
Sehingga, bisa saja harapan di suatu saat nanti, petani kita yang ada di pedalaman juga bisa mengoperasikan gadgetnya dalam memainkan aplikasi-aplikasi semacam ini dan langsung tersambung dengan kita dan konsumennya di perkotaan atau di mana saja. Sehingga rantai distribusi dapat segera dikurangi dalam memberikan keuntungan lebih keduanya, iya baik produsen dan konsumen, dengan harga murahnya.
Apalagi jika infrastruktur baik jalan dan juga sinyal telekomunikasi di pedesaan yang menjadi lumbung pangan kebutuhan pokok mulus dan lancar, tidak ada alasan lain untuk mengelak mimpi ini terwujudkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H