Mohon tunggu...
Suharti
Suharti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang Pasar/Ibu Rumah Tangga

Menulis apapun selama kau mampu

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Lewat Hobi, Harga Sembako Bisa "Suka-suka Gue"

3 April 2018   19:55 Diperbarui: 24 April 2018   21:51 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa ada yang pernah meramalkan negara Indonesia yang kaya raya akan SDA ini bisa bubar karena kenaikan harga sayuran dan buah-buahan, terutama harga cabai? Eh, memang ada hubungan apa harga cabai dengan politik, kak?

Setidaknya meroketnya harga cabai saja akan mempengaruhi tingkat inflasi, yang menjadi indikator perekonomian suatu wilayah.

Dan isu ekonomi semacam itu, tentu akan sedap digoreng menjadi santapan renyah pada isu-isu politik, yang melahirkan berbagai macam demonstrasi masyarakat yang terbakar kecewa terhadap pemerintah. Bahayakan jika berlarut-larut?

Biaya Produksi Cabai I katadata.co.id
Biaya Produksi Cabai I katadata.co.id
Penting sekali kestabilan harga sembako ini untuk dipelihara. Terutama ketika memasuki hari raya, di mana kebutuhan akan sembako cenderung meroket. Dan hal itu biasanya cenderung berulang saja setiap tahunnya, dan ramai juga ketika masuk musim penghujan dengan curah tinggi dan juga musim kemarau yang berkepanjangan tanpa prediksi. Maklum bisa jadi faktor pemanasan global?

Masih ingat, kesembilan bahan pokok (sembako) yang penting itu adalah beras (termasuk sagu dan jagung), gula pasir, sayur-sayuran termasuk buah-buahan, daging meliputi sapi, ayam dan ikan, minyak goreng,s usu, telur, minyak tanah (gas elpiji) dan garam ber-iodium.

Tapi, di tahun 2017 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada saat bulan puasa berada di 0.86% dan pada saat lebaran 0.69%. Angka itu lumayan menekan harga Sembako, dan merupakan tingkat inflasi terendah dalam enam tahun terakhir yang dilakukan Pemerintah saat ini. Namun pertanyaannya, apakah ada jaminan, angka itu akan bertahan terus Bro?

Inflasi saat ini dan problematikanya!

Komoditas Yang Menekan Tingkat Inflasi I katadata.co.id
Komoditas Yang Menekan Tingkat Inflasi I katadata.co.id
BPS mencatat tingkat inflasi pada Maret 2018 mencapai 0.2% secara bulanan atau 3.4% secara tahunan. Inflasi itu ternyata disebabkan oleh kenaikan harga bebarapa sayur-mayur dan bensin non-subsidi, pertalite dan pertamax baru-baru ini.

Komoditas sayuran itu meliputi cabai merah 0.07%, bawang merah dan putih 0.04% cabai rawit 0.02% dan sayur bayam, kangkung dan sawi hijau sebeasar 0.01%. Sehingga totalnya inflasi akibat sayur-mayur mencapai 0.14% dari angka inflasi 0.2% keseluruhan. Artinya dari kesembilan bahan pokok, sayur mayur dan buah-buahan selalu menjadi item penting dan dominan dalam fluktuasi inflasi.

Selada Yang Siap Dipasarkan I Dokumentasi Pribadi
Selada Yang Siap Dipasarkan I Dokumentasi Pribadi
Itu belum lagi gejolak harga beras lho, yang bisa mencuat kapan saja, maklum Indonesia memiliki ketergantungan tinggi terhadap beras. Itu dibuktikan dengan daya konsumsi beras per kapita di Indonesia tercatat hampir 150 kilogram beras, per orang, per tahun, yang tercatat di tahun 2017. Apalagi sekarang?

Nah, ada dua fakta menarik menurut saya, atas permasalahan pemenuhan sembako ini untuk didiskusikan. Dalam upaya sama-sama menstabilkan harganya di tengah-tengah petani dan masyarakat, agar keduanya merasakan keuntungan. Apa saja itu?

Harus diakui produktivitas komoditas pertanian yang belum stabil. Hal tersebut bisa dikarenakan produksi beras di Indonesia didominasi oleh para petani kecil, bukan oleh perusahaan besar yang dimiliki swasta atau negara.

Para petani kecil itu malah berkontribusi sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia. Dan setiap petani itu memiliki lahan rata-rata kurang dari 0,8 hektar.

Artinya apa? Hal sewa tanah itulah yang menjadi faktor terbesar dalam membengkakan biaya produksi padi khususnya, dan pertanian pada umumnya, yang akhirnya menyebabkan produk akhirnya bernilai tinggi, dibanding negara lain. Akibatnya lagi, harganya sulit terjangkau oleh para konsumen, karena pasokan kurang atau harganya memang mahal. Itu bisa dilihat dari sisi konsumen, merasakan dampak kenaikan sembako.

Biaya Produksi Padi Di Indonesia I katadata.co.id
Biaya Produksi Padi Di Indonesia I katadata.co.id
Di sisi petani sendiri. Daya beli petani yang cenderung menurun, hal itu terindikasi dari nilai tukar petani (NTP). Dimana BPS juga mencatat nilai NTP turun sebesar 1.1% dalam tiga bulan terakhir, hingga maret 2018. Hal itu disebabkan dengan turunnya harga gabah kering giling (GKG) 8.65% menjadi Rp 4757. Itu Artinya, petani memang mengalami pedapatan surplus, namun cenderung mengecil.

Kedua sisi tadi tentu sama-sama tidak mengenakan petani dan juga konsumen-kan?

Masalah rantai distribusi yang panjang. Dengan letak geografis Indonesia yang luas nan rumit tentu memaksa harga barang kebutuhan tersebut melonjak di daerah pedalaman kapan saja, akibat biaya akomodasi. Apalagi jika adanya modus oknum yang mengambil untung dalam upaya penimbunan, dan menyebabkan kelangkaan sejumlah barang pokok di masyarakat, dan melejitkan harganya.

Nah dari dua fakta ini, tentu telah menjadi tantangan pemerintah untuk menanggulanginya. Pastilah ada berbagai kebijakan, sebagai obatnya. Terutama hal menggenjot hasil produktivitas pertanian kita, dengan memberikan insentive anggaran bagi industri pertanian. Selain pemilahan kebijakan impornya yang kontroversi itu.

Dan tak kalah penting, menurut saya pemerintah harus memaksimalkan SDM, terutama sarjana di bidang pertanian kita yang telah lama tertidur, dan pernah disinggung Pak Jokowi akan kontribusinya. Dengan cara apa, ya membuat pertanian sebagi industri yang membuat profesi petani/produsen komoditas pertanian bisa menjanjikan.

Selain  itu, pembangunan infratruktur akses jalan yang tentu akan melancarkan kegiatan distribusi barang dan memangkas alur distribusi yang panjang. Terutama kebijakan Tol Laut itu. Dan pastilah ada beribu cara pemerintah yang sedang dilakukan saat ini, yang bisa jadi sebelas-duabelas dengan apa kita wacanakan bersama.

Muaranya saat ini, lihat saja hadirnya produk kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beberapa sembako semisal beras, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi beku. Semenjak 2017, regulasi telah menstabilkan harga gula pasir yang berada di kisaran Rp 12.500/kg, minyak goreng Rp 11.000/ liter, dan daging beku Rp 80.000/kg. Nah apa masih kurang? Jika kurang, ayo kita bergerak sekarang!

Apa yang bisa kita lakukan, dalam skala kecil saja?

Khususnya sebagai warga perkotaan, pernah kah kita berpikir apa sih upaya yang bisa dicoba untuk melepaskan ketergantungan kita kepada warga pedesaan. Dalam pemenuhan kebutuhan Sembako dan lonjakan harganya itu, dalam skala kecil lingkunga kita dulu? Selain beropini saja, lho!

Nah, saya pikir saat nya untuk bergerak, membantu mengatasi hal itu dengan cara:

1. Mencoba hobi baru. Mau? Yakni mencoba bercocok tanam yang memanfaatkan pekarangan rumah yang sempit di perkotaan dengan teknik hidroponik. Sebagai modelnya kebetulan saya telah memulainya semenjak 3 tahun lalu, dan itu berhasil.

Teknik Hidroponik merupakan teknik bercocok tanam yang tidak memerlukan lahan luas. Memulainya bisa memanfaatkan bahan bekas dan menggantungkannya di tembok. Dan materi memulainya telah banyak buku yang menulisnya. Ikutin saja!

Kangkung Dalam usaha Hidroponik I Dokumetasi Pribadi
Kangkung Dalam usaha Hidroponik I Dokumetasi Pribadi
Tapi, lagi-lagi hobi ini juga memerlukan keuletan dalam memberikan nutrisi, intensitas cahaya dan suhu di sekitar tanaman tumbuh. Kita bisa mencoba menanam aneka sayur mayur macam sawi putih, kangkung, selada dan sebagai pelengkap tanaman tomat dan lombok yang juga penting.

Tekniknya bercocok tanamnya bisa menggunakan hidroponik NFT (Nutrient Film Teknik)yang banyak digunakan orang. Yakni menggunakan pipa talang dan pompa. Melakukannya hanya melubangi pipa itu untuk bibit tanaman yang diletakkan pada penampung. Alirkan air dengan pompa sebagai nutrien tumbuhan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Cara kedua yakni, teknik hidroponik SWICK, yang menggunakan botol bekas yang dibagi dua bagian. Lubangi tutup botol. Gabungkan keduanya dengan cara membalik bagian moncong botol menghadap ke bawah. Pasang sumbu kompor sebagai pengantar media air. Tanam bibit tanaman yang dimaui dengan pada bagian botol di atasnya yang telah terisi tanah. Bagian bawahnya jangan lupa diberi air nutrisi yang bisa dibeli di toko pertanian.

2. Yuk, kita menggunakan e-commerce pertanian! Masyarakat perkotaan kini dengan mudahnya tersentuh dengan teknologi. Terutama berbelanja kebutuhan pokok menggunakan start-up pertanian seperti Tanihub, regopantes dan lain-lain. yang aplikasinya dapat mudah didapatkan di gadget kita. 

Melalui model belanja ini, kita sebagai petani dan konsumen akan mendapatkan harga yang pantas pada hasil pertanian yang kita inginkan. Karena harga langsung dari petani. Belanja Sembako keluarga akan lebih praktis, dimana produk bisa dipesan dan diantar ke alamat tentunya dengan grastis ongkos kirim.

Tampilan aplikasi tanihub I tanihub
Tampilan aplikasi tanihub I tanihub
Nah dengan kedua cara ini, saya sendiri telah membuktikan dalam memanfaatkan hobi ini dapat memberikan multibenefit bagi lingkup keluarga sendiri. Di satu sisi, hasil dari hobi bercocok tanam tadi setidaknya dapat memenuhi kebutuhan pokok di rumah, terutama kebutuhan sayur-mayur yang penting sehari-hari.

Dan sisi lain, saya juga bisa menghasilkan pendapatan lain, dengan menjual hasil bercocok tanam yang berlebih tadi dengan menjadi mitra start-up pertanian tadi, walau dalam volume kecil.

Dengan kata lain, saya juga bisa menjualnya kepada masyarakat luas dengan harga yang lebih terjangkau. Karena apa saya bisa membebaskan diri dari para spekulan/tengkulak yang menjadi masalah dalam lonjaknya sembako di pasar terbuka selama ini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Nah lain kali, bisa saja saya akan bercerita, penghasilan secara rigid itu dalam suatu tulisan yang akan datang ya.

Namun saya mau membatasi, dimana poinnya adalah, masalah ketahanan pangan ini adalah masalah bersama, antara pemerintah dan rakyatnya. Di mana dengan adanya suatu gerakan spontan berswasembada dalam lingkup keluarga ini tentu akan menjadi gerakan yang bisa membantu cita-cita Indonesia dalam berswasemba dalam arti lebih luas lagi.

Nah, bisakah gerakan berhidropinik dan menggunakan e-commerce tadi menjadi solusi, stabilitas harga sembako?

Dengan gencarnya pemerintah dalam menggenjot industri kreatif, setidaknya saya bermimpi, apakah  model kegiatan-kegiatan e-commerce semacam tanihub dan rego-pantes, ini dapat menjadi pemacu lahirnya e-commerce pertanian yang sejenis. Selain  upaya yakni terus mengkampanyekan dan memfasilitasi hobi baru sebagai sebuah gerakan ini di tengah masyarakat baik di perkotaan pada khususnya.

Sehingga, bisa saja harapan di suatu saat nanti, petani kita yang ada di pedalaman juga bisa mengoperasikan gadgetnya dalam memainkan aplikasi-aplikasi semacam ini dan langsung tersambung dengan kita dan konsumennya di perkotaan atau di mana saja. Sehingga rantai distribusi dapat segera dikurangi dalam memberikan keuntungan lebih keduanya, iya baik produsen dan konsumen, dengan harga murahnya.

Apalagi jika infrastruktur baik jalan dan juga sinyal telekomunikasi di pedesaan yang menjadi lumbung pangan kebutuhan pokok mulus dan lancar, tidak ada alasan lain untuk mengelak mimpi ini terwujudkan?

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Nah pertanyaannya dan sekaligus harapan saya, sanggupkah pemerintah mewujudkan mimpi ini?  Harapan agar harga sembako dapat terus  stabil, dengan model sederhana yang saya ungkapkan diatas, sehingga petani dan konsumen dapat terus berbahagia tinggal di negeri yang dianugerahi sumber daya alam melimpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun